Jika anda melihat anak berambut Gimbal di sekitaran wilayah Dataran
Tinggi Dieng, Mereka Bukanlah Penganut aliran Reage atau Rasta seperti
Bob Marley. Rambut Gimbal yang mereka miliki bukan hasil permak Salon
melainkan alami hasil buatan alam. Ada latar belakang kisah menarik
mengenai Rambut Gimbal bocah Lereng Dieng ini.
Rambut Gimbal Alami ini tumbuh hanya pada rambut anak-anak tertentu di Sekitar Dataran Tinggi Dieng.
Mitos yang berkembang dan dipercaya sebagian masyarakat Dataran Tinggi
Dieng, rambut gimbal dianggap bisa membawa musibah atau masalah di
kemudian hari, sehingga mesti diruwat, karena dipercaya akan
mendatangkan rezeki dan si anak dapat hidup normal dengan rambut yang
normal. Itulah mengapa Kemudian muncul Ritual Budaya yaitu Ruwatan
Rambut Gimbal yang biasanya diadakan Setahun Sekali.
Dalam Ritual tersebut, sebelum Bocah berambut Gimbal tersebut Dicukur
rambutnya, ia akan terlebih dahulu ditanya apa yang diinginkan sebagai
syarat agar rambutnya boleh di potong. Permintaan anak tersebut harus
dipenuhi, jika tidak, maka rambut Gimbal dikepalanya akan tumbuh lagi
meski dipotong berkali-kali.
Sebelum upacara pemotongan rambut, akan dilakukan ritual doa di beberapa
tempat agar upacara dapat berjalan lancar. Tempat-tempat tersebut
adalah Candi Dwarawati, komplek Candi Arjuna, Sendang Maerokoco, Candi Gatot Kaca, Telaga Balai Kambang, Candi Bima, Kawah Sikidang, komplek Pertapaan Mandalasari (gua di Telaga Warna),
Kali Pepek, dan tempat pemakaman Dieng. Malam harinya akan dilanjutkan
upacara Jamasan Pusaka, yaitu pencucian pusaka yang dibawa saat kirab
anak-anak rambut gimbal untuk dicukur.Keesokan harinya baru dilakukan
kirab menuju tempat pencukuran. Perjalanan dimulai dari rumah sesepuh
pemangku adat dan berhenti di dekat Sendang Maerokoco atau Sendang
Sedayu. Selama berkeliling desa anak-anak rambut gimbal ini dikawal para
sesepuh, para tokoh masyarakat, kelompok-kelompok paguyuban seni
tradisional, serta masyarakat.
moga dieng lebih di kenal , amin
BalasHapus