Tradisi Sungkem Tlompak-Warga mengikuti prosesi kirab dalam tradisi Sungkem Tlompak di Dusun Gejayan, Desa Banyudisi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang |
Ratusan warga termasuk anak-anak sibuk merias wajah mereka sebelum menjalani sebuah prosesi kirab.
Pada hari yang istimewa itu mereka tengah mempersiapkan sebuah tradisi yang telah dilakukan turun-temurun yaitu Sungkem Tlompak. Hajatan di Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis tersebut selalu dilaksanakan lima hari setelah Lebaran.
Diadakannya Sungkem Tlompak zaman dulu berawal saat desa mengalami musim paceklik dengan ditandai gagal panen serta sulit mencari makan. Dari sebuah peristiwa itu, mereka lalu menggelar syukuran memohon kepada Tuhan agar terhindar dari bencana. Mereka berdoa di sekitar mata air Tlompak dan menggelar berbagai macam kesenian untuk menolak bala.
Hingga saat ini, mereka masih terus mempertahankan prosesi ini sebagai bentuk pelestarian budaya leluhur dengan kirab dari ujung desa hingga menuju sumber air yang berjarak sekitar dua kilometer.
Riyadi sebagai tokoh desa setempat mengungkapkan bahwa tradisi ini berkembang untuk menjaga kelestarian alam seperti menjaga mata air.
"Adanya tradisi yang sakral diadakan setiap tahunnya memberikan nilai positif bagi warga untuk tidak merusak alamnya," ungkap Riyadi.
Selain itu, tradisi Sungkem Tlompak juga dimaknai sebagai wujud silaturahim antarwarga. Mereka bertemu bertegur sapa dan menjalin relasi yang lebih baik.
Sementara itu, alunan gamelan yang mulai ditabuh kembali mengiringi warga yang memakai beragam kostum dan riasan. Darah seni yang mengalir di setiap warganya ditunjukkan dengan tumbuhnya banyak kelompok tari di Dusun Gejayan. Kesenian seperti jatilan, topeng ireng, dan soreng menjadi hiburan mereka saat lelah bekerja di sawah atau kebun.
Posting Komentar
Posting Komentar
- Tuangkan saran maupun kritik dan jangan meninggalkan Spam.
- Berkomentarlah dengan bijak sesuai dengan konten yang tersedia.
- Tidak Boleh Promosi