-->

Ads 720 x 90

TRADISI WIWIT JELANG PANEN

Upacara adat wiwitan di Desa Giripeni kembali digelar. Iring-iringan bregada sayuran mengawali upacara wiwitan yang digelar masyarakat Desa Giripeni di Bulak Dobangsan. Puluhan warga mengarak dua buah gunungan tumpeng yang berisi berbagai jenis hasil bumi.

“Upacara adat ini merupakan tradisi warga desa dalam menyambut musim panen padi. Kami sangat bersyukur panen di musim tanam kedua tahun ini sangat baik,” ujar Sekretaris Kelompok Tani Martani Giripeni Untung Suharjo di sela acara Upacara Adat Wiwitan di Bulak Dobangsan, Selasa (9/6).

Untung mengungkapkan, panen di musim tanam kedua kali ini hasil yang diperoleh sangat memuaskan. Dia mengatakan, rata-rata setiap ubinan menghasilkan 5,2 kilogram. Total panen yang dihasilkan pada musim tanam kedua ini mencapai 8,32 ton per hektare. Adapun luasan lahan pertanian di desa ini mencapai 42 hektare.

Makna dari tradisi wiwit, sejatinya adalah panjatan doa dan ungkapan syukur atas limpahan hasil panen dari Yang Maha Kuasa. Tapi dari kacamata yang berbeda, tradisi wiwit sesungguhnya juga bisa dimaknai sebagai sarana atau media terjalinnya interaksi sosial diantara para petani serta hubungan keselarasan antara petani pemilik lahan dengan alam.

Di Jogja dan sekitarnya, upacara tradisi wiwit yang sebelumnya sempat nyaris hilang tergerus jaman, kini mulai bangkit kembali. Memasuki musim panen, petani di daerah pedesaan banyak yang melakukan ritual ini. Sekalipun tatacara dan ubo rampe (perlengkapan) wiwit tidak lagi seragam seperti dulu, namun hal-hal pokok dalam ritual wiwit tetap dilakukan.

Prosesi wiwit, terbagi dalam dua bagian. Dalam hal ritual, seperti lazimnya sesaji, ada tetua kampung ataupun mbah kaum yang biasanya memimpin doa lalu diteruskan dengan pemotongan batang padi yang pertama sebagai pertanda proses panen padi bisa segera dilakukan. Dan yang kedua, adalah proses makan bersama. Ubo rampe berupa nasi tumpeng, sayur kluwih, urap atau kluban, pelas, telur, tempe tahu goreng, rese (ikan asin) dan peyek segera dibagi-bagikan dalam bungkus daun pisang dan daun jati. Yang menarik, semua yang hadir tanpa kecuali mendapat jatah makanan yang sama. Dan bisa ikut bersantap menu tradisional di tengah sawah. Sungguh sedap. (jalanjogja.com)

 Sumber: http://jogja.solopos.com/baca/2015/06/09/tradisi-wiwitan-hasil-panen-petani-giripeni-naik-warga-gelar-wiwitan-612745
Semoga artikel TRADISI WIWIT JELANG PANEN bisa menambah wawasan bagi sobat mbudayajawa yang mampir kesini, kalau sobat mbudaya jawa mempunyai cerita tentang tradisi, kesenian, budaya yang terdapat di daerah sobat mbudayajawa bisa langsung di kirimkan ke mengenalbudayajawa@gmail.com

Jangan lupa klik tombol di bawah ini untuk share ke teman-teman dan bersama kita lestarikan budaya kita sendiri agar tidak hilang oleh jaman.

Related Posts

1 komentar

Posting Komentar

- Tuangkan saran maupun kritik dan jangan meninggalkan Spam.
- Berkomentarlah dengan bijak sesuai dengan konten yang tersedia.
- Tidak Boleh Promosi

Subscribe Our Newsletter