Tarian Tayub merupakan
Kesenian Khas daerah Kabupaten Grobogan. Tarian tersebut sudah ada
sejak Ki ageng Selo masih muda atau beberapa abad yang lalu. Tarian
tersebut menggambarkan ungkapan rasa syukur atas keberhasilan panen atau
perayaan karena terkabuinya do*a permohonan masyarakat Kabupaten
Grobogan. Mereka bersuka cita, bercanda, menari bersama, bergandeng
tangan, dan saling berpasang pasangan. Kegiatan muda‑mudi yang terjadi
secara spontan ketika itu sangat membekas dan berkesan dalam hati
mereka. Apa yang mereka alami seakan memiliki arti tersendiri dan
menjadi moment penting dalam kehidupannya. Seiring dengan berjalannya
waktu mereka senantiasa mengulangi untuk menyelenggarakan perayaan panen
dengan tarian muda‑mudi sebagaimana waktu sebelumnya. Waktu terus
berjalan yang akhirnya tercipta suatu tari pergaulan yang dinamakan Tayub.
Tayub berasal dari kata Tata dan Guyub, yang artinya bersahabat dengan rasa persaudaraan tanpa persaingan dan tanpa aturan menari yang dibakukan. Mereka menari sesuai dengan kreativitas yang seirama dengan iringan musik gamelan. Tayub kemudian berkembang sangat populer dikalangan masyarakat Kabupaten Grobogan sebagai sarana hiburan yang sangat khas. Biasanya diselenggarakan pada saat musim panen tiba atau pada saat pesta syukuran lainnya.
Seiring dengan perkembangannya sampai sekarang oleh para Tokoh seniman seniwati kabupaten Grobogan ditata sedemikian rupa sehingga seolah olah merupakan aturan baku dalam setiap pementasan kesenian Tayub.
Adapun tatanan yang telah dipakai setiap pementasan kesenian ini adalah satu penari diikuti dua penari pria, dan biasanya setiap pentas minimal dua penari wanita, sehingga diatas pentas minimal ada enam penari pria dan wanita. Karena kesenian Tayub sudah memasyarakat dan juga merupakan hiburan segar dan murah bagi semua kalangan maka hampir setiap ada hajatan di desa selatu ada pentas kesenian ini.
Penari pria yang tampil di pentas adalah para tamu yang hadir pada setiap hajatan , sehingga dibutuhkan pengatur acara yang dalam hal ini dinamakan Pengarih dan sebagai tanda bahwa seseorang mendapatkan jatah menari diberikan Sampur oleh panitia. Dengan demikian dalam situasi apapun pentas kesenian tayub selalu berjalan dengan lancar dan aman dan etika pun dapat terjaga dengan baik karena jarak antara penari pria dan wanita diatur, yaitu satu meter.
Tayub berasal dari kata Tata dan Guyub, yang artinya bersahabat dengan rasa persaudaraan tanpa persaingan dan tanpa aturan menari yang dibakukan. Mereka menari sesuai dengan kreativitas yang seirama dengan iringan musik gamelan. Tayub kemudian berkembang sangat populer dikalangan masyarakat Kabupaten Grobogan sebagai sarana hiburan yang sangat khas. Biasanya diselenggarakan pada saat musim panen tiba atau pada saat pesta syukuran lainnya.
Seiring dengan perkembangannya sampai sekarang oleh para Tokoh seniman seniwati kabupaten Grobogan ditata sedemikian rupa sehingga seolah olah merupakan aturan baku dalam setiap pementasan kesenian Tayub.
Adapun tatanan yang telah dipakai setiap pementasan kesenian ini adalah satu penari diikuti dua penari pria, dan biasanya setiap pentas minimal dua penari wanita, sehingga diatas pentas minimal ada enam penari pria dan wanita. Karena kesenian Tayub sudah memasyarakat dan juga merupakan hiburan segar dan murah bagi semua kalangan maka hampir setiap ada hajatan di desa selatu ada pentas kesenian ini.
Penari pria yang tampil di pentas adalah para tamu yang hadir pada setiap hajatan , sehingga dibutuhkan pengatur acara yang dalam hal ini dinamakan Pengarih dan sebagai tanda bahwa seseorang mendapatkan jatah menari diberikan Sampur oleh panitia. Dengan demikian dalam situasi apapun pentas kesenian tayub selalu berjalan dengan lancar dan aman dan etika pun dapat terjaga dengan baik karena jarak antara penari pria dan wanita diatur, yaitu satu meter.
Posting Komentar
Posting Komentar
- Tuangkan saran maupun kritik dan jangan meninggalkan Spam.
- Berkomentarlah dengan bijak sesuai dengan konten yang tersedia.
- Tidak Boleh Promosi