Seren Taun adalah upacara adat tahunan masyarakat Sunda, terutama di Cigugur (Kuningan), Kampung Naga (Tasikmalaya), dan Baduy (Banten), sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen dan permohonan kesuburan untuk tahun mendatang. Tradisi ini telah berlangsung turun-temurun sejak masa Kerajaan Sunda dan masih lestari hingga kini.
Pada 2021, Kemdikbud menetapkan Seren Taun sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia dari Jawa Barat, menegaskan pentingnya tradisi ini dalam budaya agraris Sunda.
Makna Filosofis Seren Taun
Ngaliwatan taun (mengakhiri tahun lama) dan ngalaksanakeun taun anyar (menyambut tahun baru) dalam kalender pertanian Sunda.
Symbol gotong royong (kebersamaan) dan harmoni alam, diwujudkan dalam persembahan hasil bumi.
Penghormatan kepada Dewi Sri (Nyi Pohaci Sanghyang Asri), dewi padi dalam kepercayaan Sunda kuno.
Prosesi Upacara Seren Taun
1. Munggahan (Persiapan)
Ngembang (ziarah ke makam leluhur) oleh tetua adat.
Ngalaksa (menumbuk padi bersama) sebagai simbol kebersamaan.
2. Inti Upacara
Ngajayak (menyimpan padi ke leuit/lumbung) dengan iringan angklung dan gending Sunda.
Tarian Tradisional, seperti Tari Buyung (tarian membawa kendi air) dan Jaipongan.
Sedekah Bumi – Pembagian hasil panen (beras, sayur, buah) kepada masyarakat.
3. Puncak Acara: Helaran (Arak-arakan)
Gunungan (tumpeng raksasa dari hasil bumi) diarak keliling desa sebelum dibagikan ke warga.
Prosesi Ngalungsurkeun (menurunkan padi dari lumbung untuk ditanam kembali).
Keunikan Seren Taun di Beberapa Lokasi
1. Seren Taun Cigugur
Dipimpin oleh Pangeran Djatikusumah, keturunan Kerajaan Sunda.
Menggunakan baju putih sebagai simbol kesucian.
2. Seren Taun Baduy
Dilakukan secara sederhana, tanpa alat musik modern.
Pantangan teknologi selama upacara.
3. Seren Taun Kampung Naga
Ritual pembersihan diri di Sungai Ciwulan sebelum upacara.
Hanya dihadiri warga setempat, jarang terbuka untuk turis.
Perkembangan & Daya Tarik Wisata
Festival Budaya Tahunan di Kuningan menarik ribuan pengunjung.
Kolaborasi seni modern, seperti pertunjukan musik elektronik berbasis gamelan.
Edukasi pertanian organik melalui ritual adat.
Kontroversi & Tantangan Pelestarian
Komersialisasi – Sebagian masyarakat khawatir upacara kehilangan makna sakral.
Generasi Muda – Minat pelestarian berkurang akibat urbanisasi.
Seren Taun bukan sekadar ritual, tetapi sistem pengetahuan lokal tentang pertanian, ekologi, dan kearifan Sunda. Pelestariannya memerlukan dukungan pemerintah dan partisipasi aktif komunitas adat.
Referensi
Dinas Kebudayaan Jawa Barat. (2022). Seren Taun: Makna dan Prosesi.
Ekadjati, E.S. (1995). Kebudayaan Sunda. Bandung: Pustaka Jaya.
UNESCO ICH. (2021). Indonesia's Intangible Cultural Heritage.
Posting Komentar
Posting Komentar
- Tuangkan saran maupun kritik dan jangan meninggalkan Spam.
- Berkomentarlah dengan bijak sesuai dengan konten yang tersedia.
- Tidak Boleh Promosi