-->

Ads 720 x 90

🎁 Spesial buat pengunjung Mengenal Budaya Jawa, akan ada yang spesial dalam 5 detik...

Tradisi Larung Sesaji: Ritual Syukur Masyarakat Pesisir Jawa Tengah

Larung Sesaji adalah tradisi tahunan masyarakat pesisir Jawa Tengah, terutama di daerah seperti Pekalongan, Rembang, dan Cilacap, sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan dan penghormatan kepada penguasa laut (Nyai Roro Kidul). Ritual ini biasanya dilakukan oleh nelayan dan masyarakat setempat sebelum atau setelah musim panen ikan, dengan melarung berbagai hasil bumi dan kepala kerbau ke laut.

UNESCO telah mencatat Larung Sesaji sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia pada tahun 2017, menunjukkan betapa pentingnya tradisi ini dalam kebudayaan Jawa.


Sejarah dan Makna Filosofis

Larung Sesaji diperkirakan telah ada sejak era Kerajaan Mataram Islam, di mana masyarakat Jawa masih mempertahankan kepercayaan animisme dan dinamisme sebelum Islam masuk. Tradisi ini merupakan perpaduan antara kepercayaan lokal dan nilai-nilai Islam.

Makna Simbolik:

  • Persembahan untuk Penguasa Laut – Nelayan percaya bahwa laut memiliki penunggu (Nyai Roro Kidul) yang mengatur keselamatan dan hasil tangkapan.

  • Wujud Rasa Syukur – Masyarakat berterima kasih atas rezeki dari laut.

  • Permohonan Keselamatan – Agar terhindar dari bencana dan kecelakaan saat melaut.


Prosesi Larung Sesaji

1. Persiapan

  • Penyiapan Sesaji – Berupa tumpeng, hasil bumi (kelapa, pisang, padi), kepala kerbau, dan bunga.

  • Pagelaran Seni – Tarian tradisional seperti Tari Kuda Lumping atau Tari Sintren mengiringi prosesi.

  • Doa Bersama – Dipimpin oleh sesepuh atau pemuka agama setempat.

2. Pelarungan

Sesaji diletakkan di atas perahu kecil atau rakit, lalu dihanyutkan ke tengah laut. Beberapa nelayan juga melakukan sedekah laut dengan melepas burung dara sebagai simbol pelepasan bala.

3. Puncak Acara

Masyarakat menyantap hidangan bersama dan menggelar pertunjukan wayang kulit atau musik tradisional.


Perkembangan di Era Modern

  • Wisata Budaya – Banyak wisatawan domestik dan mancanegara datang menyaksikan Larung Sesaji, seperti di Pantai Depok (Yogyakarta) dan Pantai Teluk Penyu (Cilacap).

  • Nilai Ekologis – Beberapa daerah mengganti sesaji berbahan plastik dengan bahan alami yang ramah lingkungan.

  • Dukungan Pemerintah – Dinas Kebudayaan setempat sering mengadakan festival untuk melestarikan tradisi ini.


Kontroversi dan Pandangan Agama

Beberapa ulama mengkritik Larung Sesaji karena dianggap mengandung unsur syirik (menyekutukan Tuhan). Namun, sebagian masyarakat memandangnya hanya sebagai budaya, bukan ritual pemujaan.



Larung Sesaji adalah tradisi unik yang menggabungkan spiritualitas, seni, dan kearifan lokal. Pelestariannya penting untuk menjaga identitas budaya pesisir Jawa.


Referensi

  1. Kemdikbud. (2017). Larung Sesaji dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda.

  2. Simanjuntak, B. (2015). Ritual Nelayan Jawa: Studi Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

  3. Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah (2021). Larung Sesaji: Makna dan Perkembangannya.

Semoga artikel Tradisi Larung Sesaji: Ritual Syukur Masyarakat Pesisir Jawa Tengah bisa menambah wawasan bagi sobat mbudayajawa yang mampir kesini, kalau sobat mbudaya jawa mempunyai cerita tentang tradisi, kesenian, budaya yang terdapat di daerah sobat mbudayajawa bisa langsung di kirimkan ke mengenalbudayajawa@gmail.com

Jangan lupa klik tombol di bawah ini untuk share ke teman-teman dan bersama kita lestarikan budaya kita sendiri agar tidak hilang oleh jaman.

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter