Sejarah
terciptanya rebana dan tari zippin pesisiran di kabupaten Demak di
mulai dengan kebiasaan pemuda‑pemudi muslim Demak yang sering berkumpul
di Masjid atau di Langgar/Musholla untuk memanjatkan puji‑pujian kepada
Allah SWT ( Sholawatan, Berjanjen) dengan iringan Terbang.
AwaInya, dalarn satu group Rebana dan Tari Zippin Demak terdiri dari pemain putra saja atau pemain putri saja, ini dikandung maksud sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi/pergaulan.
Jumlah pemain dalam tari zippin adalah bebas, tidak ada jumlah yang baku. Namun yang pasti, dalarn satu group Tari Zippin teridiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu pernusik, penyanyi, dan penari.
Musik‑ pengiring terdiri dari Kendang Genjring, Kenthang Kenthing, Gendhang Gendhung, Ketiplak, Kencer. Namun dalam perkembangannya, alat‑alat/ instrument musik tradisional tersebut sering ditambah dengan balasik, gambus, biola, juga dipadukan/ dikolaborasikan dengan musik modem seperti drum, guitar, dan organ
Mengenai lagu yang dibawakan awal mulanya adalah lagu‑lagu dengan syair bahasa Arab, pada perkembangannya lagu yang digunakan bukan hanya lagu bahasa Arab, tetapi juga bersyair bahasa daerah (Jawa) dan Bahasa Indonesia. Baik itu lagu‑lagu asli berbahasa Jawa, Bahasa Indonesia, maupun lagu terjemahan dari lagu berbahasa Arab.
AwaInya, dalarn satu group Rebana dan Tari Zippin Demak terdiri dari pemain putra saja atau pemain putri saja, ini dikandung maksud sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi/pergaulan.
Jumlah pemain dalam tari zippin adalah bebas, tidak ada jumlah yang baku. Namun yang pasti, dalarn satu group Tari Zippin teridiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu pernusik, penyanyi, dan penari.
Musik‑ pengiring terdiri dari Kendang Genjring, Kenthang Kenthing, Gendhang Gendhung, Ketiplak, Kencer. Namun dalam perkembangannya, alat‑alat/ instrument musik tradisional tersebut sering ditambah dengan balasik, gambus, biola, juga dipadukan/ dikolaborasikan dengan musik modem seperti drum, guitar, dan organ
Mengenai lagu yang dibawakan awal mulanya adalah lagu‑lagu dengan syair bahasa Arab, pada perkembangannya lagu yang digunakan bukan hanya lagu bahasa Arab, tetapi juga bersyair bahasa daerah (Jawa) dan Bahasa Indonesia. Baik itu lagu‑lagu asli berbahasa Jawa, Bahasa Indonesia, maupun lagu terjemahan dari lagu berbahasa Arab.
Posting Komentar
Posting Komentar
- Tuangkan saran maupun kritik dan jangan meninggalkan Spam.
- Berkomentarlah dengan bijak sesuai dengan konten yang tersedia.
- Tidak Boleh Promosi