Kesenian genjring Bonyok memiliki corak kehidupan dan
perkembangan yang agak berbeda dengan kesenian lain yang tumbuh dan
berkembang di Kecamatan Pagaden kabupaten Subang. Kesenian mampu
berkembang lebih cepat, mendapat popularitas lebih cepat dan diterima
oleh masyarakat sebagai kesenian tradisional miliknya sendiri yang dapat
dinikmati.
Pengertian Genjring Bonyok asal mula dari Genjring
dan Bonyok. Genjring adalah waditra berkulit yang memakai semacam
anting-anting terbuat dari besi atau perunggu sebagai penghias seperti
rebana. Sedangkan Bonyok adalah nama daerah di desa Pangsor Kecamatan
Pagaden Kabupaten Subang. Genjring bonyok artinya kesenian Genjring yang
awal mulanya berada di daerah Bonyok. Kesenian merupakan salahsatu
jenis seni musik tradisional (karawitan) yang alat musiknya terdiri dari
Genjring, Bedug, Kecrek, Tarompet dan Goong.
Pertumbuhan dan perkembangan kesenian ini tidak lepas
dari keadaan lingkungan masyarakat penduduknya. Maksudnya semakin
meningkat kehidupan masyarakat, pengalaman estetis masyarakat dan
semakin banyak munculnya pemahaman-pemahaman baru tentang Genjring
Bonyok akan berpengaruh besar terhadap eksistensi kesenian tersebut.
Jauh sebelum Genjring bonyok lahir, di kampung Bunut Desa Pangsor
Kecamatan pagaden telah ada kesenian genjring yang dipimpin oleh Sajen.
Kesenian merupakan cikal bakal lahirnya Genjring Bonyok.
Keberadaan Genjring Bonyok erat hubungannya dengan
perjalanan hidup Sutarja yang telah bermain dengan Genjring sejak tahun
1963. Waktu itu ia bermain genjring bersama rombongan Genjring yang
dipimpin oleh Sajen (pamannya). Dalam rombongan tersebut ia memegang
genjring nomor 1 yang merupakan komando bagi alat musik lainnya. Karena
Sajen sudah tidak sanggup lagi untuk memimpin rombongan kesenian
tersebut, maka sejak tahun 1965 kepemimpinan rombongan kesenian tersebut
diserahkan kepada Sutarja.
Sutarja dan kawan-kawan sering mengadakan pertunjukan
di Pusaka Nagara dan pamanukan. Di daerah tersebut Sutarja sering
melihat pertunjukan Adem ayem yang perangkat musiknya sama dengan
kesenian genjring yang dipimpin oleh Sutarja yaitu tiga buah genjring
dan sebuah bedug. Perbedannya musik adem Ayem yang lebih dinamis dan
komunikatif dengan menyajikan lagu-lagu untuk mengiringi tarian dan
atraksi akrobatik, sedangkan pertunjukan kesenian yang dipimpin oleh
Sutarja waktu itu hanya menyajikan lagu-lagu seperti Siuh, Gederan dan
Gotrok.
Terinspirasi oleh musik adem ayem tersebut muncul
keinginan Sutarja untuk mengembangkan seni genjring yang dipimpinnya.
Disusunlah motif-motif tabuh genjring yang mirip dengan genjring adem
ayem. Demikian juga lagu-lagu yang disajikannya dipakai lagu-lagu Adem
ayem dan tarompet sebagai pembawa melodi dan goong sebagai pengantar
wiletan. Sekitar tahun 1968, terbentuklah kesenian genjring Baru dengan
garapan musikalnya berbeda dengan genjring sebelumnya. Menurut
keterangan beberapa narasumber, pada awalnya masyarakat Pagaden menyebut
kesenian ini genjring Bonyok. Disebut demikian karena dalam pementasan
penarinya selalu banyak dan dalam menarinya ngaronyok (berkumpul). Dalam
perkembangan selanjutnya ada juga yang menyebut kesenian Genjring
Bonyok karena menganggap kesenian tersebut lahir di daerah Bonyok.
Baru-baru ini muncul sebutan yang lain yaitu Tardug. Tardug merupakan
akronim dari Gitar dan beduh. Kesenian tardug sebenarnya genjring bonyok
juga, hanya alat musiknya ditambah gitar melodi untuk mengiringi lagu
dangdutan.
Di awal perkembangannya Genjring Bonyok menggunakan
alat musik yang relatif sederhana yaitu tiga buah genjring, tarompet dan
bedug. Ketiga genjring tersebut memiliki bentuk dan ukuran yang sama.
Perbedaannya hanya tinggi rendahnya bunyi genjring tersebut.
Bunyi yang dihasilkan genjring biasanya bunyi pong,
pang, ping dan bunyi pak bum. Untuk menghasilkan bunyi pong dengan cara
menepak bagian pinggir genjring menggunakan beberapa ujung jari tangan
dan menepuknya dilepas. Bunyi pang dihasilkan dengan cara menepuk bagian
pinggir genjring (lebih ketengah sedikit dari cara membunyikan pong)
menggunakan sebagian telapak tangan dan menepuknya dilepas. Bunyi ping
dihasilkan dengan cara menepuk bibir genjring menggunakan beberapa ujung
jari tangan menepuknya dirapatkan. Bunyi pak dihasilkan dengan cara
menepuk bagian pinggir atau tengah genjring menggunakan telapak tangan
penuh, menepuknya agak ditekan.
Materi lagu yang disajikan dalam pertunjukan genjring
bonyok tidak terbatas pada lagu-lagu ketuk tilu, adem ayem atau
lagu-lagu yang berirama japlin saja tetapi juga disajikan lagu-lagu
dangdut seperti lagu-lagu Lanang Sejati, Rindu berat, Neng Yeni, Pemuda
Idaman, tembok Derita dan lain-lain. Selain itu sering disajikan pula
lagu-lagu jaipongan. Lagu-lagu tersebut disajikan dalam bentuk paduan
antara karawitan, vokal dan karawitan instrumentalia. Dalam bentuk
penyajiannya, kesenian ini tidak hanya dipertunjukan dalam bentuk
helaran (arak-arakan) tetapi dipertunjukkan juga diatas panggung.
Pertunjukan diatas panggung biasanya dilaksanakan pada acara hiburan,
baik hiburan hajatan, peringatan hari-hari besar, maupun hiburan di
tempat-tempat wisata. Pertunjukan gelaran biasanya pada acara mengarak
anak sunat keliling kampung bersama-sama dengan kesenian sisingaan.
Sumber: www.sundanet.com
Posting Komentar
Posting Komentar
- Tuangkan saran maupun kritik dan jangan meninggalkan Spam.
- Berkomentarlah dengan bijak sesuai dengan konten yang tersedia.
- Tidak Boleh Promosi