Dalam hitungan hari kaum
Muslim akan menjalankan ibadah menahan lapar dan dahaga dalam bulan suci
Ramadan. Beberapa masyarakat pun menyambutnya dengan berbagai tradisi atau
kebiasaan lain yang ada di daerahnya masing-masing.
Salah satunya adalah
tradisi bernama Padusan. Padusan berasal dari kata dasar adus yang artinya
adalah mandi. Tradisi ini biasanya dilakukan sehari menjelang bulan puasa oleh
masyarakat Jawa.
Dahulunya masyarakat Jawa melakukan padusan di kolam
yang memiliki tujuh mata air atau sumur yang diyakini memiliki kesucian air.
Namun lokasi tradisi itu bergeser dengan hanya menggunakan kolam renang,
pancuran, pemandian, bahkan pantai juga digunakan untuk
padusan.
Budayawan Jawa Suwardi Endraswara menuturkan, padusan yang
menggunakan tujuh mata air diyakini bisa membebas diri dari godaan setan, iblis
maupun roh halus lainnya. Dari tradisi tersebut diharapkan masyarakat Jawa yang
memahaminya bisa beribadah puasa dengan khusyuk.
"Kalau zaman dulu
padusan dilakukan di tempat-tempat tertentu tapi sekarang kan bisa di tempat
umum, silakan saja. Padusan merupakan simbolis yang intinya suci, bersih lahir
dan batin," kata Suwardi saat berbincang dengan detikcom, Jumat
(29/7/2011).
Suwardi menjelaskan padusan biasanya hanya dilakukan untuk
badani saja sementara peralatan salat tidak ikut dicuci dalam tradisi tersebut.
Namun beberapa orang meyakini peralatan salat seperti mukena, sarung maupun
sajadah juga perlu dicuci.
"Kalau ada masyarakat yang juga mencuci
peralatan salat mereka dalam padusan itu mencampurkan tradisi dengan agama
Islam. Jadi menyucikan peralatan untuk ibadah. Tapi tetap harus dipastikan air
yang digunakan untuk mencuci itu benar-benar bersih, jangan habis dipakai untuk
mandi padusan," terangnya sambil tertawa.
Sayangnya, lanjut Suwardi,
banyak masyarakat Jawa yang tak paham dengan hakikat padusan dan hanya sekedar
ikut-ikut. Padahal bila dijalankan dengan sungguh-sungguh, sambung Suwardi, bisa
menyucikan jiwa dan raga.
"Banyak yang mengatakan tradisi itu bid'ah
karena mengaitkan agama Islam dengan paham kejawen. Namun sesungguhnya tradisi
itu bermakna lebih mendalam. Sebaiknya kita saling menghormati terhadap
orang-orang yang memahami paham kejawen. Itu sebuah tradisi dan kekayaan bangsa.
Alangkah indahnya kalau kita saling menghormati tanpa menghakimi,"
pintanya.
( feb / vit )
Tradisi Padusan, Menyucikan Raga Menjelang Ramadan
Semoga artikel Tradisi Padusan, Menyucikan Raga Menjelang Ramadan bisa menambah wawasan bagi sobat mbudayajawa yang mampir kesini, kalau sobat mbudaya jawa mempunyai cerita tentang tradisi, kesenian, budaya yang terdapat di daerah sobat mbudayajawa bisa langsung di kirimkan ke mengenalbudayajawa@gmail.com
Jangan lupa klik tombol di bawah ini untuk share ke teman-teman dan bersama kita lestarikan budaya kita sendiri agar tidak hilang oleh jaman.
Posting Komentar
Posting Komentar
- Tuangkan saran maupun kritik dan jangan meninggalkan Spam.
- Berkomentarlah dengan bijak sesuai dengan konten yang tersedia.
- Tidak Boleh Promosi