1. UPACARA ADAT KARO
Upacara Adat Hari Raya Karo ini biasanya oleh masyarakat Suku Tengger dilaksanakan pada bulan Puso atau Karo kalender Tengger.
PROSESINYA :
1. TARI SODORAN (Pembuka ) diawali oleh penari Sodor dari sesepuh
dinamakan Mblara’i ( mengawali ) dilakukan pada pukul 04.00 pagi.
2. Kirab Manten Sodor ( Penari Sodor ).
3. Sebelum tari Sodor dilakukan terlebih dahulu Mekakat kemudian
pembacaan Kerti Joyo ( Pembacaan mantra Karo & memberi sesajen )
4. Tari Sodor dilakukan oleh Manten Sodor (putra – putri) berjumlah 12 orang.
Tempat : untuk Tengger Sabrang Kulon ditempatkan di Desa Tosari ).
Setelah selesai Prosesi masyarakat Tengger melakukan acara :
5. SANTI ( melakukan kirim do’a kepada para Sidi Derma, selametan Banyu dan Gaga / Tegal / Ladang )
6. DEDEREK ( Saling mengunjungi kerumah rumah ).
7. NYADRAN / NELASIH ( nyekar ke makam )
8. BAWAHAN ( Penutupan dilakukan oleh masing – masing Desa ).
Ubo Rampe ( sarana dan prasarana ) Upacara Santi :
1. Kain Putih ( Majangan )
2. Leme’e Godhong Gedang ( dasarannya daun pisang )
3. Tumpeng Lenggah 24 buah ( tumpeng duduk 24 buah kecil-kecil)
4. Pras Among Sanding / Tumpeng Tampah ( Tumpeng besar lengkap Isinya
Nasi yang dibentuk menyerupai gunung,dikelilingi oleh sayuran , Ayam
Panggang utuh , jajan pasar ditempatkan diTampah ).
5. Galang Rowaan
6. Jenang Protoh
7. Jenang Petak
8. Gedang Ayu, Suruh Ayu, Jambe ayu
9. Satak Selawe
10. Takir Janur 24 buah
11. Indung sak Piring
12. Kembang Boreh
13. Rakan Tawang / Rakan Genep
14. Agem 24 buah
15. Petra lanang / Wadon
16. Beras Kuning
2. UPACARA PUJAN KAPAT
Upacara : Selamatan Bumi , Air , Kayu dan segala macam tanaman beserta Hasil Buminya.
Tempat : Rumah Sanggar
Mantra : Pujan Sharon.
Masyarakat suku Tengger membawa hasil bumi mereka ke Rumah Sanggarnya di masing – masing Dusun.
3. UPACARA MEGENG DUKUN.
Upacara ini bersifat pribadi yaitu dilakukan oleh orang yang akan
melakukan ritual untuk menjadi Dukun.sedangkan tahapan-tahapan seseorang
agar dapat menjadi Dukun adalah sebagai berikut:
Syarat menjadi dukun antara lain adalah : (1) Hafal secara lisan dan
makna mantra-mantra Tengger (2)berkemampuan, tekun, mampu menggali
legenda, memiliki kedalaman ilmu, dan bertempat tinggal dekat dengan
lokasi; (3) Berkelakuan baik,sopan santun dan bermoral tinggi (4)
disetujui oleh masyarakat melalui musyawarah; dan (5) Lulus ujian
Mulunen yang diadakan pada saat Upacara Kasada (6) diangkat oleh
pemerintah ( Kepala Desa).
Untuk memperkuat karisma dan wibawa, seorang dukun diwajibkan
menjalankan laku tertentu. Pada setiap bulan Kapitu ( tujuh)/Palguno
seorang calon dukun diwajibkan melakukan puasa mutih, yaitu puasa selama
satu bulan tidak makan garam, gula, dan tidak kumpul dengan istri.
Kerja sehari- hari tetap dilaksanakan, hanya dibatasi waktunya supaya
tidak terlalu lelah. Laku mutih ini diibaratkan sebagai pengasah
kemampuan batiniah yang bersifat spiritual. Diibaratkan seperti pisau,
untuk menjadi tajam harus diasah.
Untuk dapat menjadi dukun diharuskan menguasai adat dan mantra-mantra
yang dibaca atau diucapkan pada berbagai upacara adat. Pada umumnya
dipandang bahwa seseorang bisa menjadi dukun setelah mencapai umur 40
tahun dan menguasai adat serta berbagai mantranya. Mantra-mantra
tersebut dulu diwariskan secara lisan, akan tetapi sekarang di samping
lisan diusahakan melalui tulisan,
4. UPACARA PUJAN KAWOLU
Upacara : Selamatan Bumi , Air , Kayu dan segala macam tanaman beserta Hasil Buminya.
Tempat : Rumah Sanggar
Mantra : Pujan Sharon.
Masyarakat suku Tengger membawa hasil bumi mereka ke Rumah Sanggarnya di masing – masing Dusun.
5. UPACARA PUJAN KASANGA ( PUJAN Ndrundung / Mubeng )
Upacara : Selamatan Bumi , Air , Kayu dan segala macam tanaman beserta Hasil Buminya.
Selamatan anak keturunan suku tengger
Tempat : Rumah Sanggar dan dilanjutkan keliling Desa dengan diiringi ketepung dan trompet
Mantra : Pujan Sharon dan Pujo Jogo
Masyarakat suku Tengger membawa hasil bumi mereka ke Rumah Sanggarnya di masing – masing Dusun.
6. UPACARA KASADA
Upacara Kasada atau Hari Raya Kasada atau Kasodoan adalah Upacara yang
dilakukan oleh Masyarakat Tengger untuk memperingati Pengorbanan diri
Raden Kusuma putra bungsu Joko Seger dan Loro Anteng yang telah
merelakan dirinya untk berkorban demi Kesejahteraan Ayah , Ibunya serta
saudara – saudaranya. Hari Raya Kasada ini di selenggarakan pada tanggal
16 bulan Asuji atau Kasada ( bulan ke duabelas ) tahun Saka. yaitu pada
saat bulan purnama penuh. Upacara ini diikuti oleh seluruh Masyarakat
Suku Tengger dengan membawa Ongkek ( biasanya dipikul berisi Tandur
Tuwuh bumi Tengger / ternak peliharaan / ayam) untuk dilabuhkan (
kurban )di kawah Gunung Bromo, tetapi sebelumnya harus di mintakan
Japa Mantra ( do’a ) kepada Dukun Adat yang berada di Poten lautan
Pasir Gunung Bromo baru setelah itu dilabuhkan. Selain Melakukan ritual
Labuahan pada saat Upacara Kasodo juga diadakan ujian Mulunen bagi Dukun
Baru ( ujian membaca mantra dalam hal ini tidak boleh lupa dan keliru
karena hal tersebut merupakan syarat utama lulus dan tidaknya Sang Dukun
).
7. UPACARA PUJAN KASADA
Upacara : Selamatan Bumi , Air , Kayu dan segala macam tanaman beserta Hasil Buminya.
Tempat : Sanggar
Mantra : Pujan Sharon.
Waktu : Setelah upacara Kasada Panglong Loro
Masyarakat suku Tengger membawa hasil bumi mereka ke Rumah Sanggarnya di masing – masing Dusun.
8. UPACARA BARI’AN
Upacara Bari’an ini diselenggarakan pada saat setelh terjadi bencana
alam, gempa bumi, gerhana atau peristiwa lain yang dapat mempengaruhi
kehidupan orang Tengger. Biasanya dilaksanakan lima sampai tujuh hari
setelah kejadian atau peristiwa bencana atau peristiwa alam lainnya yang
memberikan isyarat atau pertanda buruk. Akan tetapi Upacara Bari’an
tersebut tidak dilaksanakan setelah terjadinya peristiwa saja, melainkan
Upacara Bari’an juga dilaksanakan sebagai wujud ungkapan terimakasih
atau syukur kepada Tuhan. Dalam upacara bari’an seluruh masyarakat
berkumpul dipimpin oleh Kepala Desa dan Dukun Adat.
9. UPACARA SELAMATAN DESA ( satu tahun sekali )
10. UPACARA MAYU DESA ( enam tahun sekali )
11. UPACARA UNAN UNAN ( delapan tahun sekali )
Upacara ini dilakukan sekali dalam Sewindu,Sewindu menurut hitungan
kalender Tengger adalah lima tahun . Upacara ini dimaksudkan untuk
membersihkan Desa dari gangguan – gangguan makhluk halus , bencana alam
serta gangguan dari yang lainnya sehingga mengancam Desa serta
masyarakat Suku Tengger yang ada diDesa tersebut.
Oleh karena upacara ini juga bersifat masal, maka dapat pula
dimanfaatkan untuk memberikan daya tarik di bidang pariwisata. (Catatan
secara empirik upacara ini belum diteliti dengan
lengkap).
12. UPACARA SUMPAH BANYU ROTO (upacara anak keturunan tengger
yang melakukan pelaggaran Dursila / Asusila / Kriminal lainnya ).
13. UPACARA ENTAS-ENTAS / NYEWU
Upacara Entas-entas secara khusus dilaksanakan untuk menyucikan arwah
(roh) orang yang telah meninggal dunia, yaitu pada hari yang ke-1000.
Akan tetapi, pelaksanaannya sering diadakan sebelüm hari ke-1000 untuk
meringkas upacara-upacara kematian itu.
Upacara Entas-entas dimaksudkan untuk menyucikan arwah orang yang telah meninggal dunia agar dapat masuk surga.
Upacara Entas-Entas atau nyewu.biasanya menggunakan beberapa
peralatan yaitu dari anggota keluarga yang telah meninggal,kulak terbuat
dari bambu yang di potong-potong dan sajen lainnya.,prosesnya di awali
ngisi kulak ( bumbung terbuat dr bambu ) dgn beras oleh seluruh keluarga
yg melakukan upacara.setelah itu semua keluarga berkumpul dibawah
bentangan kain panjang ( panjangnya sesuai dengan jumlah keluarga.yg
mengadakan upacara) yg menyatu degan ‘petra’ . bentuknya seperti rumah
dan di atasnya ada angsa lengkap dengan sayap.rumah sebagai simbol
’surga’ dan angsa sebagai simbol kendaraan untuk mencapai
surga.selanjutnya keluarga diiringi gamelan dan trompet berjalan dibawah
bentangan kain putih panjang tadi.ke suatu tempat namanya ‘pengobongan’
untuk kemudian membakar petra. jenis upacara ini tdk diikuti oleh umum
tapi hanya dilakukan oleh keluarga.yg melakukan upacara
entas-entas/nyewu.
UPACARA BIASA
A. UPACARA MBOBOT / KELAHIRAN
Upacara ini merupakan serangkaian enam macam upacara yang saling berkaitan yaitu :
1. Upacara NELONI ( usia kandungan 3 bulan )
2. Upacara SAYUT ( usia kandungan 7 bulan )
Tujuannya adalah agar Ibu yang sedang mengandung serta bayinya
mendapatkan keselamatan serta kelancaran apabila kelak akan melahirkan.
3. Upacara Brokohan
Yaitu Upacara yang diadakan setelah sang bayi lahir dengan selamat
demikian juga dengan Ibunya.biasanya upacara ini dilaksanakan dengan
mengundang para tetangga khususnya para Ibu – Ibu. Sedang ari – ari atau
batur ( teman ) sang bayi dimasukkan kedalam Batok Kelapa ( tempurung )
kemudian disimpan.
4. Upacara Cuplak Puser (usia lahir 7 hari), sekaligus bancaan
Jenang Abang dan Jenang Putih dalam rangka pemberian nama kepada sang
bayi .
5. Upacara Kekerik (usia lahir 40 hari).yaitu dalam Prosesi Upacara
tersebut lidah sang bayi di “kerik “ dengan rumput ilalang , tujuannya
adalah agar sang bayi cepat berbicara dan kelak setelah dewasa
diharapkan juga cerdas.
6. Upacara Among – Among ( usia bayi 44 hari ) tujuannya adalah
supaya bayi terhindar dari gangguan roh jahat ( tolak balak atau tolak
sengkala ) dan agar supaya sang bayi tidak sakit – sakitan.
Sumber
Nama Upacara Adat Tengger
Semoga artikel Nama Upacara Adat Tengger bisa menambah wawasan bagi sobat mbudayajawa yang mampir kesini, kalau sobat mbudaya jawa mempunyai cerita tentang tradisi, kesenian, budaya yang terdapat di daerah sobat mbudayajawa bisa langsung di kirimkan ke mengenalbudayajawa@gmail.com
Jangan lupa klik tombol di bawah ini untuk share ke teman-teman dan bersama kita lestarikan budaya kita sendiri agar tidak hilang oleh jaman.
Posting Komentar
Posting Komentar
- Tuangkan saran maupun kritik dan jangan meninggalkan Spam.
- Berkomentarlah dengan bijak sesuai dengan konten yang tersedia.
- Tidak Boleh Promosi