Salah satu dari banyak kearifan lokal yang dimiliki oleh Suku Tengger
adalah : cara mereka berpakaian sehari-hari. “SARUNG”,ya..I,sarung
merupakan sesuatu yang barangkali hukumnya wajib bagi Suku Tengger untuk
dipakai atau hanya sekedar dibawah beraktifitas.Sehingga orang awam
kebanyakanpun dengan mudahnya mengenali,bahwa sesorang itu adalah warga
Suku Tengger atau bukan.
Fungsi Sarung bagi Suku Tengger selain sebagai pengusir hawa dingin yang
memang akrab dengan keseharian mereka.ada fungsi lain yang tidak kalah
pentingnya,yaitu cara pemakaiannya tidak boleh sembarangan ,karena
didalam tradisi Tengger terdapat makna atau arti didalam tatacara dan
kegunaannya. Tidak kurang dari 7 (tujuh) cara bersarung yang mereka
kenal. Masing- masing cara ini memiliki istilah dan kegunaan sendiri.
1. Kekaweng
Digunakan untuk bekerja, cara menggunakannya kain sarung dilipat dua,
kemudian disampirkan ke pundak bagian belakang dan kedua ujungnya diikat
jadi satu. Cara ini disebut kakawung, yang dimaksudkan agar bebas
bergerak pada waktu ketempat mengambil air atau kepasar. Cara bersarung
seperti ini tidak boleh digunakan untuk bertamu dan melayat.
2. Sesembong
Sedang untuk pekerjaan yang lebih berat, seperti bekerja diladang atau
pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukan tenaga lebih besar, mereka
menggunakan sarung dengan cara sesembong. Sarung dilingkarkan pada
pinggang kemudian diikatkan seperti dodot (di diatas perut di bawah
dada) agar tidak mudah terlepas.
3. Sempetan ( sempretan,jawa)
Saat bertamu, mereka mengenakan sarung sebagaimana masyarakat umumnya,
yaitu ujung sarung dilipat sampai kegaris pinggang. Cara ini disebut
Sempetan.
4. Kekemul
Sementara itu, pada saat santai dan sekedar berjalan-jalan, mereka
menggunakan sarung dengan cara kekemul. Setelah disarungkan pada tubuh,
bagian atas dilipat untuk menutupi kedua bagian tangannya, kemudian
digantungkan di pundak.
5. Sengkletan
Agar terlihat rapi pada saat bepergian mereka menggunakan cara
sengkletan. Kain sarung cukup disampirkan pada pundak secara terlepas
atau bergantung menyilang pada dada
6. Kekodong
Cara lain yang sangat khas, yang sering dijumpai pada saat masyarakat
Tengger berkumpul di tempat - tempat upacara atau keramaian lainnya di
malam hari adalah cara kekodong. Dengan ikatan di bagian belakang kepala
kain sarung dikerudungkan sampai menutupi seluruh bagian kepala,
sehingga yang terlihat hanya mata saja.
7. Sampiran
Anak-anak muda Tengger pun memiliki cara bersarung tersendiri, yang
disebut sampiran. Kain sarung disampirkan di bagian atas punggung. Kedua
bagian lubangnya dimasukkan pada bagian ketiak dan disangga ke depan
oleh kedua tangannya.
Dalam hal berbusana, pakaian sehari-hari yang dikenakan masyarakat
Tengger memang tidaklah jauh berbeda dari masyarakat Jawa. Kaum
wanitanya menggunakan kebaya pendek dan kain panjang tanpa wiron atau
sarung tutup kepala dan selendang batik lebar. Kaum prianya berpakaian
sehari-hari sebagaimana masyarakat pertanian di Jawa. Biasanya mereka
memakai baju longgar dan celana panjang di atas mata kaki, berwarna
hitam. Di bagian dalam, memakai kaos oblong. Udeng dan sarung tidak
tertinggal.
Untuk pakaian resmi pun mereka menggunakan beskap,celan panjang
hitam,dua kain berwarna kuning (Kampuh).dimana satu Kampuh dipakai
secara dislempangkan / menyilang dipundak kanan yang kedua ujungnya
disatukan.dan kain Kampuh yang satu dipakai secara melingkar di perut (
seperti sabuk ) dan memakai Udeng Tengger sebagai penutup kepala bagi
kaum lelaki.Dalam pemakaian Udeng Tengger bagi pemakainya tidak
diperbolehkan menggunakan Udeng yang telah jadi / permanen (
seperti blangkon jogja / udeng bali, madura dll) melainkan harus di
pakai dengan menata dan mengikatnya pada saat di perlukan.( dipakai
sendiri / dibantu orang lain).
Berdasarkan kepercayaan masyarakat Tengger yang sangat diyakini dan
telah dilaksanakan secara turun menurun, masyarakat Tengger memiliki
banyak upacara yang tidak saja berkaitan dengan siklus kehidupan,
melainkan juga yang berhubungan dengan alam. Setidaknya ada dua upacara
besar, yang tetap dilaksanakan dan mengundang perhatian masyarakat luar,
termasuk wisatawan, yaitu upacara adat Kasada Dan Karo.
Sumber
NAMA & MAKNA PAKAIAN SUKU TENGGER
Semoga artikel NAMA & MAKNA PAKAIAN SUKU TENGGER bisa menambah wawasan bagi sobat mbudayajawa yang mampir kesini, kalau sobat mbudaya jawa mempunyai cerita tentang tradisi, kesenian, budaya yang terdapat di daerah sobat mbudayajawa bisa langsung di kirimkan ke mengenalbudayajawa@gmail.com
Jangan lupa klik tombol di bawah ini untuk share ke teman-teman dan bersama kita lestarikan budaya kita sendiri agar tidak hilang oleh jaman.
Posting Komentar
Posting Komentar
- Tuangkan saran maupun kritik dan jangan meninggalkan Spam.
- Berkomentarlah dengan bijak sesuai dengan konten yang tersedia.
- Tidak Boleh Promosi