Obyek
wisata ini berada pada puncak tertinggi Perbukitan Menoreh berada di
perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah. Tepatnya berada di dusun Keceme,
desa Gerbosari, kecamatan Samigaluh, 45 km dari Yogyakarta-Wates. Puncak
tertinggi Suroloyo berada pada ketinggian 1017 di atas permukaan laut.
Fasilitas berupa jalan setapak menuju ke puncak sebanyak 285 trap.
Wisatawan dapat merasakan sejuknya udara pegunungan di atas hamparan
kebun teh yang menghijau dan pesona matahari terbit atau sunrise di pagi
hari.Di obyek wisata ini, sambil merasakan sejuknya udara pegunungan di
atas hamparan perkebunan teh yang menghijau, wisatawan dapat menikmati
pesona matahari terbit, sedangkan ke arah utara dari Puncak Suroloyo ini
dapat dilihat kemegahan Candi Borobudur.
Di Suroloyo ini terdapat beberapa tempat yang berbau mitologis, yang tentunya sangat sayang untuk dilewatkan, antara lain :
- Puncak Sariloyo
- Tegal Kepanasan
- Sendang Kadewatan
- Sendang Kawidodaren
- Pertapaan Kaendran
- Pertapaan Mintorogo
- Puncak Sariloyo
- Tegal Kepanasan
- Sendang Kadewatan
- Sendang Kawidodaren
- Pertapaan Kaendran
- Pertapaan Mintorogo
Pada setiap tanggal 1 Syuro di Puncak Suroloyo ini selalu diadakan Upacara Jamasan Pusaka pemberian dari Kraton Yogyakarta yang berupa Tombak Kyai Manggolo Murti dan Songsong Kyai Manggolo Dewo. Dari rumah sesepuh Dusun Keceme, upacara dimulai dengan kirab pusaka, diikuti arak-arakan yang membawa gunungan hasil bumi, diiringi musik tetabuhan tradisional dan dimeriahkan dengan rombongan beberapa group kesenian tradisional menuju Sendang Kawidodaren tempat upacara jamasan pusaka dilaksanakan yang juga menarik dari kegiatan ritual ini adalah adanya udik-udik berupa hasil bumi yang diperebutkan oleh para warga masyarakat maupun para pengunjung. Konon, mereka yang bisa mendapatkan udik-udik ini akan mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa berupa hasil pertanian yang melimpah.
Dari atas puncak Suroloyo terlihat megahnya candi Borobudur yang berjarak 10 km dan fantastiknya gunung Sindoro, Sumbing, Merapi, Merbabu, serta gunung Ungaran. Setiap tanggal 1 Suro di puncak Suroloyo, tepatnya di Sendang Kawidodaren diadakan Upacara Jamasan Pusaka pemberian dari keraton Yogyakarta berupa tombak Kyai Manggolo Murti dan Songsong Kyai Manggolo Dewo. Dari rumah sesepuh desa Keceme, upacara dimulai dengan kirab pusaka yang diikuti tetabuhan dan kesenian tradisional menuju Sendang Kawidodaren.
Dari
Puncak Suroloyo kita disuguhi pemandangan yang menakjubkan, panorama
candi Borobudur dapat kita nikmati dari Suroloyo seolah-olah kita berada
di atas pesawat terbang yang terbang pada ketinggian rendah. Dari
Puncak Suroloyo ini pula kita bisa menikmati pemandangan Gunung Merbabu,
Merapi, Sindoro dan Sumbing yang bersanding dengan eloknya. Pemandangan
pegunungan menoreh yang berada di sekeliling Suroloyo menjadi nilai
tambah keindahannya. Keindahan panorama ini telah didukung dibangunnya
tiga buah pendopo yang memberikan kenyamanan tersendiri. Dari sini pula
kita bisa menikmati indahnya Sunrise dan Sunset yang sangat menawan,
jika cuaca sedang cerah. Ada beberapa fasilitas menarik kawasan Puncak
Suroloyo yang membuat kita bisa betah meluangkan waktu berwisata.
Mitos Puncak Suroloyo
KITAB
“Cabolek” karya Ngabehi Yasadipura -pujangga Keraton Surakarta Abad
ke-18-mengisahkan, Raden Mas (RM) Rangsang, Putra Mahkota Kerajaan
Mataram Islam, menerima wangsit untuk menjadi penguasa tanah Jawa. RM
Rangsang diharuskan berjalan kaki dari keraton di wilayah Kotagede, Kota
Yogyakarta, ke arah barat. Setelah menempuh jarak sekitar 40 kilometer
dan tiba di wilayah Pegunungan Menoreh, ia jatuh pingsan karena
kelelahan. Wangsit kedua pun datang. RM Rangsang yang setelah dewasa
dikenal sebagai Sultan Agung Hanyokrokusumo diperintahkan melakukan
“tapa kesatrian” di tempat itu.
Lokasi
Sultan Agung, raja terbesar Kerajaan Mataram Islam, melakukan “tapa
kesatrian” itu adalah puncak Suroloyo. Puncak bukit tertinggi Pegunungan
Menoreh itu berada di Dusun Keceme, Gerbosari, Kecamatan Samigaluh,
Kulon Progo, Provinsi DI Yogyakarta. Puncak itu juga diyakini sebagai
“kiblat papat pancering bumi” (pusat dari empat penjuru) di tanah Jawa.
Sebagian masyarakat Jawa percaya, jika ditarik garis lurus dari utara ke
selatan, serta dari barat ke timur di atas Pulau Jawa, maka akan
bertemu di Puncak Suroloyo.
Puncak yang menjadi bagian dari histori Kerajaan Mataram Islam itu kini menjadi kawasan wisata alam pegunungan di bagian barat DIY. Perjalanan mendaki bukit yang penuh kelok dan liku itu akan terobati setelah tiba di Puncak Suroloyo. Dari puncak setinggi 1.019 meter itu pengunjung dapat menikmati keindahan lanskap pulau Jawa ke delapan penjuru mata angin, menatap gunung hingga pantai dengan jarak pandang ratusan kilometer.
Saat
terbaik untuk menikmati bentang alam dari puncak Suroloyo adalah saat
matahari terbit hingga di bawah pukul 10.00. Pemandangan akan lebih
maksimal terlihat jika langit dalam keadaan cerah. Untuk mencapai tempat
ini, pengunjung harus berjalan menanjak lebih dari 150 meter, melalui
286 anak tangga dengan sudut kemiringan antara 30- 60 derajat. Namun,
udara pegunungan yang sejuk dan badan yang terasa sehat karena lancarnya
aliran darah menjadikan perjalanan itu menyenangkan.
Pada Masa Hindu Kuno masyarakat mempercayai bahwa Kayangan atau tempat bersemayam para dewa berada di Gunung Himalaya, puncak gunung tertinggi di dunia. Cukup sulit pada saat itu membayangkan seperti apa Puncak Himalaya sebagai tempat para dewa. Karena itulah para pendeta Hindu menjadikan Puncak Suroloyo sebagai peraga Kayangan. Pada waktu itu Puncak Suroloyo dikenal sebagi tempat tertinggi di kerajaan Mataram.
Selain
Puncak Suroloyo sendiri sebagai Kayangan ada tempat-tempat lain di
kawasan Suroloyo yang tidak lepas dari mitos pula. Sebutlah misalnya
Pertapaan Mintorogo, dalam cerita pewayangan pertapaan Mintaraga
merupakan tempat bertapa Janaka yang memperoleh senjata berupa panah
yang dipergunakan pada Perang Bharatayuda mengalahkan Raja Newatakawaca.
Nama Mintorogo diambil dari Kyai Ajar Mintorogo, dari segi harfiah
Mintorogo sendiri berarti kehidupan yang sederhana dan bersahaja.
Ada
pula kawasan Suroloyo yang disebut dengan Sendang Kadiwatan dan Sendang
Kawidodaren merupakan tempat mandi Para dewa dan Bidadari.Ada lagi
Enceh Suci yang merupakann padasan yang konon merupakan bekas masjid.
Rute Ke Arah Puncak Suroloyo
Untuk
sampai ke Puncak Suroloyo pengunjung harus membawa kendaraan sendiri
karena tidak ada angkutan umum sampai disana. Perjalanan bisa ditempuh
menggunakan kendaraan roda dua dan empat. Atau jika anda penggemar
Mountain Bike, medan Suroloyo menantang untuk dicoba. Yang perlu
diperhatikan adalah kondisi kendaraan yang Fit dan Driver yang handal.
Karena jalan menuju kesana penuh dengan tikungan tajam dan menanjak.
Selain itu ruas jalan cukup sempit untuk dilalui lebih dari satu
kendaraan. Di kiri dan kanan jurang yang dalam, walau tertutup pohon
namun cukup membahayakan. Dari Yogyakarta bisa menempuh route :
1. Dari Yogyakarta : Jl.Godean — Kenteng — Nanggulan — Kalibawang – Suroloyo .
2. Dari arah Semarang/Magelang bisa melalui Rute Magelang — Muntilan — Jl Wates — Kalibawang — Suroloyo.
3.
Alternatif yang bisa ditempuh melalui Borobudur. Akan tetapi hanya bisa
dijangkau dengan berjalan kaki. Dari Borobudur ke arah selatan searah
dengan Hotel Amanjiwo. Sampai terminal kita harus meneruskan perjalanan
dengan berjalan kaki, karena tidak ada jalan menuju Puncak Suroloyo
selain jalan setapak. Informasi dari penduduk setempat meyakinkan saya
bahwa mencapai puncak Suroloyo dari rute Borobudur hanya bisa dengan
bejalan kaki. Namun jika anda tertarik bisa ditempuh rute ini karena
pemandangan yang begitu indah akan kita dapatkan.
Sumber
Posting Komentar
Posting Komentar
- Tuangkan saran maupun kritik dan jangan meninggalkan Spam.
- Berkomentarlah dengan bijak sesuai dengan konten yang tersedia.
- Tidak Boleh Promosi