Lokasi: Dusun Beku, Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo Sekitar 30 km dari Yogyakarta.
"Mengenang Pahlawan Nasional Perempuan"
Nyi Ageng Serang adalah salah satu pahlawan nasional perempuan yang turut mengangkat senjata melawan penjajahan Belanda pada masanya. Ia lahir pada tahun 1752 di Serang, Purwodadi, Jawa Tengah. Nama aslinya adalah R.A. Kustiyah Wulaningsih Retno Edi. Beliau adalah putri dari penguasa wilayah Serang yang pada waktu itu menjadi bagian dari kerajaan Mataram. Penguasa itu bernama Panembahan Notoprojo. Beliau adalah pendekar perempuan yang gigih memperjuangkan tanah air dari penjajahan. Masyarakat Serang memberikan sebuah julukan kehormatan bagi perempuan yang mewarisi sifat-sifat pendekar ini dengan nama Djayeng Sekar. Beliau pada waktu itu menjadi pemimpin Laskar Gula Kelapa untuk wilayah daerah timur-laut Jawa Tengah.
Hingga beliau berusia senja, Nyi Ageng Serang tak pernah surut dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah. Beliau memimpin pasukannya melakukan long march dari Serang kemudian bergerak ke barat lalu menuju ke selatan dengan menyusuri sungai Progo dan kemudian bermarkas di bukit Traju Mas pada masa Perang Diponegoro. Di bukit yang sekarang dikenal sebagai Perbukitan Menoreh inilah beliau bersama pasukannya pada waktu itu menyusun strategi peperangan. Peperangan itu pula yang mengantarkan beliau ke tempat di mana ia sekarang dimakamkan yakni bukit Traju Mas.
Nyi Ageng Serang wafat karena sakit pada tahun 1828 diusianya yang ke-76, tepatnya dua tahun sebelum Perang Diponegoro berakhir. Berdasarkan pemintaan beliau sebelum wafat, beliau akhirnya dimakamkan di perbukitan Menoreh.
Kompleks makam Nyi Ageng Serang merupakan situs untuk mengenang perjuangan beliau dalam melawan penjajahan Belanda dan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Bukit Menoreh dan kompleks makam beliau inilah yang menjadi bukti sejarah bahwa kemampuan seorang perempuan setara dengan laki-laki, bahkan jauh sebelum gerakan feminisme muncul di Eropa.
Pada pintu masuk makam, para pengunjung akan melihat sebuah monumen yang menerangkan beliau sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Di bagian tengah kompleks makam ini terdapat dua bangunan berbentuk joglo. Makam Nyi Ageng Serang, putri, serta para abdi dalem menempati bangunan yang pertama. Sedangkan bangunan yang kedua dimakamkan suami beliau yaitu, R.M. Kusuma Wijaya, ibu, dan para keluarga beliau yang lain. Disamping keluarga dan para abdi dalem, di kompleks pemakaman terdapat makam beberapa prajurit yang telah berjuang bersama beliau.
Para pengunjung diharapkan melepas alas kaki ketika memasuki pintu kompleks makam. Larangan bagi para pengunjung di tempat ini adalah tidak boleh membawa senjata tajam dan tidak boleh membawa minuman yang dapat menyebabkan mabuk. Selain itu, harus tetap menjaga ketenangan dan tidak memancing keributan. Bagi perempuan yang sedang haid atau nifas tidak boleh masuk ke dalam makam.
Masyarakat sekitar makam ini secara rutin menggelar pementasan seni untuk memperingati kepahlawanan beliau. Pementasan kesenian Desa Banjarharjo biasanya digelar setiap bulan Sura (Muharram). Yang ditampilkan adalah kuda lumping, tarian dolalak, shalawatan, dan pementasan kesenian yang lain yang digelar oleh hampir semua seniman tradisional di masing-masing dusun di Banjarharjo. Disamping sebagai upaya untuk melestarikan budaya lokal, gelar kebudayaan lokal tersebut juga merupakan ekspresi beberapa seniman untuk mengenang beliau. Gelar budaya kesenian itu juga diselingi dengan pameran aneka buah-buahan, hasil pertanian, dan produk makanan yang dihasilkan oleh Desa Banjarharjo.
Makam Nyi Ageng Serang juga mempunyai daya tarik objek wisata tersendiri, selain memiliki nilai kepahlawanan dan sejarah yang tinggi. Makam ini dipercayai oleh beberapa orang menjadi tempat untuk mencari berkah (ngalap berkah) agar keinginan para peziarah terkabul. Ritual berziarah untuk mendoakan mereka yang sudah meninggal bercambur baur dengan kepercayaan mistik beberapa masyarakat setempat maupun pendatang. Hal ini tampak dengan ramainya para peziarah pada hari-hari tertentu, khususnya pada Malam Selasa Kliwon dan Malam Jum’at Kliwon.
Di kompleks makam ini terdapat seorang juru kunci makam yang akan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para peziarah. Juru kunci juga akan siap memandu, bagi para peziarah yang mempunyai niat ngalap berkah dari makam tersebut. Biasanya juru kunci menyuruh pengunjung membawa bunga tujuh rupa, kemenyan, dan kadang-kadang disertai puasa beberapa hari selama berdoa sebagai wujud prihatin atau laku prihatin. (kotajogja.com)
Posting Komentar
Posting Komentar
- Tuangkan saran maupun kritik dan jangan meninggalkan Spam.
- Berkomentarlah dengan bijak sesuai dengan konten yang tersedia.
- Tidak Boleh Promosi