Kematian Anggreni diujung keris Brajanata membuat Inu Kartapati (Panji) sangat sedih. Untuk menghibur kesedihan dan kepedihan hati, putra mahkota mengembara dan meninggalkan Janggala. Mengetahui Panji tunangannya mengembara, Candrakirana pergi meninggalkan Daha. Menjadi pertapa dengan nama Endang angulara, Candrakirana kemudian mengembara mencari kekasihnya dengan menyamar sebagai laki-laki yaitu "Panji Semirang" (potongan dari cerita Panji).
Cerita "Raden Panji dan Galuh Candrakirana" adalah cerita populer di kalangan masyarakat jawa dulu. Sejarah kerajaan Kediri adalah setting dari kidung asmara kisah cinta antara Raden Panji dan Candrakirana. Candrakirana adalah putri dari kerajaan Pangjalu (Daha) yang konon kecantikannya menggungguli kecantikan semua bidadari di khayangan. Kerajaan Janggala (Kahuripan) memiliki putera mahkota yang bernama Inu Kartapati /Panji Asmarabangun.
Sosok Panji Asmarabangun dalam dunia pewayangan digambarkan sebagai "Arjuna" tokoh tampan dan sakti, yang selalu memenangi peperangan. Tidak berbeda dengan "Arjuna, " Panji Asmarabangun tampil sebagai sosok ksatria yang menjadi pujaan wanita dan memiliki daya pesona asmara yang memikat hati para kekasihnya. Kisah asmara " Raden Panji Dan Galuh Candrakirana " adalah perjalanan cinta yang penuh liku bahkan melalui jalan "peperangan dan pengembaraan".
Dibalik peristiwa peperangan, pengembaraan dalam perjalanan asmara yang penuh liku terkandung nilai-nilai edukasi dan sarat dengan pesan moral yang mencakup aspek politik (pemerintahan birokrasi), sosial, ekonomi, budaya, religi, serta harmonisasi antara manusia dan alam. Andhe-andhe lumut, Kethek Ogleng, Panji Laras, Keong Emas, Timun Emas, Panji Anggreni, Panji Angkronakung adalah lakon-lakon cerita yang sangat populer di kalangan masyarakat jawa dulu dan di kalangan dalam keraton diantara ratusan bahkan ribuan cerita Panji yang ada.
Perwujudan pentas lakon Panji ditampilkan melalui seni wayang beber, wayang krucil, wayang gedog, tari topeng, ketoprak, tembang (macapat), relief, arca dan tradisi /budaya bertutur orang tua dulu. Lakon-lakon cerita Panji dan Candrakirana pada peradaban dan budaya masyarakat kekinian, sudah tidak mendapat tempat lagi sehingga terpendam dalam budaya jaman kekinian dan dianggap usang dan kuno.
Cerita Panji telah mengalami banyak transformasi dalam proses bertutur. Dalam kisah-kisahnya banyak penyampaian pesan moral yang bisa digunakan sebagai rujukan sikap, perbuatan dan tingkah lakukan bagi masyarakat umum. Penggambaran tokoh Panji Inu Kartapati sarat dengan amanat yang mengandung nilai-nilai kehidupan khususnya nilai kepahlawanan dan kesatriaan dimana dia tampil untuk menyelamatkan bangsa, negara maupun kerajaan-kerajaan lain serta nilai tanpa pamrihnya saat membantu pihak lain.
Lewat Kediri Bertutur, lakon-lakon cerita Panji dan Candrakirana diketengahkan dan diceritakan lagi di tengah masyarakat kita yang kekinian dan telah kehilangan jejak
akar budayanya sendiri. Melalui seni rakyat (jaran kepang), tradisi bertutur nenek moyang dulu "wayang dari merang (batang padi) dan daun " sampai pentas wayang krucil adalah perwujudan Kampung Bertutur dalam menjaga, merawat dan melestarikan harta karun budaya milik bangsa sendiri "Budaya Panji" yang juga sangat populer di luar jawa sampai mancanegara.
akar budayanya sendiri. Melalui seni rakyat (jaran kepang), tradisi bertutur nenek moyang dulu "wayang dari merang (batang padi) dan daun " sampai pentas wayang krucil adalah perwujudan Kampung Bertutur dalam menjaga, merawat dan melestarikan harta karun budaya milik bangsa sendiri "Budaya Panji" yang juga sangat populer di luar jawa sampai mancanegara.
Terciptanya iklim masyarakat yang guyub “kebersamaan” dan rukun di tempo dulu serta penanaman nilai-nilai budi pekerti kepada anak-anak, tidak bisa dipisahkan dari peranan dan fungsi “tradisi bertutur.” Lewat Kediri Bertutur ini, “kegeniusan tradisi” nenek moyang dulu yaitu “bertutur” tidak lagi menjadi “tradisi yang hilang” dalam masyarakat sekarang yang berkiblat pada budaya modernitas.
Kediri Bertutur merupakan pementasan rakyat yang dilakukan oleh masyarakat desa di Kediri meliputi desa Bujel Mojoroto, desa Sonoageng Nganjuk, desa Ngronggo, dan desa Combre Nganjuk. Pementasan lakon-lakon dalam cerita Panji dan Candrakirana tersebut akan di bawakan oleh para Dalang desa setempat yang melibatkan masyarakat secara langsung. Rencananya pementasan yang dilakukan secara swadaya dan dikemas secara sederhana oleh warga desa ini akan digelar pada tanggal 25-26 Februari dan 3-4 Maret 2012 mendatang.
(teks dan foto : Kediri Bertutur/Kratonpedia, sumber informasi : buku Konservasi Budaya Panji editor Henri Nurcahyo yang diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jawa Timur, buku Serat Babad Kadhiri Anggitanipun: Mas Ngabehi Poerbawidjaja, Mas Ngabehi Mangoenwidjaja yang diterbitkan oleh Boekhandel Tan Khoen Swie, Kediri)
Posting Komentar
Posting Komentar
- Tuangkan saran maupun kritik dan jangan meninggalkan Spam.
- Berkomentarlah dengan bijak sesuai dengan konten yang tersedia.
- Tidak Boleh Promosi