Kisah ini menceritakan peristiwa Gajah Oya putra mendiang Prabu Sri Mahapunggung yang teruwat menjadi manusia, bernama Raden Oya. Peristiwa peruwatan ini terjadi karena pertarungannya melawan Raden Brahmaneka, putra Prabu Basurata. Kisah dilanjutkan dengan pernikahan Raden Oya dengan Dewi Hoyi dari Kerajaan Malawa, serta Raden Brahmaneka dengan Batari Indradi, seorang bidadari. Raden Brahmaneka kemudian menjadi raja Wirata yang baru, bergelar Prabu Basupati.
Kisah ini disusun berdasarkan sumber Serat Pustakaraja Purwa karya Ngabehi Ranggawarsita yang dipadukan dengan Serat Pustakaraja Purwa (balungan) karya Ki Tristuti Suryosaputro, dengan sedikit pengembangan.
PRABU BASURATA MENGUSIR RADEN BRAHMANEKA DARI ISTANA
Prabu Basurata di Kerajaan Wirata dihadap pangeran mahkota Raden Brahmaneka, Patih Sunggata, Resi Wisama, beserta para punggawa. Mereka sedang membicarakan kehamilan kedua sang permaisuri Dewi Brahmaniyuta yang saat ini sudah memasuki usia kandungan sembilan bulan. Hal ini sesuai dengan ramalan Begawan Rukmawati di Gunung Mahendra dulu, bahwa Dewi Brahmaniyuta setelah memakan kue Payasa Jamurdipa dari Tanah Hindustan akan mengandung sebanyak dua kali, namun jaraknya berjauhan.
Prabu Basurata sendiri merasa usianya sudah tua. Ia ingin turun takhta menjadi pertapa dan menyerahkan takhta Kerajaan Wirata kepada Raden Brahmaneka. Untuk itu, Raden Brahmaneka harus menikah terlebih dulu sebelum dilantik menjadi raja. Raden Brahmaneka pun dipersilakan memilih putri kerajaan mana yang ingin dinikahinya. Akan tetapi, Raden Brahmaneka bersedia menikah asalkan dengan bidadari, sama seperti sepupunya, yaitu Prabu Brahmasatapa di Kerajaan Gilingwesi yang menikah dengan Batari Widati.
Prabu Brahmaneka marah mendengar perkataan putranya itu. Ia memaksa Raden Brahmaneka untuk melupakan keinginan aneh tersebut dan menikah dengan manusia biasa saja. Akan tetapi, Raden Brahmaneka tetap bersikeras pada keputusannya. Hal ini membuat Prabu Basurata semakin marah dan ia pun mengusir putra pertamanya itu pergi dari Kerajaan Wirata.
KELAHIRAN DEWI BRAHMANEKI
Setelah Raden Brahmaneka pergi meninggalkan istana, Patih Sunggata dan Resi Wisama menyampaikan saran kepada Prabu Basurata supaya meredam amarahnya. Prabu Basurata berangsur-angsur tenang dan ia pun memerintahkan Patih Sunggata supaya berangkat bersama beberapa punggawa untuk menyusul kepergian Raden Brahmaneka dan membawanya kembali ke istana.
Prabu Basurata dan Resi Wisama kemudian masuk ke dalam puri karena mendapat laporan dari para pelayan bahwa Dewi Brahmaniyuta telah melahirkan seorang bayi perempuan. Prabu Basurata sangat gembira menyambut kelahiran putrinya itu. Anak kedua yang usianya selisih belasan tahun dari kakaknya itu pun diberi nama Dewi Brahmaneki.
PRABU AYWANA MENCARI OBAT UNTUK PUTRINYA
Tersebutlah Prabu Aywana dari Kerajaan Malawa di Tanah Hindustan yang berlayar ke Tanah Jawa bersama putrinya, bernama Dewi Hoyi yang menderita sakit kasmala. Menurut petunjuk yang diterima Prabu Aywana, Dewi Hoyi akan sembuh kembali apabila dimandikan di sebuah telaga yang dikelilingi sembilan rumah di dekat Desa Wahita dan di sana pula putrinya itu akan bertemu dengan jodohnya, yaitu seorang pangeran dari Kerajaan Purwacarita.
Kini, rombongan Prabu Aywana telah mendarat di pelabuhan Kerajaan Wirata dan secara kebetulan bertemu pasukan Patih Sunggata yang sedang mencari Raden Brahmaneka. Terjadilah salah paham karena Patih Sunggata mengira rombongan dari Kerajaan Malawa itu datang untuk menyerang Kerajaan Wirata. Pertempuran di antara mereka pun terjadi. Akhirnya, Prabu Aywana turun melerai dan menjelaskan bahwa dirinya adalah kawan baik Prabu Basurata. Dulu saat Prabu Basurata hadir di Kerajaan Ayodya saat upacara Payasa Jamurdipa, Prabu Aywana juga datang di sana dan sempat berkenalan dengannya.
Mendengar penjelasan itu, Patih Sunggata meminta maaf atas kesalahpahaman tadi dan mengundang Prabu Aywana untuk berkunjung ke istana Wirata. Akan tetapi, Prabu Aywana terpaksa menolak undangan tersebut karena harus segera memandikan putrinya di telaga Desa Wahita. Kelak jika Dewi Hoyi telah sembuh, Prabu Aywana berjanji akan mengunjungi Prabu Basurata secara pribadi.
Kedua rombongan itu pun saling bermaaf-maafan kemudian berpisah untuk melanjutkan perjalanan masing-masing.
GAJAH OYA BERTEMU BIDADARI
Sementara itu di Desa Wahita, Buyut Lagra sedang mencari kayu bakar bersama anak angkatnya yang berwujud gajah putih, bernama Gajah Oya. Tiba-tiba Gajah Oya menemukan sebuah mahkota terbuat dari kaca yang bertuliskan “indradi”. Buyut Lagra menduga itu pasti mahkota milik seorang bidadari yang terjatuh.
Buyut Lagra dan Gajah Oya kemudian membawa pulang mahkota itu beserta kayu bakar yang sudah terkumpul banyak. Merasa lapar, Gajah Oya lalu berangkat kembali untuk memetik buah-buahan di hutan. Tiba-tiba saja ia melihat seorang wanita cantik menangis sendirian di bawah pohon. Wanita cantik itu berbicara sendiri bahwa dirinya seorang bidadari bernama Batari Indradi yang kehilangan mahkota kaca dan tidak dapat kembali ke kahyangan. Ia bersumpah barangsiapa bisa menemukan mahkotanya, maka ia rela menjadi istri orang itu jika laki-laki, atau menjadi saudaranya jika perempuan.
Gajah Oya pun muncul dan mengatakan bahwa dirinya bisa menghadirkan mahkota tersebut. Batari Indradi sangat terkejut melihat ada seekor gajah putih yang bisa berbicara. Ia membayangkan apabila mahkotanya benar-benar bisa ditemukan, bagaimana mungkin ia menjadi istri seekor gajah? Namun, karena mahkota itu benar-benar penting, maka ia pun mempersilakan Gajah Oya untuk mengambilnya.
GAJAH OYA MEMBANGUN TELAGA DAN SEMBILAN RUMAH
Gajah Oya pulang ke rumah untuk mengambil mahkota kaca milik Batari Indradi. Mendengar penuturan anak angkatnya, Buyut Lagra merasa khawatir jangan-jangan bidadari itu akan mengingkari janji. Maka, ia lantas mengajarkan sebuah mantra kepada Gajah Oya. Setelah menghafalkan mantra tersebut, Gajah Oya pun kembali ke hutan tempat Batari Indradi menunggu.
Sesampainya di sana, Gajah Oya menyerahkan mahkota kaca itu kepada Batari Indradi. Gajah berbulu putih itu lalu menagih janji Batari Indradi untuk menjadi istrinya. Dalam hati Batari Indradi merasa risih jika bersuamikan seekor gajah. Maka, begitu mengenakan mahkota kaca tersebut, ia pun buru-buru melesat terbang ke angkasa untuk kembali ke kahyangan.
Akan tetapi, Gajah Oya segera membaca mantra pemberian ayah angkatnya, yaitu:
“Hong komakoten kamurep kamidep.”
Kisah ini disusun berdasarkan sumber Serat Pustakaraja Purwa karya Ngabehi Ranggawarsita yang dipadukan dengan Serat Pustakaraja Purwa (balungan) karya Ki Tristuti Suryosaputro, dengan sedikit pengembangan.
Kediri, 27 Januari 2015
Heri Purwanto
------------------------------ ooo ------------------------------
PRABU BASURATA MENGUSIR RADEN BRAHMANEKA DARI ISTANA
Prabu Basurata di Kerajaan Wirata dihadap pangeran mahkota Raden Brahmaneka, Patih Sunggata, Resi Wisama, beserta para punggawa. Mereka sedang membicarakan kehamilan kedua sang permaisuri Dewi Brahmaniyuta yang saat ini sudah memasuki usia kandungan sembilan bulan. Hal ini sesuai dengan ramalan Begawan Rukmawati di Gunung Mahendra dulu, bahwa Dewi Brahmaniyuta setelah memakan kue Payasa Jamurdipa dari Tanah Hindustan akan mengandung sebanyak dua kali, namun jaraknya berjauhan.
Prabu Basurata sendiri merasa usianya sudah tua. Ia ingin turun takhta menjadi pertapa dan menyerahkan takhta Kerajaan Wirata kepada Raden Brahmaneka. Untuk itu, Raden Brahmaneka harus menikah terlebih dulu sebelum dilantik menjadi raja. Raden Brahmaneka pun dipersilakan memilih putri kerajaan mana yang ingin dinikahinya. Akan tetapi, Raden Brahmaneka bersedia menikah asalkan dengan bidadari, sama seperti sepupunya, yaitu Prabu Brahmasatapa di Kerajaan Gilingwesi yang menikah dengan Batari Widati.
Prabu Brahmaneka marah mendengar perkataan putranya itu. Ia memaksa Raden Brahmaneka untuk melupakan keinginan aneh tersebut dan menikah dengan manusia biasa saja. Akan tetapi, Raden Brahmaneka tetap bersikeras pada keputusannya. Hal ini membuat Prabu Basurata semakin marah dan ia pun mengusir putra pertamanya itu pergi dari Kerajaan Wirata.
KELAHIRAN DEWI BRAHMANEKI
Setelah Raden Brahmaneka pergi meninggalkan istana, Patih Sunggata dan Resi Wisama menyampaikan saran kepada Prabu Basurata supaya meredam amarahnya. Prabu Basurata berangsur-angsur tenang dan ia pun memerintahkan Patih Sunggata supaya berangkat bersama beberapa punggawa untuk menyusul kepergian Raden Brahmaneka dan membawanya kembali ke istana.
Prabu Basurata dan Resi Wisama kemudian masuk ke dalam puri karena mendapat laporan dari para pelayan bahwa Dewi Brahmaniyuta telah melahirkan seorang bayi perempuan. Prabu Basurata sangat gembira menyambut kelahiran putrinya itu. Anak kedua yang usianya selisih belasan tahun dari kakaknya itu pun diberi nama Dewi Brahmaneki.
PRABU AYWANA MENCARI OBAT UNTUK PUTRINYA
Tersebutlah Prabu Aywana dari Kerajaan Malawa di Tanah Hindustan yang berlayar ke Tanah Jawa bersama putrinya, bernama Dewi Hoyi yang menderita sakit kasmala. Menurut petunjuk yang diterima Prabu Aywana, Dewi Hoyi akan sembuh kembali apabila dimandikan di sebuah telaga yang dikelilingi sembilan rumah di dekat Desa Wahita dan di sana pula putrinya itu akan bertemu dengan jodohnya, yaitu seorang pangeran dari Kerajaan Purwacarita.
Kini, rombongan Prabu Aywana telah mendarat di pelabuhan Kerajaan Wirata dan secara kebetulan bertemu pasukan Patih Sunggata yang sedang mencari Raden Brahmaneka. Terjadilah salah paham karena Patih Sunggata mengira rombongan dari Kerajaan Malawa itu datang untuk menyerang Kerajaan Wirata. Pertempuran di antara mereka pun terjadi. Akhirnya, Prabu Aywana turun melerai dan menjelaskan bahwa dirinya adalah kawan baik Prabu Basurata. Dulu saat Prabu Basurata hadir di Kerajaan Ayodya saat upacara Payasa Jamurdipa, Prabu Aywana juga datang di sana dan sempat berkenalan dengannya.
Mendengar penjelasan itu, Patih Sunggata meminta maaf atas kesalahpahaman tadi dan mengundang Prabu Aywana untuk berkunjung ke istana Wirata. Akan tetapi, Prabu Aywana terpaksa menolak undangan tersebut karena harus segera memandikan putrinya di telaga Desa Wahita. Kelak jika Dewi Hoyi telah sembuh, Prabu Aywana berjanji akan mengunjungi Prabu Basurata secara pribadi.
Kedua rombongan itu pun saling bermaaf-maafan kemudian berpisah untuk melanjutkan perjalanan masing-masing.
GAJAH OYA BERTEMU BIDADARI
Sementara itu di Desa Wahita, Buyut Lagra sedang mencari kayu bakar bersama anak angkatnya yang berwujud gajah putih, bernama Gajah Oya. Tiba-tiba Gajah Oya menemukan sebuah mahkota terbuat dari kaca yang bertuliskan “indradi”. Buyut Lagra menduga itu pasti mahkota milik seorang bidadari yang terjatuh.
Buyut Lagra dan Gajah Oya kemudian membawa pulang mahkota itu beserta kayu bakar yang sudah terkumpul banyak. Merasa lapar, Gajah Oya lalu berangkat kembali untuk memetik buah-buahan di hutan. Tiba-tiba saja ia melihat seorang wanita cantik menangis sendirian di bawah pohon. Wanita cantik itu berbicara sendiri bahwa dirinya seorang bidadari bernama Batari Indradi yang kehilangan mahkota kaca dan tidak dapat kembali ke kahyangan. Ia bersumpah barangsiapa bisa menemukan mahkotanya, maka ia rela menjadi istri orang itu jika laki-laki, atau menjadi saudaranya jika perempuan.
Gajah Oya pun muncul dan mengatakan bahwa dirinya bisa menghadirkan mahkota tersebut. Batari Indradi sangat terkejut melihat ada seekor gajah putih yang bisa berbicara. Ia membayangkan apabila mahkotanya benar-benar bisa ditemukan, bagaimana mungkin ia menjadi istri seekor gajah? Namun, karena mahkota itu benar-benar penting, maka ia pun mempersilakan Gajah Oya untuk mengambilnya.
GAJAH OYA MEMBANGUN TELAGA DAN SEMBILAN RUMAH
Gajah Oya pulang ke rumah untuk mengambil mahkota kaca milik Batari Indradi. Mendengar penuturan anak angkatnya, Buyut Lagra merasa khawatir jangan-jangan bidadari itu akan mengingkari janji. Maka, ia lantas mengajarkan sebuah mantra kepada Gajah Oya. Setelah menghafalkan mantra tersebut, Gajah Oya pun kembali ke hutan tempat Batari Indradi menunggu.
Sesampainya di sana, Gajah Oya menyerahkan mahkota kaca itu kepada Batari Indradi. Gajah berbulu putih itu lalu menagih janji Batari Indradi untuk menjadi istrinya. Dalam hati Batari Indradi merasa risih jika bersuamikan seekor gajah. Maka, begitu mengenakan mahkota kaca tersebut, ia pun buru-buru melesat terbang ke angkasa untuk kembali ke kahyangan.
Akan tetapi, Gajah Oya segera membaca mantra pemberian ayah angkatnya, yaitu:
“Hong komakoten kamurep kamidep.”
Akibatnya, Batari Indradi langsung jatuh ke tanah dan tidak dapat terbang lagi. Gajah Oya sangat marah karena bidadari itu mengingkari janji. Batari Indradi meminta maaf dan berjanji tidak akan pergi lagi. Ia menyatakan bersedia menjadi istri Gajah Oya, namun terlebih dulu harus dibuatkan sembilan rumah indah yang berjajar mengelilingi sebuah telaga sebagai tempat tinggal mereka kelak.
Gajah Oya hendak pulang meminta bantuan Buyut Lagra, namun ia khawatir Batari Indradi melarikan diri. Maka, ia pun mengheningkan cipta meminta bantuan dewata. Begitu tekun ia berdoa hingga dewata pun mengabulkan permintaannya. Secara ajaib muncul seberkas cahaya dari langit yang seketika berubah menjadi sebuah telaga jernih dan dikelilingi sembilan rumah berjajar indah.
Akan tetapi, ketika Gajah Oya bangun dari samadinya, ia terkejut karena Batari Indradi sudah tidak ada lagi. Rupanya bidadari itu lagi-lagi mengingkari janji dan kini telah melarikan diri. Gajah Oya sangat marah dan segera mencari ke mana perginya bidadari tersebut.
RADEN BRAHMANEKA MELINDUNGI BATARI INDRADI
Batari Indradi memang telah kabur meninggalkan Gajah Oya dengan berlari sekencang-kencangnya, karena ia sudah tidak dapat terbang lagi. Gajah Oya sendiri terus mengejarnya dan hampir dapat menyusul bidadari itu. Batari Indradi pun menjerit minta tolong dan suaranya itu terdengar oleh Raden Brahmaneka yang kebetulan lewat di sana.
Raden Brahmaneka segera turun tangan memberikan bantuan. Terjadilah pertarungan antara dirinya melawan Gajah Oya. Karena tenaga Gajah Oya jauh lebih kuat, Raden Brahmaneka pun terdesak dan melarikan diri dengan membawa serta Batari Indradi.
Raden Brahmaneka dan Batari Indradi lalu bersembunyi di dasar sebuah jurang. Di sana mereka menemukan sebatang anak panah yang menancap di batu. Raden Brahmaneka mencabut anak panah itu lalu melemparkannya ke arah Gajah Oya. Secara ajaib, wujud Gajah Oya pun berubah menjadi seorang pemuda tampan dan anak panah tadi berubah menjadi pakaian yang langsung melekat di tubuhnya. Pemuda tampan itu kemudian terlempar jauh entah ke mana.
PRABU AYWANA MENIKAHKAN PUTRINYA DENGAN GAJAH OYA
Sementara itu, rombongan Prabu Aywana telah sampai di Desa Wahita dan bertemu Buyut Lagra sang kepala desa. Setelah berkenalan, mereka lalu pergi bersama-sama mencari adanya telaga yang dikelilingi sembilan rumah. Begitu menemukan telaga tersebut, Prabu Aywana segera memandikan Dewi Hoyi sehingga sembuh dari penyakit kasmala yang dideritanya.
Tiba-tiba muncul seorang pemuda tampan yang terlempar entah dari mana dan jatuh di hadapan Prabu Aywana. Pemuda itu bangun dan memperkenalkan dirinya kepada Buyut Lagra sebagai Gajah Oya. Buyut Lagra yang mengenali suaranya seketika merasa bahagia karena anak angkatnya itu telah teruwat menjadi manusia.
Buyut Lagra kemudian menceritakan asal-usul anak angkatnya itu kepada Prabu Aywana. Sesungguhnya Gajah Oya adalah putra mendiang Prabu Sri Mahapunggung yang lahir dari istri kedua bernama Dewi Rukmini. Karena lahir dalam wujud bayi gajah putih, Prabu Sri Mahapunggung merasa malu dan membuang putra keempatnya itu di Hutan Pancala. Bayi gajah putih itu kemudian ditemukan oleh Begawan Rukmawati dan diasuh di Gunung Mahendra. Setelah dewasa, gajah putih diperintahkan Begawan Rukmawati untuk bertapa di Bukit Oya, sehingga ia pun terkenal dengan sebutan Gajah Oya. Begawan Rukmawati juga memberikan petunjuk bahwa Gajah Oya kelak akan berubah wujud menjadi manusia apabila mengabdi kepada Buyut Lagra di Desa Wahita. Kini, petunjuk itu telah menjadi kenyataan. Mulai saat ini, Gajah Oya pun diganti namanya menjadi Raden Oya.
Prabu Aywana sangat senang mendengar cerita tersebut. Ia mengaku juga mendapatkan petunjuk dewata bahwa putrinya akan berjodoh dengan seorang pangeran dari Kerajaan Purwacarita. Maka, Raden Oya pun dijodohkan dengan Dewi Hoyi sesuai petunjuk tersebut. Buyut Lagra menasihati Raden Oya agar melupakan Batari Indradi yang suka ingkar janji itu dan menerima Dewi Hoyi sebagai gantinya. Raden Oya mematuhi dan menerima perjodohan tersebut. Prabu Aywana sangat senang dan mengajak Raden Oya untuk dinikahkan dengan Dewi Hoyi di istana Malawa. Buyut Lagra juga diajak serta untuk mendampingi anak angkatnya tersebut.
PRABU BASURATA MENERIMA BATARI INDRADI SEBAGAI MENANTU
Sementara itu, Raden Brahmaneka membawa Batari Indradi pulang ke Kerajaan Wirata. Prabu Basurata menyambut gembira kedatangan putranya itu namun sekaligus tidak berkenan melihat kehadiran seorang wanita bersamanya. Raden Brahmaneka dituduh sembarangan mengambil perempuan sebagai istri.
Raden Brahmaneka menjelaskan kepada sang ayah bahwa Batari Indradi yang dibawanya ini merupakan seorang bidadari. Ia menyatakan telah berhasil mewujudkan keinginannya, yaitu menikah dengan bidadari. Prabu Basurata tidak percaya dan ingin mendapatkan bukti. Batari Indradi pun mengheningkan cipta dan menghadirkan sebutir permata Retnadumilah di hadapannya, untuk kemudian dipersembahkan kepada Prabu Basurata.
Prabu Basurata sangat berkenan menerima permata tersebut. Maka, ia pun merestui Raden Brahmaneka menikah dengan Batari Indradi.
RADEN BRAHMANEKA MENJADI RAJA WIRATA
Sesuai janjinya, Prabu Basurata pun turun takhta apabila Raden Brahmaneka telah menemukan jodohnya. Ia lalu mengirim permohonan kepada atasannya, yaitu Sri Maharaja Purwacandra di Kerajaan Medang Kamulan supaya diizinkan menunjuk putranya sebagai pengganti. Setelah mendapatkan izin tersebut, Prabu Basurata pun turun takhta dan melantik Raden Brahmaneka sebagai raja Wirata yang baru, bergelar Prabu Basupati.
Prabu Basurata sendiri kemudian menjadi pertapa menghabiskan sisa umurnya, bergelar Begawan Wasubrata.
------------------------------ TANCEB KAYON ------------------------------
kembali ke: daftar isi
Posting Komentar
Posting Komentar
- Tuangkan saran maupun kritik dan jangan meninggalkan Spam.
- Berkomentarlah dengan bijak sesuai dengan konten yang tersedia.
- Tidak Boleh Promosi