Majalah Pertiwi, Tahun 6, Oktober 1991, hal. 112-113
Wanita Jawa di Suriname (2)
(Javanese women in Suriname II)
Oleh Kundalini Yoga Meditasi *
Bahasa Jawa Ngoko
Anne Sastromejo (wanita Jawa-Suriname yang aktif dalam kegiatan kelompok Jawa-Suriname di Negeri Belanda) menyatakan bahwa tidak ada kontak antara orang2 Jawa-Suriname di Negeri Belanda dengan orang2 Jawa dari Indonesia. Kedua kelompok ini telah berkembang sendiri membentuk ciri2 yang berbeda satu sama lainnya. Lingkungan hidupnya pun berbeda. Orang Jawa-Suriname merasa segan berhu-bungan dengan orang Indonesia, terutama karena masalah bahasa. Bahasa Jawa yang mereka gunakan se-hari2 ialah bahasa Jawa ngoko (kasar) yang kuno. Memang bahasa inilah yang dipakai oleh golongan kaum buruh. Dan karena kurangnya kontak dengan orang Jawa se-lama di Suriname, bahasa Jawa tersebut tidaklah berkembang. Demi-kian juga dengan bahasa Melayu mereka (mereka tidak bisa berbahasa Indonesia). Dengan kesulitan komunikasi ini seringkali mereka merasa bahwa orang Indonesia/Jawa yang dijumpai menunjukkan sikap merendahkan orang2 Jawa-Suriname yang bahasanya janggal itu. Itu-lah sebabnya orang2 Jawa-Suriname dan keluarga nenek Juariah ti-dak pernah mengunjungi perayaan2 yang diadakan oleh Kedutaan In-donesia maupun oleh keluarga2 Indonesia lainnya. Dengan demikian kebudayaan Jawa di Suriname (dan sekarang diteruskan di negeri Belanda) berkembang menurut interpretasi mereka sendiri. Orang2 Jawa-Suriname ini mengadakan sendiri perayaan Lebaran, perkawinan, dsb. secara terpisah, mengikuti adat dan kebiasaan sebagaimana mereka pelajari dari leluhur mereka.
Aspek lain dari budaya Jawa yang sulit dipertahankan keasliannya ialah membuat masakan Jawa. Tidak adanya bahan pangan dan bumbu yang diperlukan bagi masakan itu menyebabkan pengolahan makanan harus disesuaikan dengan kondisi setempat. "Orang2 perempuan ha-rus membuat sendiri bumbu2 seperti terasi, dsb. Tetapi dengan meningkatnya jumlah orang Jawa yang datang ke Suriname meningkat pulalah barang2 dagangan dan bahan makanan dari Jawa", kata ibu Ponirah. Langkanya bahan pangan dan bumbu bagi pengolahan masakan Jawa memaksa orang Jawa-Suriname untuk mengubah dan mengembangkan cita rasa masakan mereka. Karena tidak ada asam maka sayur asam pun dibuat dengan jeruk purut saja, misalnya. Tidaklah mengheran-kan jika seorang Jawa-Suriname yang kebetulan berkunjung ke Indo-nesia mengatakan bahwa masakan di Jawa tidak sama dengan yang biasa dimakannya di rumah.
Wanita Jawa di Suriname (2)Bahasa Jawa Ngoko
Semoga artikel Wanita Jawa di Suriname (2)Bahasa Jawa Ngoko bisa menambah wawasan bagi sobat mbudayajawa yang mampir kesini, kalau sobat mbudaya jawa mempunyai cerita tentang tradisi, kesenian, budaya yang terdapat di daerah sobat mbudayajawa bisa langsung di kirimkan ke mengenalbudayajawa@gmail.com
Jangan lupa klik tombol di bawah ini untuk share ke teman-teman dan bersama kita lestarikan budaya kita sendiri agar tidak hilang oleh jaman.
Posting Komentar
Posting Komentar
- Tuangkan saran maupun kritik dan jangan meninggalkan Spam.
- Berkomentarlah dengan bijak sesuai dengan konten yang tersedia.
- Tidak Boleh Promosi