-->

Ads 720 x 90

Ki Nartosabdho - Banjaran Drona

Drona atau Dorna adalah salah satu tokoh penting dalam wiracarita Mahabarata. Ia adalah guru perang para Pandawa dan Korawa. Arjuna adalah murid yang sangat dikasihinya.Drona memiliki keahlian dalam mengembangkan seni pertempuran termasuk Dewastra. Dalam pewayangan Jawa, Begawan Drona memiliki pusaka sakti yaitu Keris Cundamanik dan panah Sangkali.

Drona menikah dengan Dewi Krepi dan memiliki seorang putera yang bernama Aswatama atau Bambang Aswatama. Namun ada juga versi yang menyebutkan saat Drona mencari Sucrita (Drupada), ia tidak bisa menyeberang sungai dan ditolong oleh seekor kuda terbang jelmaan Dewi Wilutama, yang dikutuk Dewa. Kutukan itu akan berakhir jika ada seorang ksatria yang mencintainya dengan tulus. Karena pertolongan yang diberikan Wilutama, Drona menepati janjinya mencintai Kuda betina tersebut. Namun karena terbawa nafsu, Drona bersetubuh dengan Kuda Wilutama hingga mengandung dan melahirkan seorang putera yang diberi nama Bambang Aswatama.

Dalam Mahabharata, Drona adalah putera pendeta Bharadwaja yang lahir tanpa ibu. Dikisahkan, suatu hari Bharadwaja pergi bersama rombongannya menuju Gangga untuk melakukan penyucian diri. Di sana, ia melihat bidadari yang sangat cantik datang untuk mandi. Bharadwaja tidak bisa menguasai nafsunya, sehingga ia mengeluarkan air mani yang sangat banyak. Ia kemudian mengatur agar air mani tersebut ditampung dalam sebuah pot/guci yang disebut Drona. Dari cairan itulah Drona lahir kemudian dirawat oleh ayahnya, Pendeta Bharadwaja.

Sedangkan dalam pewayangan Jawa, Drona adalah putera dari Resi Baratmadya dengan Dewi Kumbini. Sewaktu muda ia bernama Bambang Kumbayana. Drona memiliki saudara seayah seibu bernama Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Pada masa mudanya ia berada dalam kemiskinan, namun ia belajar ilmu agama dan militer bersama-sama dengan pangeran dari Kerajaan Panchala bernama Drupada. Drona dan Drupada kemudian menjalin persahabatan. Dalam masa kecil itu, Drupada pernah berjanji untuk memberikan setengah kerajaannya kepada Drona saat dia menjadi Raja Panchala. Drona juga belajar imu peperangan dari Parasurama.

Setelah menikah dan memiliki putera, Drona tentu saja ingin membahagiakan mereka dan ingin keluar dari kemiskinan. Ia teringat akan janji teman kecilnya, Drupada. Kemudian Drona pergi menemui Drupada untuk meminta bantuan, namun apa yang ia peroleh tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Drupada yang sudah terlena akan kekuasaan, menolak untuk mengakui Drona sebagai temannya dan bahkan menghinanya dengan mengatakan bahwa ia manusia rendah.

Drupada berkata bahwa sebagai anak-anak wajar jika dirinya mau berteman dengan Drona, karena pada masa itu mereka masih sama. Tetapi sekarang, Drupada sudah menjadi raja, sementara Drona berada dalam kemiskinan. Drupada juga berkata bahwa ia akan memuaskan hati Drona jika Drona mau meminta sedekah selayaknya para brahmana daripada mengakuinya sebagai teman. Mendengar apa yang dikatakan Drupada, Drona lalu pergi dan dalam hatinya bersumpah akan membalas dendam.

Drona diangkat menjadi guru para ksatria Hastinapura dalam Mahabharata dikisahkan, bahwa ia pergi ke Hastinapura dengan harapan bisa membuka sekolah seni militer. Suatu hari, ia melihat para Pandawa dan Korawa sedang mengelilingi sumur. Kemudian ia menghampiri para pangeran Kuru itu dan menanyakan apa yang terjadi. Yudhistira, Si sulung Pandawa menjawab bahwa bola mereka jatuh ke dalam sumur dan mereka tidak tahu bagaimana cara mengambilnya.

Drona tertawa mendengar apa yang dikatakan Yudhistira dan menasehati mereka karena tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghadapi hal yang sepele saja. Yudhistira kemudian menjawab, jika Drona mampu mengambil bola tersebut, maka raja Hatinapura pasti akan memenuhi semua keperluan hidupnya.

Drona lalu melempar cincin miliknya , mengumpulkan beberapa mata pisau, dan merapalkan mantra Weda. Kemudian ia melemar mata pisau ke dalam sumur seperti tombak. Mata pisau pertama menancap pada bola, dan mata pisau kedua menancap pada mata pisau pertama, dan begitu seterusnya hingga membentuk sebuah rantai, lalu perlahan-lahan Drona menarik bola tersebut.

Korawa dan Pandawa muda terkesima melihat keahlian Drona. Drona kemudian menunjukkan keahliannya lagi dengan merapalkan mantra Weda dan menembakkan mata pisau ke dalam sumur untuk mengambil cincinnya yang terapung. Melihat apa yang ditunjukkan Drona, para pangeran muda Hastinapura itu kemudian membawa Drona ke kota dan melaporkan kejadian tersebut kepada Bisma, kakek mereka.

Bisma menawarkan agar Drona mau menjadi guru para pangeran Kuru dan mengajari mereka seni peperangan. Drona kemudian mendirikan sekolah di dekat kota, di sana para pangeran dari berbagai kerajaan di sekitar negeri datang untuk belajar di bawah bimbingannya.
Namun Drona tidak mau menerima murid yang bukan dari golongan ksatriya, salah satu pangeran yang ditolaknya adalah Ekalawya dari suku Nishadha. Karena ditolak, Ekalawya kemudian memasuki hutan dan mualai belajar dan berlatih sendirian dengan sebuah patung yang menyerupai Drona dan ia sembah. Ekawlaya meskipun berlatih sendiri memiliki kesaktian yang luar biasa, setara dengan Arjuna, murid kesayangan Drona.

Suatu hari, ada seekor anjing yang menggonggong saat ia serius latihan , dan tanpa melihat, Ekalawya menembakkan panah dan menancap di mulut anjing tersebut. Para Pandawa heran dengan kemampuan Ekalawya. Mereka menghampiri Ekalawya dan ia mengaku kepada para Pandawa bahwa ia adalah murid Drona. Drona kaget karena ia tidak merasa memiliki murid seperti Ekalawya. Ekalawya kemudian menjelaskan bahwa ia belajar setiap hari dengan patung yang menyerupai Drona yang ia anggap sebagai guru.

Drona kemudian meminta agar Ekalawya mempersembahkan daksina kepada sang guru sebagai tanda bahwa pelajarannya telah selesai, karena ia merasa prestasi Arjuna akan tersaingi. Daksina yang diminta Drona adalah ibu jari Ekalawya. Tanpa rasa curiga sedikitpun, dan karena hormatnya Ekalawya dengan Drona , ia pun memotong jarinya sendiri dan ia tidak bisa menggunakan senjata panah lagi.

Selain Ekalawya, Drona juga menolak untuk menjadi guru dari Karna (Basukarna), karena Karna tidak berasal dari kasta ksatria. Namun, Karna kemudian belajar ilmu perang secara diam-diam, dan keahliannya dalam ilmu memanah pun hampir setara dengan Arjuna
Saat pendidikan para pangeran Kuru selesai, Drona menyuruh mereka untuk menangkap raja Drupada di Kerajaan Panchala dalam keadaan hidup-hidup.

Doryudana, Dursasana, Wikarna dan Yuyutsu mengerahkan tentara Hastinapura untuk menggempur kerajaan Panchala, sementara para pandhawa pergi tanpa angkatan perang. Arjuna berhasil menangkap Drupada dan membawanya ke hadapan gurunya, Drona. Drona kemudian mengambil separuh dari wilayah kekuasaan Drupada. Drupada tidak terima dengan apa yang dilakukan Drona, dengan dendam yang membra, ia mengdadakan upacara untuk memohon anugerah seorang putera yang akan membunuh Drona dan seorang puteri yang akan menikah dengan Arjuna. Dari upacara itu, lahirlah Drestadyumna dan Dropadi yang menjadi istri Arjuna dan Pandawa yang lain.

Dalam perang akbar di Kurukshetra, Drona berada di pihak Korawa, ia menjadi komandan pasukan Korawa. Ia juga yang membuat rencana curang untuk membunuh Abimanyu putera Arjuna. Sebelum perang dimulai, Begawan Drona pernah berkata bahwa hal yang bisa membuatnya tidak berdaya dan tidak mau mengangkat senjata adalah apabila ia mendengar kabar bencana dari seseorang yang dia akui kejujurannya. Dengan hal itu, Sri Kresna memerintahkan Bima untuk membunuh seekor gajah bernama Aswatama, nama yang sama dengan putera Drona.

Bima berhasil membunuh gajah tersebut kemudian ia berteriak sekeras-kerasnya bahwa Aswatama mati. Drona kaget mendengar hal itu, dan ia meminta kepastian Yudhistira yang memang terkenal akan kejujurannya. Yudhistira kemudian menjawab Aswatama mati, Yudhistira tidak berbohong, karena dia berkata kepada Drona bahwa Aswatama mati, entah itu gajah ataukah manusia. Gajah itu memang sengaja dibunuh oleh Pandawa agar Yudhistira mengatakan hal itu kepada Drona. Karena hal itu, Drona menjadi kehilangan semangat hidup. Dalam perang Bharatayuddha, Resi Drona gugur di tangan Drestadyumna, putera Prabu Drupada.

Sumber : http://www.hadisukirno.com/artikel-detail?id=61

Link kagem donwload ngandap menika...

Ki Nartosabdho - Banjaran Drona 01
Ki Nartosabdho - Banjaran Drona 02
Ki Nartosabdho - Banjaran Drona 03
Ki Nartosabdho - Banjaran Drona 04
Ki Nartosabdho - Banjaran Drona 05
Ki Nartosabdho - Banjaran Drona 06
Ki Nartosabdho - Banjaran Drona 07
Ki Nartosabdho - Banjaran Drona 08
Ki Nartosabdho - Banjaran Drona 09
Ki Nartosabdho - Banjaran Drona 10
Ki Nartosabdho - Banjaran Drona 11
Ki Nartosabdho - Banjaran Drona 12
Ki Nartosabdho - Banjaran Drona 13
Ki Nartosabdho - Banjaran Drona 14
Ki Nartosabdho - Banjaran Drona 15
Ki Nartosabdho - Banjaran Drona 16
Semoga artikel Ki Nartosabdho - Banjaran Drona bisa menambah wawasan bagi sobat mbudayajawa yang mampir kesini, kalau sobat mbudaya jawa mempunyai cerita tentang tradisi, kesenian, budaya yang terdapat di daerah sobat mbudayajawa bisa langsung di kirimkan ke mengenalbudayajawa@gmail.com

Jangan lupa klik tombol di bawah ini untuk share ke teman-teman dan bersama kita lestarikan budaya kita sendiri agar tidak hilang oleh jaman.

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter