-->

Ads 720 x 90

Mengenal Suku tengger


Tengger dan gunung Bromo, dua hal yang tidak asing di telinga kita. Keduanya saling melengkapi sebagai satu kesatuan yang tidak mungkin dipisahkan (loro-lorone atunggal). Karena gunung Bromo adalah tumpah darah sedulur Tengger. Tempat mereka hidup, bersosialisasi, berproduksi dan lain sebagainya. Sedangkan tanpa suku Tengger maka gunung Bromo hanya sebuah noktah kecil keindahan alam yang tercipta di salah satu wilayah Jawa Timur.            Eksotisme Tengger atau pesona Tengger inilah yang menarik Dewan Kesenian Jawa Timur untuk melakukan penelitian secara   mendalam sebagai perwujudan pelestarian budaya Tengger. Karena selama ini upaya telusur dan pendokumentasian seni budaya dan kearifan lokal Tengger terkesan belum maksimal. Apalagi jika melihat kedudukan Tengger sebagai simpul penting dari sepuluh kantong kebudayaan di Jawa Timur.            Pada kegiatan penelitian seni budaya Tengger yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur dan dilaksanakan Dewan Kesenian Jawa Timur serta bekerjasama denagan Tim Film Dokumenter dari TVRI Surabaya serta peneliti dari sanggar tari Lung   Ayu Jombang, mendapatkan fakta bahwa selain seni topeng Tengger juga ditemukan upacara adat yang sangat beragam di lingkungan masyarakat Tengger. Ini membuktikan bahwa masyarakat Tengger masih memegang teguh tradisi di tengah serbuan arus informasi yang bagi sebagian orang dianggab lebih menjanjikan daripada budaya lokal yng kita miliki.Sebelum kita menegok lebih jauh tentang kearifan-kearifan lokal yang terkemas dalam kekayaan budaya Tengger, lebih baiknya akan diperkenalkan keelokan alam gunung Bromo yang memiliki panorama anak gunung dan lautan pasir, serta savana (padang rumput) sangat luas untuk ukuran Jawa Timur. Dan rasanya kurang lengkap jika berkunjung ke Bromo tanpa melihat puncak maha keindahan ciptaan Yang Maha Esa, yaitu saat matahari terbit atau wisatawan sering menyebut sunrise. Sunrise di puncak Bromo adalah lukisan abadi keindahan mayapada yang dapat kita lihat dri puncak gunung penanjakan yang terletak di daerah Kabupaten Pasuruan.

PANDUAN WISATA KE BROMO
Jangan bilang orang Jawa Timur atau orang Indonesia kalau belum pernah berkunjung dan melihat langsung gunung Bromo .Apakah  kalimat diatas berlebihan? tapi yang pasti panorama Bromo dengan Suku Tengger yang mempunyai Adat , Tradisi serta Budaya yang penuh fenomenal dan eksotik itu perlu dilihat, dinikmati, direnungkan terakhir disyukuri, bahwa Tuhan telah memberikan Anugerah yang terbaik bagi bangsa ini.



new-11.jpg

Pada dasarnya untuk menuju Kawasan Taman Naasional Bromo Tengger Semeru, yaitu yang dimiliki oleh empat Pemerintah Kabupaten ada beberapa akses yaitu. melalui Tosari atau Nongkojajar / Tutur wilayah dari Kabupaten Pasuruan. Kedua akses melalui Ngadisari / Cemoro Lawang ( sukapura Kabupaten Probolinggo ), Sedang akses ketiga melalui pintu Ranu Pani ( Senduro Kabupaten Lumajang). Dan ke empat adalah melalui Ngadas Kabupaten Malang.

new-8.jpg489666217_fba44effd7_m.jpgBagi yang senang berpetualang akses Ranu Pani (Kab.Lumajang) dan Ngadas (Kab.Malang ) sangatlah cocok karena medannya sangat menantang ( cocok untuk adventure ) dan minim fasilitas. Sedang, bagi yang hanya ingin menikmati indahnya Panorama Bromo dengan memerlukan fasilitas,  Ngadisari ( Probolinggo ) dan Tosari / Tutur ( Kab.Pasuruan).



OBYEK WISATA YANG DAPAT DI NIKMATI ADALAH

1.      Melihat matahari terbit ( sunrise ) di Gunung Penanjakan

2.      Rekreasi olahraga dan Petualangan

3.      Interpretasi Flora dan Fauna serta Ekosistem yang ada di Taman Nasional Bromo Tengger dan Semeru

4.      Wisata Geovulkanologi

5.      Foto Hunting

6.      Wisata Budaya Adat Suku Tengger.



BROMO JALUR RANU PANI SENDURO KAB.LUMAJANG

Sebetulnya akses ini lebih sering digunakan bagi mereka yang mempunyai tujuan pendakian ke gunung Semeru.sedangkan ke Bromo adalah tujuan tambahan. Bagi anda yang membawa kendaraan pribadi, bisa langsung menuju Kecamatan Senduro ( ± 20 km arah barat Ibu Kota Lumajang ), perjalanan menuju Senduro  ada tempat wisata yang layak juga di kunjungi yaitu Pemandian Alam Selokambang, ticket masuknya sangat terjangkau dan makanannya juga standart, sayang tidak ada sesuatu yang khas Lumajang yang bisa dibawa untuk oleh – oleh. setelah puas di Pemandian Alam Selokambang, anda bias melanjutkan perjalanan menuju Senduro. apabila anda sudah sore sampai disenduro, lebih baik    cari home stay ( rumah penduduk yang disewakan ) atau Hotel ( hanya   ada   Hotel dan  fasilitasnya  juga terbatas ). anda bisa beristirahat sambil jalan – jalan melihat obyek wisata religi yaitu Pura Mandara Giri ( biasanya hari – hari tertentu ramai karena ada orang Hindu Bali yang melakukan persembahyangan ).ada juga pasar tradisonal yang menjual Pisang Agung khas Lumajang ( Senduro adalah penghasil Pisang Agung ).

Pada pagi harinya anda bisa melanjutkan perjalanan ke Ranu Pani, anda akan melewati kawasan hutan Ireng – ireng and harus ekstra hati – hati karena jalannya sempit , licin dan  agak gelap karena rimbunnya hutan. Di Ranu Pani inilah anda bisa melakukan pendakian ke Gunung Semeru, apabila anda hanya ingin ke Bromo maka anda harus melanjutkan perjalanan menuju Njemplang  (pertigaan yang mempertemukan akses Lumajang dan Akses Malang).

Dari Njemplang anda melewati jalan tanah yang menurun, sekali lagi anda harus ekstra hati – hati karena jalannya hanya pas untuk satu kendaraan serta medan yang sangat berat anda akan sampai di lautan pasir bromo sebelah selatan ( padang ilalang ) atau lebih dikenal dengan Watu Kutho. dan pastikan bahwa kendaraan yang anda bawa ada fasilitas 4 x 4 nya serta bahan bakarnya sudah anda full tank kalau tidak jangan coba – coba kalau anda tidak ingin mendapatkan masalah(tidak ada satupun orang jual makanan apalagi bahan bakar),

mogok.jpgJika anda tidak mendapatkan masalah diperjalanan, persiapkan bahan baker kendaraan serta mengikuti petunjuk pendamping wisata.

2773782008_063bed2cce_m.jpgInilah kawasan Watu Kutho.

watu-kutho.jpgini salah satu medan di Watu Kutho, hati-hati dengan rumput ilalangnya mudah terbakar. dan satu lagi yang perlu diingat apabila musim kemarau jangan sekali – kali membuang puntung rokok di areal Watu Kutho, ilalang keringnya sangat mudah terbakar. Setelah anda melewati Watu Kutho barulah anda sampai di Poten ( tempat pujan pada upacara Kasodo / ujian Mulenen Dukun Adat ) lautan Pasir dimana anda memarkir kendaraan, setelah itu anda  naik menuju bibir  tangga gunung Bromo ( bisa jalan kaki / naik kuda ). Untuk kembali lebih baik anda keluar melalui Cemoro lawang Probolinggo  atau Ndingklik Wonokitri / Tosari  Kabupaten Pasuruan.

kanvas.jpgSedang bagi anda yang  memakai  kendaraan   umum, anda bisa naik angkutan umum          (bison)  menuju Kecamatan Senduro, dari Senduro menujuRanu Pani tidak ada angkutan umum yang ada hanya mobil jenis jeep kanvas ( terbuka yang biasanya digunakan oleh orang Ranu Pani untuk mengangkut hasil sayur mayurnya).

  Angkutan Seperti inilah yang ada



Catatan :

Sesuai dengan wisatanya petualang, maka akses ini perlu persiapan yang matang baik kendaran maupun orangnya serta perbekalannya.

 BROMO JALUR NGADAS KIDUL / PONCOKUSUMO  KAB.MALANG

Akses ini juga tidak jauh berbeda dengan akses dari Lumajang, dari Malang anda bisa menuju ke Kecamatan Tumpang selanjutnya naik kendaraan angkutan umum menuju Desa Gubug Klakah Kecamatan Poncokusumo arah Barat Utara Kabupaten Malang. Selanjutnya anda melanjutkan perjalanan menuju Desa Ngadas Kidul, setelah melewati Ngadas anda harus ekstra hati – hati apabila melewati daerah Coban Pelangi ( air terjun ) jalannya menanjak tajam. Setelah itu baru anda akan sampai di pertigaan Njempalng. apabila anda lurus menuju Ranu Pani sedangkan kalau belok kiri anda menuju ke Bromo melewati Watu Kutho.

Apabila memakai kendaraan Umum anda hanya sampai di Desa Gubug Klakah Kecamatan Poncokusumo, sedang untuk naik ke Ngadas Kidul tidak ada angkutan umum sama seperti dari Senduro ke Ranu Pani.yang ada angkutan hasil sayur mayur.( Truck atau Jeep terbuka )





BROMO JALUR CEMORO LAWANG KABUPATEN PROBOLONGGO

Akses ini memang lebih mudah dijangkau untuk menuju ke Bromo, baik dengan kendaraan pribadi maupun menggunakan kendaraan umum ( ada bis mini yang sampai ke cemoro lawang ). Rute yang harus dilalui dari kota Pobolonggo atau terminal bis Bayuangga anda ke arah selatan menuju Kecamatan Sukapura dan naik terus menuju Desa Ngadisari / Cemoro Lawang. Walaupun aksesnya mudah anda juga perlu hati – hati karena jalannya berkelok. Sesampainya di Cemoro Lawang anda bisa menginap di Hotel  (ada beberapa Hotel kelas Melati ) dan Home Stay. Kalau tujuan anda hanya melihat Bromo anda tidak perlu menginap karena anda bisa langsung menuju ke Bromo lewat lautan pasir. Tetapi sayang kalau anda tidak bermalam Karena anda tidak akan pernah tahu indahnya Sun Rise dan panorama Bromo dilihat dari Gunung Penanjanakan (wilayah Tosari Pasuruan).

cemoro-lawang.jpgUntuk menuju ke Bromo anda bisa dengan Kuda ataupun dengan kendaraan Hard Top. ( karena ada himbauan, kendaraan pribadi tidak boleh turun kelaut pasir). Apabila anda bermalam di hotel atau di home stay biasanya kendaraan Hard Top sudah disediakan (include charge ), bisa juga cari sendiri sesuai dengan selera kita (di areal cemoro lawang banyak di parkir kendaraan Hard Top sewa milik masyarakat setempat).

 Di Pintu gerbang Cemoro Lawang Ngadisari Probolinggo, Hard Top. Siap angkut



Paket Bromo Tour : Persiapan kira – kira pukul 02.30 WIB. Anda akan dibangunkan oleh petugas hotel, selanjutnya pukul 03.00 WIB. anda akan dibawa dengan kendaraan jeep hard top menuju Penanjakan melewati laut pasir, tapi anda harus bayar dulu Ticket masuk kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ( harga ticket dibedakan antara Wisman dan Wisnu serta ada peraturan – peraturan lain yang harus di patuhi oleh pengunjung). pastikan anda memakai pakaian yang tebal / jaket karena suhu dilaut pasir dan penajakan sangat dingin bagi ukuran orang Indonesia ( rata – rata dibawah 10 ° C ).sampai di Penajakan anda harus jalan kaki menuju  menara pandang untuk menunggu matahari terbit ( Sun Rise ).

Karena waktu tiba di Penanjakan masih gelap, sebelum turun dari Jeep, Pastikan anda hafal dengan sopir dan kendaraan yang anda sewa. Setelah melihat Matahari Terbit (sunrise) Selanjutnya turun melewati laut pasir lagi menuju Kawah Bromo, anda tidak bisa langsung sampai di bibir tangga  kawah Bromo tetapi anda harus jalan kaki tapi lebih baik gunakan jasa sewa kuda karena jaraknya cukup jauh. sampai dibibir kawah Bromo puas – puasin dech menikmati panorama indahnya Bromo.



Catatan :

Untuk pesan Hard top sebaiknya anda menawar termasuk sewa kuda karena disana tidak ada standart price.untuk harga sewa hart top pergi pulang ( muat max.7 org dewasa  dengan sopir) biasanya Rp.250.000,- s/d 300.000,- ( hari biasa )  dan Rp. 350.000,-  s/d 500.000,-  tergantung kondisi liburan / atau tidak. demikian juga dengan sewa kuda biasanya 30.000 s/d 75.000 untuk pergi pulang / orang.



BROMO JALUR TOSARI / WONOKITRI / NONGKOJAJAR / TUTUR KABUPATEN PASURUAN.

Berwisata ke Bromo melalui akses Kabupaten Pasuruan banyak obyek tambahan yang dapat diloihat, tetapi agak susah bagi mereka yang menggunakan kendaraan umum. Karena  kendaraan umum hanya terbatas sampai Pasrepan (apabila melalui akses dari pasuruan Kota) sedang dari Purwodadi hanya terbatas sampai di Nongkojajar (Tutur ). Selanjutnya yang ada hanya Ojek. Tetapi kelebihannya , wisatawan setelah maupun akan ke Bromo bisa menyinggahi beberapa obyek wisata yang ada di Kabupaten Pasuruan karena lokasinya saling berdekatan dan bisa dikunjungi, diantaranya di Gempol ada situs Candi Belahan /Candi Sumber  Tetek ( berdasarkan catatan Sejarah bahwa Candi ini merupakan tempat peristirahatan Raja Airlangga yang diwujudkan sebagai Dewa Wisnu naik Garuda).

499736985_75700567fd_m.jpg499736991_e92d21b7a8_m.jpgMasih dekat dari Gempol  ± 7 km ada candi Gunung Gangsir tepatnya di Desa Gunung gangsir Kec.Beji, dari sana anda ke arah selatan  menuju Pandaan ( ada candi Jawi , dan wisata kuliner khas Kab.Pasuruan / Indonesia, ada The Taman Dayu festival) kemudian naik lagi menuju Prigen / Tretes  ( ada Finna Golf , air terjun kakek Bodo, fasilitas Hotelnya banyak yang berbintang termasuk anda dapat sewa vila , Sien Orchid tempat dimana koleksi dan budidaya Anggrek ) kemudian kembali masih wilayah Prigen ada Taman Safari Indonesia II.Puas dengan melihat aneka Binatang yang di lepas bebas , anda bergerak ke Timur selatan arah malang disitu ada Kebun Raya Purwodadi , Air terjun Coban Baung, setelah dari Kebun Raya Purwodadi anda belok kiri menuju Nongkojar Kecamatan Tutur ada wisata Agro yaitu wisata petik apel sendiri dari kebun petani setempat, wisata perah susu sapi karena Nongkojajar selain penghasil Apel juga Penghasil Susu Sapi. Puas di Nongkojajar baru anda menuju Desa Tosari Kecamatan TosariAgrowisata Apel Nongkojajar

Demikian Juga Kalau anda dari Surabaya tapi Melalui Bangil disana anda disuguhi dengan Berbagai Kerajinan Khas Kab.Pasuruan ada Kerajinan Perak , Bordir dan pertanian Bunga Sedap Malam. Sedang Rute yang harus anda lalui adalah Surabaya – Bangil – Pasuruan Kota – menuju arah Selatan Perempatan Warung Dowo belok kiri menuju pertigaan Ranggeh / Gondang Wetan ( penghasil Salak kersikan ) belok Kanan menuju Pasrepan ( Penghasil Durian, Mangga, Petai ) – dari pasrepan kondisi jalan naik dan berkelok menuju Puspo ( penghasil Susu Sapi ) – selanjutnya anda akan masuk wilayah Tosari.

Di Tosari anda bisa bermalam di Hotel ( Bromo Cottages fasilitas bintang tiga ) atau di rumah – rumah penduduk atau juga bisa di home stay yang tersebar di Desa Tosari dan Wonokitri. Selama di Tosari anda bisa  melakukan Touring sendiri (anda banyak Pemandu ) maupun ikut paket wisata Desa Tour yang sudah disediakan oleh hotel maupun Home Stay( tarifnya terjangkau ).

Paket Bromo Tour : Anda akan dibangunkan pukul 03.00 wib ,selanjutnya setelah anda minum kopi ataupun menyantap makanan kecil lainnya, pkl.03.30 WIB. anda akan dibawa dengan kendaraan jeep Hard Top menuju Penanjakan. Di Wonokitri anda harus berhenti sejenak untuk bayar Ticket masuk kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru ( harga ticket dibedakan antara Wisman dan Wisnu serta ada peraturan – peraturan lain yang harus di patuhi oleh pengunjung). Pastikan anda memakai pakaian yang tebal / jaket karena suhu dilaut pasir dan penajakan sangat dingin bagi ukuran oarng Indonesia ( rata – rata dibawah 10 ° C ).sampai di Penajakan anda harus jalan kaki menuju  menara pandang untuk menunggu matahari terbit ( Sun Rise ), Karena waktu tiba di Penanjakan masih gelap, sebelum turun dari Jeep Pastikan anda hafal dengan sopir dan kendaraan yang anda sewa. Setelah melihat Matahari Terbit ( sunrise). Di Penanjakan Tosari Kabupaten Pasuruan anda bisa melihat seperti ini:

Selanjutnya turun melewati laut pasir lagi menuju Kawah Bromo, anda tidak bisa langsung sampai di bibir tangga kawah Bromo tetapi anda harus jalan kaki tapi lebih baik gunakan jasa sewa kuda karena jaraknya cukup jauh.





PANDUAN WISATA PENDAKIAN KE GUNUNG SEMERU

1. PROSES PERIJINAN PENDAKIAN

Berbeda dengan kegiatan wisata lainnya dimana pengunjung dapat langsung menuju obyek wisata yang dituju, maka untuk kegiatan pendakian para calon pendaki terlebih dahulu harus mengurus perijinan di kantor Taman Nasional Bromo Tengger Semeru melalui kantor Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilyah II (SPTN II) di Tumpang dengan nomor telpon (0341) 787972 bagi pendaki dari pintu masuk Malang, dan kantor Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah Ranupani bila pendaki dari pintu masuk Lumajang. Perijinan tersebut bisa dilakukan langsung pada saat akan mendaki tanpa harus memesan terlebih dahulu.

Kewajiban mengurus surat ijin ini dimaksudkan untuk memudahkan monitoring dan pengawasan lalu lintas pendakian serta antisipasi menghubungi pihak organisasi atau keluarga pada saat terjadi musibah. Persyaratan yang harus dilengkapi oleh calon pendaki sebagai berikut :

-          Fotocopy identitas diri sebanyak 2 rangkap untuk masing-masing calon pendaki

-          Mengisi Biodata Semua Pengikut : Nama lengkap, umur, alamat beserta nomor telpon

-          keluarga yang bisa dihubungi masing-masing

-          Membayar karcis masuk,asuransi, dan surat ijin pendakian per orang/pendaki sebesar Rp. 7.000 ,- (bagi umum, dengan rincian karcis masuk Rp. 2.500,-, surat ijin pendakian Rp. 2.500,-, dan asuransi Rp. 2.000,-), Rp. 5.750,- (bagi pelajar/mahasiswa, dengan rincian karcis masuk Rp. 1.250,-, surat ijin pendakian Rp. 2.500,-, dan asuransi Rp. 2.000,-) dan Rp 24.500 (bagi Warga Negara Asing dengan rincian karcis masuk Rp. 20.000,-, surat ijin pendakian Rp. 2.500,-, dan asuransi Rp. 2.000,-). Bila membawa kendaraan pribadi akan dikenakan tambahan biaya lagi Rp 3.000 per sepede motor, dan Rp 6.000 per mobil. Bagi yang naik kendaraan umum/charter maka biaya karcis kendaraan ditanggung oleh masing-masing sopir kendaraan tersebut

-          Pendakian dilakukan berkelompok/beregu, minimal 3 (tiga) orang. Bila ingin mendaki sendirian maka petugas tidak akan memberikan pelayanan perijinan untuk melakukan pendakian.

-          Membawa perlengkapan pendakian seperti tenda, bekal makanan, P3K, dan lainnya yang dibutuhkan selama melakukan pendakian. Janfan lupa bawalah kantong plastik buat membawa sampah turun kembali.


2. TATA TERTIB PENDAKIAN GUNUNG SEMERU
      Kepada semua calon pendaki yang akan melakukan pendakian diwajibkan untuk mentaati tata tertib sebagai berikut :
a. Setelah mendapatkan surat ijin pendakian dan melengkapi administrasi pendakian di kantor Taman Nasional II, calon pendaki diharapkan melaporkan diri ke Petugas di Pos Ranupani untuk registrasi ulang (tidak dipungut biaya lagi) dengan mengisi buku tamu (nama ketua kelompok, alamat, jumlah pengikut, nomor surat ijin, tanggal naik dan tanggal turun sesuai yang ada di surat ijin), mengisi blanko daftar barang bawaan.

b. Bagi para calon pendaki yang belum pernah melakukan pendakian ke Gn. Semeru dianjurkan untuk didampingi oleh guide, atau bergambung dengan kelompok lain yang sudah pernah melakukan pendakian ke Gn. Semeru.
c. Berjalanlah secara kelompok, jangan memisahkan diri dari rombongan, serta dilarang pengumumanmemotong kompas atau membuat jalur sendiri. Ikutilah jalur yang sudah ditetapkan.
d. Para calon pendaki dilarang membawa senjata sajam berupa parang, kapak, dan sejenisnya, namun diperbolehkan membawa pisau lipat atau pisau dapur untuk peralatan memasak.
e. Dilarang membawa minuman keras dan obat-obatan terlarang selama melakukan pendakian ke Gn. Semeru.
f. Dilarang membawa binatang peliharaan dan alat buru.
g. Saat di Puncak Mahameru dilarang mendekati kawah jonggring saloka yang masih aktif karena berbahaya adanya gas belerang dan semburan abu panas, serta material lainnya.
h. Dilarang melakukan kegaduhan, membuat api yang bis` menyebabkan kebakaran hutan, membuang sampah sembarangan serta pencemaran. Saat meninggalkan lokasi atau turun, pastikan tidak ada lagi api yang masih hidup, dan sampah yang masih berserakan. Bawa turun kembali sampah anda.
j. Mintalah arahan dan penjelasan kepada Petugas mengenai pantangan-pantangan jika ada, dan kondisi terakhir rute pendakian. Jangan memaksakan diri bila fisik dan mental belum siap. Jangan memaksakan diri.
k. Setelah turun dan tiba di pos Ranupani, agar melaporkan diri kepada Petugas dan mengisi buku tamu kembali untuk memastikan bahwa anda dan rombongan telah benar-benar turun, dan menyerahkan sampah bawaan.


3. RUTE PERJALANAN KE GUNUNG SEMERU

Rute perjalanan menuju gunung Semeru dapat melalui Kabupaten Lumajang dan Malang. Namun selama ini kebanyakan calon pendaki masuk melalui pintu masuk Tumpang kantor SPTN II (Malang). Pendaki yang menggunakan jasa kerata api, dari Stasiun Kota Baru Malang naik angkot AMG, ADL (Rp 2.500) turun diterminal Arjosari Malang selama 15 menit. Dari terminal Arjosari (Malang) pendaki dapat naik angkot warna putih jurusan Tumpang-Arjosari (TA) selama  45 menit dengan biaya Rp 5.000,- turun di terminal pasar tumpang. Dari pasar tumpang perjalanan dilanjutkan naik jeep/truck engkel ke Ranu Pani selama  2 jam dengan biaya Rp. 30.000,- per orang atau carter Rp 400.000,- per kendaraan.

Sebelum sampai Ranu Pani, tak jauh dari terminal pasar tumpang, para pendaki akan dibawa terlebih dahulu oleh sopir jeep/truck engkel ke kantor SPTN II di Tumpang untuk mengurus surat ijin pendakian dan membeli karcis masuk kawasan dengan perincian sebagai berikut :

karcisSetelah sampai di Ranu Pani, para pendaki diwajibkan melapor ke petugas dengan menunjukkan surat ijin pendakian dan karcis masuk. Di sini merupakan pos pemeriksaan, terdapat juga cafetaria dan penginapan. Di Ranu Pani para pendaki akan mendapatkan penjelasan-penjelasan dari petugas sebelum berangkat untuk melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Ranu Pani merupakan perkampungan terakhir sebelum mendaki gunung Semeru yang terletak pada ketinggian 2.200 m dpl.

Di sini terdapat 2 danau yakni Danau Ranu Pani (1 Ha), dan Ranu Regulo (0.75 Ha). Sekitar danau dapat juga digunakan untuk berkemah/menginap.



4. WAKTU PENDAKIAN

Calon pendaki tidak setiap saat dapat melakukan pendakian, hal ini dikarenakan terkadang pendakian ke gunung. Semeru di tutup untuk sementara guna memulihkan ekosistem, serta apabila terjadi peningkatan aktivitas gunung Semeru. Bila ada penutupan sementara jalur pendakian ke gunung Semeru pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru akan segera menginformasikan. Untuk melakukan pendakian ke Gn. Semeru, pulang pergi diperlukan waktu beberapa hari tergantung kemampuan fisik masing-masing calon pendaki. Sebaiknya membawa bekal yang dilebihkan karena kita akan betah berkemah, bisa jadi karena pemandangan dan suasana yang sangat indah, atau karena kelelahan setelah mendaki gunung semeru. Pendakian dari Ranu Pani menuju puncak semeru sebaiknya dilakukuan dengan tahapan sebagai berikut :

a. Ranu Pani- Ranu Kumbolo
           Dari Ranu Pani pukul 7.00 WIB menuju Ranu Kumbolo 10 km melalui jalan setapak yang memakan waktu sekitar 3-4 jam. Bagi pendaki yang baru pertama kali mungkin akan bingung menemukan jalur pendakian, untuk itu setelah sampai di gapura selamat datang, perhatikan terus ke kiri ke arah bukit, jangan mengikuti jalanan yang lebar karena ke arah kebun penduduk. Selain jalur yang biasa dilewati para pendaki melewati Watu Rejeng, juga ada jalur pintas yang biasa dipakai para pendaki lokal, jalur ini sangat curam dengan melintasi Gunung Ayek-Ayek.

Jalur awal yang akan dilalui landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi dengan tumbuhan alang-alang. Tidak ada tanda penunjuk arah jalan, tetapi terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m, ikuti saja tanda ini. Banyak terdapat pohon tumbang, dan ranting-ranting diatas kepala, sehingga harus sering merundukkan kepala, tas keril yang tinggi sangat tidak nyaman. Setelah berjalan sekitar 5 Km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi Edelweis, para pendaki akan sampai di Watu Rejeng, merupakan batu terjal yang sangat indah dengan pemandangan yang sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit, yang ditumbuhi hutan cemara dan pinus. Kadang dapat terlihat kepulan asap dari puncak semeru. Dari Blok Watu Rejeng perjalanan masih berlanjut menuju Ranu Kumbolo. Di Ranu Kumboloini  terdapat danau yang sangat luas (12 Ha) dengan ketinggian 2.400 m dpl. Di Ranu Kumbolo ini terdapat pondok pendaki serta MCK untuk istirahat dan memasak bahkan untuk menginap/bermalam. Sekitar danau juga dapat digunakan untuk berkemah. Kondisi air di danau ini jernih dan terbebas dari polusi udara. Pada saat perayaan HUT RI, Ranu Kumbolo juga dijadikan sebagai salah satu tempat upacara para pendaki yang tidak sampai ke puncak atau karena quota untuk puncak sudah habis. Ranu Kumbolo merupakan tempat peristirahatan yang memiliki pemandangan dan ekosistem dataran tinggi asli. Panorama alam di pagi hari akan lebih menakjubkan berupa sinar matahari yang terbit dari celah-celah bukit yang menyebabkan sekitar danau berwarna kemerah-merahan dan kekuningan, di tambah uap air dari danau seakan-akan keluar dari danau tersebut. Di pagi hari juga dapat melihat atraksi burung belibis .Di daerah ini juga terdapat prasasti peninggalan jaman purbakala dan diduga merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit.



ranukumbolo1b. Ranu Kumbolo-Kalimati
Dari Ranu Kumbolo sebaiknya menyiapkan air sebanyak mungkin. Meninggalkan Ranu Kumbolo akan diawali mendaki bukit terjal, dengan pemandangan yang sangat indah dibelakang ke arah danau. Perjalanan dari Ranu Kumbolo ke Kalimati berjarak 5 km membutuhkan waktu tempuh 2-3 jam.


Tidak jauh dari Ranu Kumbolo terdapat padang rumput yang terletak di lembah gunung Ayek-ayek yang dinamakan pangonan cilik. Asal usul nama tersebut karena padang rumput ini mirip dengan padang penggembalaan ternak (Pangonan). Selanjutnya di depan bukit terbentang padang rumput yang luas yang dinamakan oro-oro ombo, luasnya 100 hektar. Oro-oro ombo dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus seperti di Eropa. Padang rumput ini mirip sebuah mangkuk dengan hamparan rumput yang berwarna kekuningan, kadang-kadang pada beberapa tempat terendam air hujan. Dari balik gunung Kepolo tampak puncak gunung Semeru menyemburkan asap wedus gembel. Di sebelah selatan padang rumput Oro-Oro Ombo terdapat kelompok Hutan Cemoro Kandang termasuk dalam gugusan gunung Kepolo (3.095 m dpl) merupakan hutan yang ditumbuhi pohon cemara gunung dan tumbuhan paku-pakuan. Daerah ini topografinya relatif datar. Kadang disini dapat dijumpai burung dan kijang.

Setelah cemoro kandang perjalanan berlanjut ke padang rumput Jambangan yang terletak 3.200 m dpl, di sini terdapat beberapa cemara, mentigi, dan bunga edelweis. Topografinya relatif datar, terdapat beberapa tempat teduh yang ideal untuk peristirahatan. Dari tempat ini terlihat dengan jelas gunung Semeru menjulang tinggi dengan kepulan asap yang menjulang ke angkasa serta alur lahar pada seluruh tebing puncak yang mengelilingi berwarna perak. Di tempat inilah para pendaki maupun fotografer sering mengabadikan atraksi keunikan gunung semeru.



c.Kalimati-Mahameru
            Daerah kalimati merupakan tempat untuk mempersiapkan diri menuju puncak semeru yang sering disebut Mahameru. Untuk melanjutkan perjalanan ke puncak dianjurkan pagi-pagi sekali sekitar pukul 2.00-3.00 pagi. Waktu tempuh sekitar 4-5 jam dengan perjalanan yang terus menanjak.

Nama kalimati berasal dari nama sebuah sungai/kali yang tidak berair. Aliran air hanya terjadi apabila musim hujan, aliran menyatu dengan aliran lahar gunung Semeru. Daerah ini merupakan padang rumput dengan tumbuhan semak dan hamparan edelweis seluas  20 hektar, dikelililngi kelompok hutan alam dan bukit-bukit rendah. Kalimati merupakan tempat berkemah para pendaki sebelum melanjutkan pendakian. Disini terdapat fasilitas pondok pendaki, namun untuk kebutuhan air harus mengambil dari Sumbermani, ke arah barat/kanan menyusuri pinggiran hutan dengan jarak tempuh 1 jam pulang pergi. Disini banyak terdapat tikus gunung sehingga bila kita mendirikan tenda dan ingin tidur sebaiknya menyimpan makanan di tempat yang aman.

Untuk menuju puncak, dari Kalimati perjalanan melewati Arcopodo. Arcopodo merupakan tempat transit sementara sebelum ke puncak. Daerah ini berada di lereng puncak gunung Semeru dengan jalanan yang terus menaik dan berliku-liku diantara hutan cemoro dengan kondisi tanah berdebu. Ditempat ini terdapat beberapa prasasti para pendaki yang meninggal dunia berjumlah 12 buah sebagai tanda berkabung. Prasasti ini dibuat oleh masing-masing groupnya. Salah satu prasasti yang terkenal adalah Soe Hok Gie dan Idhan Lubis (Mapala UI) yang meninggal tanggal 6 Desember 1969. Dari Arcopodo menuju puncak Semeru diperlukan waktu 3-4 jam, melewati bukit pasir yang sangat curam dan mudah merosot. Semua barang bawaan sebaiknya di tinggal di Arcopodo atau di Kalimati. Pendakian menuju puncak dilakukan pagi-pagi sekali sekitar pukul 03.00 pagi dari Arcopodo. Badan dalam kondisi segar, dan efektif dalam menggunakan air. Perjalanan pada siang hari medan yang dilalui terasa makin berat selain terasa panas juga pasir akan gembur bila terkena panas. Siang hari angin cendurung ke arah utara menuju puncak membawa gas beracun dari Kawah Jonggring Saloka.

Jalan menuju surga itulah ungkapan dari para pendaki yang melakukan pendakian ke semeru. Alur lahar berpasir terbentuk dari bongkahan lahar yang membeku menyelimuti seluruh tebing, menjulang tinggi untuk di daki dengan kemiringan 60-70 bahkan lebih apabila berada di bagian bawah tebing. Di malam hari, tempat ini hanya terlihat seakan-akan berada di kaki seorang raksasa. Kesiapan fisik dan mental harus secara matang diperhitungkan, begitu juga keteguhan hati dan kesabaran serta semangat untuk mencapai puncak tertinggi di pulau Jawa.

Di puncak terlihat beberapa puncak gunung di Jawa Timur, garis-garis pesisir dan pantai Samudra Hindia, kota-kota besar serta matahari terbit di ufuk timur. Pemandangan sungai panas yang berkelok- kelok menuju ke laut ini menjadi tontonan yang sangat menarik. Di puncak Gunung Semeru (Mahameru) pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. Suhu dipuncaj Mahameru berkisar 4 - 10 derajad Celcius, pada puncak musim kemarau bisa minus, dan dijumpai kristal-kristal es. Cuaca sering berkabut terutama pada siang, sore dan malam hari. Angin bertiup kencang, pada bulan Desember - Januari sering ada badai. Di kawah jonggring saloko terjadi letusan setiap 15-30 menit. Letusan berupa asap putih, kelabu sampai hitam dengan tinggi letusan 300-800 meter.

5. KONDISI UMUM GUNUNG SEMERU

a.Lokasi

Gunung Api Semeru merupakan gunung api tertinggi di Pulau Jawa ( 3.676 m dpl) dan merupakan salah satu gunung api yang masih aktif. gunung Semeru berada dalam satu kelurusan yang berarah selatan-utara dengan komplek gunung Jambangan dan Peg. Tengger. Posisi letaknya berada diantara wilayah administrasi kabupaten Lumajang dan Malang dengan posisi geografis 8° 06° LS dan 120° 55° BT.



b. Bentuk dan Struktur

Dilihat dari kejauhan gunung Semeru berbentuk seperti kerucut yang sempurna, tetapi saat berada di puncak gunung tersebut berbentuk strato (kerucut terpancung) yang luas dengan medan beralur di setiap tebingnya. Kawah yang terdapat di puncak gunung Semeru terdiri dari kawah Mahameru yang sudah tidak aktif dan kawah Jonggring Seloko yang masih aktif. Kawah Jonggring Seloko terletak di sebelah tenggara puncak Mahameru pada tahun 1913 dan 1946 berisi satu kubah kawah. Di sebelah selatan kubah ini menekan tepi bawah kawah, yang menyebabkan aliran lava ke arah selatan daerah Pasirian dan Candipuro (Lumajang). Gunung Semeru adalah bagian termuda dari Pegunungan Jambangan tetapi telah berkembang menjadi strato-vulkano luas yang terpisah. Aktivitas vulkanik yang dikeluarkan berupa;  Letusan abu, lava blok tua dan bom lava muda,  Material lahar vulkanik bercampur air hujan atau air sungai,  Letusan bagian kerucut yang menyebabkan longsoran, Pertumbuhan lambat dari butiran lava dan beberapa kali guguran lahar panas.



c. Geologi dan tanah


Geologi gunung Semeru merupakan hasil gunung api kwarter muda, dengan jenis batuan berupa : abu pasir/tuf dan vulkan intermedia sampai basis dengan fisiografi vulkan serta asosiasi andosol kelabu dan regosol kelabu dengan bahan induk abu/pasir dan tuf intermedian sampai basis. Bentuk struktur geologi menghasilkan batuan yang tidak padat dan tidak kuat ikatan butirannya, sehingga mudah tererosi dimusim penghujan. Jenis tanahnya adalah regosol, merupakan gabungan tanah dengan sedikit perkembangan profil dengan solum dangkal, tipis pada bahan induk kukuh.



d. Iklim (Curah Hujan dan Suhu)


Secara umum iklim wilayah gunung Semeru berdasarkan Schmidt & Ferguson bertipe B. Dengan curah hujan antara 927 mm- 5.498 mm per tahun dengan hari hujan rata-rata 136 hari/tahun. Musim hujan jatuh pada bulan November-April. Sepanjang route perjalanan dari mulai Ranu Pani (2.200 mdpl) sampai Puncak Semeru suhu berkisar antara 2°C -8°C pada malam dan dini hari, sedangkan pada siang hari berkisar antara 10°C-21°C. Kadang-kadang pada beberapa daerah terjadi hujan salju yang terjadi pada saat perubahan musim hujan ke musim kemarau dan sebaliknya. Dinginnya udara di sepanjang route perjalanan bukan disebabkan oleh udara diam saja tetapi juga karena kencangnya angin yang berhembus ke lembah sehingga menjadikan udara lebih dingin.

d.2. Angin dan kabut


Berdasarkan topografi kawasan secara umum, pola tiupan angin membentuk pola yang tidak menentu,sehinggai arah angin sulit ditentukan/berubah-ubah. Bentuk topografi yang dilingkari oleh tebing tinggi sekitar 200-500 m sebenarnya memungkinkan dapat menahan arus kecepatan angin, tetapi karena banyak celah/lorong ditebing tersebut maka arus angin tidak tertahan bahkan dengan laju yang lebih cepat. Bentuk topografi yang cekungan sering menyebabkan angin siklus. Angin yang bertiup di kawasan ini berkaitan erat dengan pola angin disekitarnya, yaitu angin tenggara atau angin gending, angin timur laut adn angin barat laut.

Kecepatan angin berkisar antara 8-30 knots, dimana saat musim angin kencang banyak dijumpai pohon tumbang. Angin ini biasanya bertiup antara bulan Desember-Pebruari, sehingga pada bulan tersebut biasanya kegiatan pendakian ke semeru ditutup.
Pada pagi dan sore sampai malam hari, sepanjang route perjalanan biasanya berkabut. Daerah ranu Kumbolo dan Kalimati yang dijadikan tempat bermalam selalu ditutupi kabut pada malam hari. Khusus di daerah Ranu Kumbolo, adanya danau yang cukup luas menjadi pendukung pembentukan kabut karena proses penguapan air danau.



edelweisanggreke. Flora dan Fauna












ANGGREK                                                    EDELWEIS PUTIH



Flora yang berada di wilayah gunung semeru dan sekitarnya masuk dalam zona sub Alpin, yang didominasi dengan jenis cemara gunung (Casuarina junghuniana), jamuju (Podocarpus sp), mentigi (Vacinium varingifolium), kemlandingan (Albizia lophanta) dan akasia (Accasia decurents). Untuk tumbuhan bawah didominasi oleh alang-alang (Imperata cylindrica), kirinyuh (Euphatorium odoratum), tembelekan (Lantana camara), harendong (Melastoma malabathicum) dan Edelwiss putih (Anaphalis javanica). Pada lereng-lereng yang curam menuju puncak semeru sekitar daerah Arcopodo terdapat janis paku-pakuan seperti Gleichenia volubilis, Gleichnia longisumus dan beberapa jenis anggrek endemik semeru. Pada ketinggian lebih 3.100 m dpl tanpa vegetasi sama sekali karena berupa batuan, pasir dan abu.

kijangKehidupan fauna yang disekitar gunung semeru sangat terbatas, baik jenis maupun jumlahnya. Satwa yang terdapat di sekitar gunung semeru diantaranya beberapa jenis burung seperti belibis (Anas superciliosa) dan Elang, primata, dan mamalia, seperti macan kumbang (Panthera pardusi), kijang (Muntiacus muntjak), kancil (Tragulus javanica).


kijang

f. Aktivitas Letusan Gunung Semeru
             Berdasarkan data dasar Gunung Api Indonesia, sejarah letusan gunung Semeru dimulai tanggal 8 Nopember 1818. Sejak tahun 1967 hingga sekarang kegiatan gunung Semeru tidak pernah berhenti, pusat kegiatannya di kawah Jonggring Seloko yeng terletak di sebelah Tenggara Puncak Mahameru. Pada letusan biasa, sebuah tiang asap membumbung dengan bergulung-gulung berupa bom dan abu mencapai ketinggian 300-600 m di atas kawah dengan interval letusan 10-20 menit (dengan demikian kawasan kawah merupakan tempat yang sangat berbahaya dan dilarang untuk mendekat ke kawah tersebut).

Berikut beberapa letusan semeru yang cukup besar :
Th 1942 : Letusan sampai dilereng sebelah timur pada ketinggian antara 1400 dan 1775 m. titik letusan sebanyak 6 tempat. Leleran lava masuk ke Blok Semut dan menimbuni Pos pengairan Bantengan. Aliran lava sepanjang 6,5 km.

Th 1961 : Letusan tipe stromboli dengan tinggi abu lk 3000 m di atas puncak, bahkan letusan dilemparkan sampai Arcopodo, hutan di sekitar hulu Besuk Sat dan Besuk Tompe terlewati. Aliran lava terjadi di Kali Glidik, Besuk Sat, Besuk Bang dan Besuk Kobokan.

Th 1963 : Bulan Mei terjadi awan panas dan aliran lava melanda Curah Leng Rong, Kali Pancing, dan Besuk Semut. Awan panas mencapai 8 km dari kawah.

Th 1968 : Pertumbuhan kubah lava terus berlangsung, banjir lahar membawa korban 3 orang penduduk Desa sumber wungkil

Th 1977 : Bulan Desember terjadi guguran lava menghasilkan awan panas, guguran berjarak 10 km di Besuk Kembar dengan volume endapan 6,4 juta m. Sebagian awan apanas ini menyeleweng ke Besuk Kobokan. Sawah dan Tegal seluas 110 ha rusak di desa sumberurip, hutan pinus 450 ha, 2 jembatan rusak terbakar, dan 2 rumah bilik hanyut.

Th 1978 : Letusan masih terjadi dengan tinggi asap maksimum mencapai 800 m di atas tepi kawah, luncuran guguran awan panas maksimum 7 km.

Th 1981 : Bulan Maret dan April terjadi beberapa kali luncuran awan panas dengan jarak luncur maksimum 10 km. Tumpukan endapannya 6,2 juta m², suhu endapan awan panas di dekat Dukuh supit Tengah sebesar 120° C.

Th 1990 : Bulan Nopember dan Desember terjadi guguran kubah lava menghasilkan awan panas dan kawah Jonggring Seloko yang terbuka sampai saat ini.

Th 1994 : Bulan Pebruari terjadi letusan dan suara dentuman disertai hujan abu dan guguran lava membentuk awan panas.aliran guguran awan panas masuk ke besuk Kobokan mencapai 11,5 km, ke Besuk kembar 7,5 km, dan besuk Bang lk 3,5 km. Volume awan panas tersebut diperkirakan 6,8 juta m². Korban yang meninggal terlanda awan panas 7 orang dan 2 orang hanyut oleh lahar.

Th 2002 : Bulan Desember terjadi beberapa kali letusan di kawah utama diikuti awan panas guguran.



g. Pemantauan Aktivitas Gunung Semeru

             Pemantauan terhadap aktivitas gunung Semeru sampai saat ini masih terbatas pada pemantauan visual dan seismik saja. Pengamatan visual dilakukan dengan mengamati cuaca, tinggi dan warna letusan, arah letusan serta pengamatan guguran. Sedangkan pengamatan seismic sampai saat ini dilakukan dengan memasang sensor seismometer di 2 (dua) lokasi, yaitu di Gunung Leker dan Besuk Bang. Sinyal gempa yang tertangkap oleh 2 seismometer tersebut di transmisikan melalui gelombang radio ke Pos Pengamatan Gunung Api Semeru yang berada di Gunung Sawur, dan direkam dengan perekam gempa (PS-2). Hasil pengamatan tersebut dilaporkan ke Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bancana Geologi di Bandung menggunakan pesawat SSB (single Side Band). Pemantauan menggunakan metode lain seperti deformasi, gravitasi, kelistrikan, dan geomagnet dilakukan hanya bersifat temporer.



a.       Pendaki Pertama

Pendaki pertama yang mendaki gunung ini adalah Clignet (1838) seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda dari sebelah barat daya lewat Widodaren, selanjutnya Junhuhn (1945) seorang ahli botani berkebangsaan Belanda dari utara lewat gunung Ayet-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo. Tahun 1911 Van Gogh dan Heim lewat lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui Ranupane dan Ranu Kumbolo seperti sekarang ini.





6. LEGENDA GUNUNG SEMERU

Menurut kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuno abad 15, Pulau Jawa pada suatu saat mengambang di lautan luas, dipermainkan ombak kesana-kemari. Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa.

Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong gunung itu dipunggungnya, sementara Dewa Brahma menjelma menjadi ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung itu dapat diangkut dengan aman. Dewa-Dewa tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian pertama pulau yang mereka temui, yaitu di bagian barat Pulau Jawa. Tetapi berat gunung itu mengakibatkan ujung pulau bagian timur terangkat ke atas. Kemudian mereka memindahkannya ke bagian timur pulau tetapi masih tetap miring, sehingga Mereka memutuskan untuk memotong sebagian dari gunung itu dan menempatkannya di bagian barat laut. Penggalan ini membentuk Gunung Pawitra, yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Pananggungan, dan bagian utama dari Gunung Meru, tempat bersemayam Dewa Shiwa, sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru. Pada saat Sang Hyang Siwa datang ke pulau jawa dilihatnya banyak pohon Jawawut, sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa.

Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Meru, Gunung Meru dianggap sebagai rumah para dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung diantara bumi (manusia) dan Kayangan. Kalau manusia ingin mendengar suara dewa mereka harus semedi di puncak Gunung Meru. Banyak masyarakat Jawa dan Bali sampai sekarang masih menganggap gunung sebagai tempat kediaman Dewa-Dewa atau mahluk halus. Selanjutnya daerah bergunung-gunung masih dipakai oleh manusia Jawa sebagai tempat semedi untuk mendengar suara gaib. Menurut orang Bali Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di Bali dan dihormati oleh masyarakat Bali. Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang Bali. Betapapun upacara tersebut hanya dilakukan setiap 8-12 tahun sekali hanya pada waktu orang menerima suara gaib dari dewa Gunung Mahameru. Orang naik sampai puncak Mahameru ada yang bertujuan untuk mendengar suara-suara gaib. Selain itu juga ada yang memohon agar diberi umur yang panjang. Bagaimanapun alasan orang naik ke puncak Mahameru, kebanyakan orang ditakutkan oleh Mahkluk halus yang mendiami daerah keliling gunungnya. Roh halus tersebut biasanya adalah Roh Leluhur yang mendiami tempat seperti hutan, bukit, pohon serta danau.

Roh leluhur biasanya bertujuan menjaga macam-macam tempat dan harus dihormati. Para pendaki yang menginap di danau Ranu Kumbolo sering melihat Mahkluk halus penunggu Ranu Kumbolo. Tengah malam ada cahaya berwarna orange di tengah danaunya dan tiba-tiba berubah wujud menjadi sesosok hantu wanita. Biasanya hanya orang yang punya kekuatan mistis dia akan melihat Mahkluk halus dan dapat bicara dengan Mahkluk Halus. Terserah orang percaya pada Mahkluk Halus atau tidak tetapi banyak orang Jawa yang percaya bahwa daerah Bromo, Tengger, Semeru banyak didiami oleh Mahkluk Halus.( Sumber: TamanNasional Bromo Tengger Semeru )



FOLKLOR TENGGER



            Berbicara mengenai folklor dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu; pertama folklor lisan. Yang termasuk folklor lisan adalah bentuk-bentuk ujaran rakyat (logat, julukan, pangkat tradisional, dan gelar kebangsawanan), ungkapan tradisional (peribahasa, pepatah), teka-teki, cerita prosa rakyat (mite, legenda, dongeng, termasuk lelucon dan anekdot), nyanyian rakyat. Kedua folklor sebagian lisan, meliputi bentuk-bentuk keyakinan rakyat, permainan rakyat, teater rakyat, dan tari rakyat. Ketiga folklor bukan lisan. Ini dibagi dua, yaitu material dan non material. Yang termasuk material antara lain arsitektur rakyat (bentuk rumah tradisional, bentuk lumbung padi), seni kriya rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh tradisional, alat musik tradisional, alat permainan rakyat, masakan dan minuman tradisional, obat-obatan tradisional. Sedangkan yang non material antara lain gerak isyarat tradisional, bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat (kentongan tanda bahaya di Jawa atau bunyi gendang untuk mengirim berita di Afrika), musik rakyat (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1993 : 352 ).

            Dari definisi tentang jenis-jenis foklor di atas, penulis menemukan folklor Tengger memiliki keanekaragaman jenis yang selama ini belum pernah terdokumentasikan. Jenis-jenis folklor tersebut antara lain legenda, keyakinan rakyat, upacara adat, dan seni budaya.



LEGENDA

A. Legenda Gunung Batok

Pada zaman dahulu ada seorang kesatria gagah perkasa bernama Ki Bima. Kesatria ini di samping sakti mandraguna juga dikenal sangat kaya raya. Ki Bima berwajah rupawan dan berperilaku dermawan. Sehingga sangat disukai para rakyat jelata. Selain itu kesatria ini memiliki tinggi tubuh di atas rata-rata penduduk wilayah Tengger. Sebuah potret kesempurnaan pada zamannya.

            Sebagai lelaki dewasa Ki Bima sangat mendambakan pendamping hidup yang bisa diajak berbagi dalam suka maupun duka. Selain itu juga memiliki paras yang elok dan hati yang bersih. Sehingga diharapkan akan menurunkan anak-anak yang pilihan di kelak kemudian hari.

            Tersebutlah seorang puteri nan jelita bernama Dewi Mudrim. Ia hidup hanya ditemani seorang abdi/ pembantu setia bernama Si Kacung. Kecantikan dan kehalusan budi Dewi Mudrim bagaikan kusuma jagad alias bunga bawana/ bumi. Karena itu Dewi Mudrim menjadi rebutan para kesatria sakti. Satu di antara kesatria itu adalah Ki Bima. Dengan berbagai daya Ki Bima berusaha memikat hati Dewi Mudrim.

            Suatu hari Ki Bima memberanikan diri melamar Dewi Mudrim. Tetapi di pihak lain Dewi Mudrim sangat gundah hatinya karena merasa derajat dirinya dengan Ki Bima sangat jauh ibarat jarak bumi dan langit, terlihat dekat tetapi sesungguhnya sangat jauh. Dewi Mudrim kemudian meminta pendapat pada Si Kacung abdi setianya.

            “Kacung abdiku,” kata Dewi Mudrim usai mendapat pinangan dari Ki Bima.

            “Ada apa Den Ayu?” tanya Si Kacung takzim.

            “Sedih rasa hatiku mendapat pinangan Ki Bima,” Dewi Mudrim masygul.

            “Mengapa harus sedih, Den Ayu? Kan Ki Bima sangat sempurna untuk Den Ayu.” Kata Si Kacung beralasan.

            “Itulah Kacung, bagiku Ki Bima terlalu sempurna. Aku takut nanti kalau sudah resmi menjadi suami istri justru kekecewaan yang aku dapatkan,” pandangan mata Dewi Mudrim tampak kosong, sebuah butiran air bening meluncur kencang membasahi pipinya yang nduren sajuring.

            “Lalu, apa rencana Den Ayu selanjutnya?” tanya Si Kacung penasaran.

            “Begini Kacung, bantu aku untuk menggagalkan niat Ki Bima ini,” pinta Dewi Mudrim.

            Sejenak kesunyian menyelimuti Dewi Mudrim dan abdi setianya Kacung. Kedua insan itu larut dalam pikiran masing-masing.

            “Hamba punya usul Den Ayu!” teriak Si kacung setelah diam beberapa lama. Ekspresi abdi itu menunjukkan binar-binar kegirangan.

            “Usul apa Kacung?” tanya Dewi Mudrim tidak sabar.

            Si Kacung segera membisikkan sebuah rencana. Ia khawatir rumput pun akan menyampaikan khabar pada Ki Bima soal rencana yang telah disusun.

            Tibalah pada hari yang ditentukan, Ki Bima kembali berkunjung ke rumah Dewi Mudrim setelah kunjungannya beberapa hari yang lewat. Ki Bima sudah tidak sabar ingin bersanding dengan Dewi Mudrim yang cantik jelita.

            Tidak lama Ki Bima sudah berhadapan dengan Dewi Mudrim.

            “Dewi Mudrim nan jelita,” kata Ki Bima mengawali pembicaraan.

            “Iya ki Bima,” jawab Dewi Mudrim singkat.

            “Langsung saja apa rika sudah memikirkan jawaban lamaranku kemarin?” tanya Ki Bima sambil sekali-kali memelintir kumisnya yang hitam legam.

            “Pangestu Ki Bima. Jujur reang minta syarat pertunangan kita,” jawab Dewi Mudrim tanpa ragu.

            “Syaratnya apa wong Ayu? Apa emas satu gunung, apa rumah gedhong magrong-magrong? Katakan Dewi?!”

            “Bukan, bukan itu yang kuminta Ki Bima!” jawab Dewi Mudrim tegas.

            “Lalu apa?!” tanya Ki Bima penasaran.

            “Reang minta rika buatkan lautan di atas gunung dalam semalam,” Dewi Mudrim beralasan.

            “Wah…wah…wah…, berat nian syarat rika. Baik! Disaksikan geter pater bumi dan angkasa reang penuhi permintaan sira. Kalau begitu reang pamit dulu,” Ki Bima segera melakukan persiapan untuk membuatkan lautan di atas gunung sesuai permintaan Dewi Mudrim.

            Malam kian merambat, sang waktu seolah berlalu begitu cepat. Ki Bima dengan bekal kesaktiannya telah mengundang bala sewu dari alam gaib untuk memenuhi permintaan Dewi Mudrim. Ki Bima menggunakan batok kelapa untuk mengeruk tanah yang akan digunakan membuat lautan di atas gunung.

            Sementara itu di sebuah tempat tersembunyi di balik bukit, sebuah rencana yang telah disusun Si Kacung dan Dewi Mudrim mulai dijalankan. Tanpa menunggu waktu Si Kacung pun membakar daun alang-alang/ ilalang yang sangat banyak. Selain itu ia dan Dewi Mudrim memukul apa saja yang bisa membangunkan hewan-hewan agar terkesan seolah-olah hari telah berganti pagi. Sehingga pekerjaan Ki Bima yang dibantu bala sewu gagal di tengah jalan.

            Benar saja mendengar riuh-rendah teriakan ayam jago, kambing, itik, angsa dan cericit burung-burung, serta terlihat sinar kemerahan di ufuk timur, bala sewu serta-merta berlarian kembali ke alamnya. Tinggal Ki Bima sendirian.

Ki Bima yang merasa dikhianati Dewi Mudrim menjadi marah seketika dan menendang batok kelapa berisi tanah yang dipegangnya. Serta merta keajaiban terjadi, batok itu akhirnya berubah menjadi gunung Batok. Sedangkan tanah yang ada di dalamnya menjadi lautan pasir.

            Melihat kejadian tersebut Dewi Mudrim menjadi ketakutan dan memutuskan menjadi pertapa/ orang suci. Akhirnya atas petunjuk Hyang Kang Akarya Jagad Dewi Mudrim diperintahkan untuk bertapa terlentang di lautan pasir.



B. Legenda Suku Tengger

            Tersebutlah pada sekitar tahun 1115 Masehi atau 1037 Saka, hiduplah di sebuah negeri bernama Kediri seorang Resi Brahmana sakti bernama Murti Kundawa. Sang Resi selain sakti juga memiliki pusaka yang diberi nama Kyai Gliyeng. Karena kesaktiannyalah Resi Murti Kundawa diangkat menjadi Senopati kerajaan dan bergelar Resi Kandang Dewa.

            Atas kanugrahan Yang Maha Kuasa Resi Kandang Dewa dikaruniahi empat orang putra-putri. Masing-masing adalah Jaka Lajang, Dewi Amisani, Jaka Seger, dan Dani Saka. Tetapi dari keempat putra-putri beliau hanya Jaka Seger yang mewarisi kesaktian Sang Maharesi.

            Pada masa kejayaan Kediri itulah terdapat sebuah kadipaten bernama Wengker. Konon Wengker ini sekarang menjadi Ponorogo. Kadipaten Wengker dipimpin oleh seorang Adipati bernama Suragata. Adipati Suragata memiliki putri cantik jelita yang diberi nama Retno Wulan. Sayangnya putri adipati terserang penyakit yang seolah tidak bisa disembuhkan. Entah sudah berapa tabib, dukun, orang pintar dari seluruh penjuru negeri sudah didatangkan Sang Adipati untuk mengobati putrinya. Tetapi belum satupun menunjukkan tanda-tanda kesembuhan sang putri.

            Hingga pada suatu hari di bulan Kartika Adipati Suragata mengadakan sayembara. Yang isinya barangsiapa sanggub menyembuhkan sang putri, maka kalau laki-laki akan disandingkan dengan Dewi Retno Wulan. Sebaliknya kalau perempuan akan diangkat anak dan menjadi saudara sang putri. Berita itu sengaja disebarkan ke mana-mana dari pelosok perdesaan hingga pegunungan, dari pasar-pasar hingga jalanan besar.

            Hingga akhirnya berita itu sampai ke telinga Jaka Seger yang segera minta izin kepada ayahandanya untuk berangkat mengikuti sayembara. Resi Kandang Dewa membekali Jaka Seger dengan pusaka andalannya Kyai Gliyeng disertai doa restu agar Jaka Seger bisa melaksanakan tugas yang diembannya.

            Singkat cerita setelah menghadap Adipati Suragata, Jaka Seger segera melaksanakan upacara permohonan dan segera menancapkan Kyai Gliyeng di tengah aloon-aloon Wengker.  Dalam semedinya Jaka Seger merasa didatangi Pukulun Btara Brahma yang memerintahkan Jaka Seger agar memetik buah delima. Buah itulah yang akan menyembuhkan penyakit sang putri Dewi Retno Wulan.

            Terjaga dari puja semedi Jaka Seger segera mencari buah delima dan memberikan kepada Dewi Retno Wulan. Ajaib putri adipati Suragata sembuh seketika. Sebagai wujud syukur sekaligus hadiah bagi pemenang akhirnya Sang Adipati menikahkan Dewi Retno Wulan yang sudah diubah namanya menjadi Dewi Lara Anteng dan Jaka Seger. Perubahan nama inipun atas petunjuk dewata yang diterima Jaka Seger dalam puja semedi. Kesembuhan Lara Anteng disambut sukacita seluruh rakyat kadipaten Wengker. Sebagai wujud syukur akhirnya Sang Adipati Suragata melaksanakan upacara selametan karo tepat pada tanggal 15 bulan Pusa. Berawal dari ucapan Adipati itulah akhirnya sedulur Tengger melakukan tradisi upacara Karo sampai sekarang.

            Rombongan pengantin Lara Anteng dan Jaka Seger dari Kediri diiringi prajurit pilihan dan para penari Sodor putra-putri berjumlah duabelas orang yang masing-masing dibekali sebatang bambu berisi berbagai biji palawija, sedangkan ujung bambu ditutup dengan sabut kelapa/ sepet. Sementara itu di kadipaten Wengker membuat sesajen berupa takir janur (pucuk daun kelapa), gayung bathok, pengaron (alat masak dari tanah liat), dan sesajen lain.

            Upacara pengantin di atas disebut tawang walagara atau tawang padang. Sedangkan tarian yang dilakukan oleh pihak pengantin pria disebut sodoran. Selanjutnya kewajiban kedua mempelai beserta keluarganya untuk saling mengunjungi atau dederek yang sampai sekarang diwujudkan dengan saling mengunjungi antar keluarga, kerabat, tetangga, teman dan disertai acara makan minum sebagai bentuk penghormatan kepada yang mengunjungi. Nama Lara Anteng dan Jaka Seger itulah yang akhirnya diabadikan menjadi nama suku yang diduga keturunan keduanya dan dikenal dengan sebutan suku Tengger.



C. Legenda Upacara Kasada

Upacara Suci Purnama Sadha            Nasib manusia siapa yang tahu, begitulah yang terjadi pada pasangan Lara Anteng dan Jaka Seger. Satu windu sudah mereka mengarungi bahtera rumah tangga. Sayang sekali Yang Maha Kuasa belum memberikan keturunan kepada keduanya. Akhirnya Lara Anteng dan Jaka Seger bersepakat untuk melakukan puja semedi di sanggar pamujan. Dalam semedi tersebut keduanya mendapat pesan gaib bahwa pasangan Lara Anteng dan Jaka Seger telah melakukan kesalahan. Untuk menebus kesalahan itu keduanya harus mengadakan selamatan sepasar di bulan Manggastri, mengadakan selamatan sedulur papat kalima badan, mengadakan sesuci, serta melaksanakan talak brata empatpuluh hari empatpuluh malam. Atas dasar upacara yang dilakukan Lara Anteng dan Jaka Seger inilah akhirnya membuahkan upacara Pujan Kapat serta Megeng Dukun pada bulan Palguno (kapitu) dimana para dukun mengadakan Talak Brata untuk mengadakan penyucian diri dan mengasah japa mantra yang dimilikinya. Usai talak brata dukun melaksanakan pujan kawolu.

            Lara Anteng dan Jaka Seger pun melakukan talak brata. Akhirnya kedua pasang suami istri itu mendapat pesan gaib jika mereka ingin dikaruniahi momongan, maka harus melakukan tapa brata di suatu tempat atau di gunung yang diselimuti kabut rata tepatnya di ara-ara amba. Kemudian Jaka Seger menamakan tempat itu sebagai gunung Bromo.

Jaka Seger dan Lara Anteng mengadakan persiapan laku spiritual menuju ara-ara amba. Suatu ketika keduanya memulai perjalanan dari arah timur dan sampai di tengah hutan belantara. Mereka pun kemalaman dan berteduh di bawah pohon lo. Tiba-tiba kedua mempelai Lara Anteng dan Jaka Seger diserang oleh seekor kera dan singa. Karena keampuhan dan daya linuwih pusaka Kyai Gliyeng kedua hewan itu bisa dikalahkan. Untuk menandai kelak daerah itu dinamakan Lodaya.

 Keesokan harinya perjalanan pun diteruskan, tetapi tampaknya bahaya belum beranjak dari keduanya. Kali ini mereka diserang seekor macan yang sangat buas. Lagi-lagi Jaka Seger berhasil mengalahkan hewan yang mengganggu. Akhirnya tempat tersebut dinamakan Gembong dari kata macan Gembong yang merupakan asal usul Pasuruhan. Perjalanan pun dilanjutkan ke arah timur. Di tempat ini Jaka Seger dan Lara Anteng singgah ke Dukuh Grati dan selanjutnya berangkat lagi. Tibalah mereka berdua di suatu tempat yang berbau sangat menusuk hidung atau menurut istilah Jawa banger. Akhirnya tempat itu dinamakan Mbanger (asal-usul Probolinggo).

Tanpa menunda waktu Jaka Seger meneruskan perjalanan. Kali ini ia dan istrinya melihat gunung yang sangat tinggi atau dikenal dengan gunung Sangga Langit atau puncak Pesangit (gunung Semeru; gunung tertinggi di pulau Jawa). Hingga perjalanan itu mencapai satu bulan lamanya. Kira-kira pada bulan Pandrawan Jaka Seger dan Lara Anteng sampailah pada sebuah hutan belantara. Anehnya di tengah hutan itu mereka menemukan pohon pisang berdaun tebu. Bunganya bunga jambe, sedangkan buahnya kelapa muda. Mereka sangat keheranan dan menamkan tumbuhan ajaib itu dengan Tuwuhan. Akhirnya daerah tempat tanaman aneh itu dinamakan Jurang Penganten.

Selepas dari hutan yang ditumbuhi tanaman aneh, Jaka Seger melanjutkan perjalanan hingga sampai pada suatu tempat yang dipenuhi perdu kecil sejenis tembakau. Akhirnya tempat itu dinamakan Pomahan Bako. Perjalanan mereka tidak berhenti sampai ke puncak bukit. Di sana Jaka Seger dan Lara Anteng di tengah gelap malam menyaksikan banyak orang membawa obor. Tetapi ketika didekati ternyata hanya batu-batu yang menyembul di permukaan air dan kebetulan memantulkan cahaya bulan. Kemudian oleh Jaka Seger tempat itu dinamakan Watu Kutha (Batu Kota). Melewati Watu Kutha pasangan Jaka Seger dan Lara Anteng tibalah di Ara-ara Amba. Mereka pun bersemedi sesuai petunjuk dalam wangsit yang diterima sebelumnya.

Belum berapa lama keduanya bersemedi tiba-tiba angin bertiup sangat kencang, bumi seolah terbelah, dan kilat menyambar-nyambar dari arah langit. Tampak Betara Brahma dengan pakaian kebesaran menghampiri Jaka Seger dan Lara Anteng. Mereka dinyatakan telah lulus ujian pendadaran. Dengan satu pesan mereka akan mendapatkan keturunan sebanyak duapuluhlima anak selama kurun waktu empatpuluh empat tahun. Tetapi dengan catatan anak terakhir atau keduapuluhlima harus tinggal di gunung Bromo. Betapa sukacita hati pasangan Lara Anteng dan Jaka Seger. Mereka pun bersiap-siap kembali ke kadipaten Wengker.

Enambelas tahun sudah Lara Anteng dan Jaka Seger berumahtangga, kini mereka dikaruniahi sembilan putra. Masing-masing diberi nama Jaka Ringgit, Dewi Sintawiji, Jaka Klinthing, Hadi Kawit, Dewi Jating Jinah, Ical (hilang), Jaka Linggapati, Cakra Aminata, Tunggul Wulung. Begitu anak kesembilan lahir tiba-tiba terjadi kegemparan berupa turunnys hujan disertai petir yang menyambar. Jaka Seger pun bersemedi dan segera mendapat wisik/ pesan gaib, bahwa dirinya telah melakukan kesalahan karena tidak pernah berkunjung ke Bromo. Untuk menebus kesalahan yang telah diperbuat maka Jaka Seger harus melakukan selamatan Bumi Purwa dan melakukan Tuwah Oengkek di kawah gunung Bromo.

Duapuluh tahun sudah usia Jaka Ringgit anak pertama Jaka Seger, kemudian pasangan Jaka Seger dan Lara Anteng mendapatkan enam orang anak lagi yang diberi nama Jaka Penajati, Jaka Bagus Waris, Jaka Danureksa, Pranata, Praniti, dan Tunggul Aletung. Pada urutan anak kelimabelas lagi-lagi muncul keanehan, tiba-tiba jabang bayi tidak bisa keluar selama tiga hari tiga malam. Hal ini mendorong Jaka Seger melakukan puja semedi. Akhirnya mendapat petunjuk lewat kehadiran Betara Narada agar seluruh anak Jaka Seger yang sudah besar bertapa di lereng gunung Bromo.

Usai mendapat sasmita gaib Jaka Seger pun menugaskan seluruh putranya dengan pembagian tugas sebagai berikut ; Jaka Ringgit bertapa di gunung Lawu dan gunung Ringgit. Dewi Sintawiji bertapa di goa Sewu Telaga Cakra Gunung Midangan, Jaka Klinthing bertapa di Pusung (puncak) Tengking, Hadi Kawit bertapa di telaga gunung Sumber Semanik mencari Manik Manilem. Dewi Jating Jinah bertapa di Midangan Gunung Kursi, Ical (hilang dalam kandungan) telah bersemayam di Banyu Tes Jurang Peranten, Jaka Linggapati bertapa di Lingga Buana Gunung Lingga, Cakra Aminata bertapa di Indrakila Gunung Gendera, Tunggul Wulung bertapa di pintu masuk kawah Gunung Bromo, dan Jaka Penajati bertapa di Batu Anda Gunung Penanjakan. Setelah menyampaikan pesan lahirlah bayi dalam kandungan Lara Anteng.

Selama kurun waktu tigapuluhdua tahun Dewi Lara Anteng melahirkan lagi putra keenambelas sampai keduapuluhlima. Mereka diberi nama Raden Mesigit, Puspa Gading, Setyawati, Dadung Awuk, Raden Dumeling, Sindu Jaya, Raden Sambar Angin, Hadi Jengkat, Hadiningrat, dan Hadi Kusuma. Sebagaimana perjanjian Jaka Seger sewaktu bertapa di Ara-ara Amba akhirnya Hadi Kusuma sebagai anak keduapuluhlima dibawa terbang api membara menuju Gunung Bromo. Atas kejadian itu Jaka Seger segera memerintahkan semua keturunannya agar mengunjungi putra wuragil ke Gunung Bromo pada setiap bulan Asuji dengan membawa sesajen dan bekal makanan dan hasil bumi untuk diberikan kepada Hadi Kusuma yang berada di Gunung Bromo. Peristiwa tersebut diabadikan menjadi upacara Kasada.

Jaka Seger juga menugaskan Setyawati dan Setuhu untuk menjaga adiknya Hadi Kusuma yang berada di Gunung Bromo. Mereka berdua akhirnya tinggal di Banyu Pakis, sedangkan putra Jaka Seger yang lain ditugaskan bertapa di lereng Gunung Bromo. Sedangkan Setyawati dan Setuhu kemudian berjuluk Kaki Omah dan Nini Omah.

Jauh sebelum anak-anak Jaka Seger dan Lara Anteng lahir, Jaka Seger telah membuat tetenger atau semacam catatan perjalanan beserta mantra-mantra yang dilakukan saat puja semedi yang dimasukkan dalam sebuah jodhang atau kotak terbuat dari kayu. Jodhang itu kemudian dikenal sebagai Jodhang Wasiat berisi Jimat Klonthong berisi kisah perjalanan Lara Anteng dan Jaka Seger. Sedangkan mantra yang dulu dipakai dalam puja semedi dinamakan mantra Purwo Bumi, dipakai Dukun Tengger dalam Upacara Adat Tengger.





















KEYAKINAN MASYARAKAT SUKU TENGGER



A. Hong Ulun Basuki Langgeng



Masyarakat Tengger sangat meyakini Tuhan Yang Maha Tunggal atau mereka menyebutnya Hong Ulun Basuki Langgeng. Nampaknya istilah ini hanya ada di komunitas suku Tengger. Karena pada umat Hindu khususnya di Bali lebih suka menggunakan Hyang Widhi Wasa.



B. Catur Guru

            Sebagai titah/ makhluk di muka bumi, maka sedulur Tengger sangat meyakini dan menghormati Catur Guru untuk pedoman hidup bernegara, bermasyarakat, dan berkeyakinan. Catur Guru itu meliputi; pertama Guru Swadiaya atau Hong Ulun Basuki Langgeng sebagai pemilik kehidupan dan guru kehidupan. Kedua Guru Paka alias kedua orang tua yaitu ibu dan ayah yang melahirkan kita ke dunia fana ini. Ketiga Guru Pengajian/ Pangadian yaitu yang memberikan ilmu baik secar` formal maupun non formal. Keempat atau terakhir adalah Guru Wisesa atau pemerintah.

            Keempat guru atau Catur Guru ini bagi orang Tengger menjadi satu hal yang harus ditempatkan setinggi mungkin dari strata umum masyarakat. Karena empat golongan ini yang bertanggungjawab atas terciptanya harmoni di muka bumi.





UPACARA ADAT TENGGER

Perlengkapan Upacara/ Upakara

Perlengkapan upacara ini biasanya digunakan oleh dukun sebagai pimpinan upacara adat, terdiri atas :

a. Ikat kepala/ udeng. Mengandung arti mengikat pemikiran tidak baik yang keluar dari otak dukun sebagai manusia lumrah.

b. Baju hitam atau putih. Baju hitam dimaksudkan agar mendapatkan kedamaian. Baju putih diartikan agar memperoleh kesucian.

c. Sarung/ jarik dimaksudkan agar mendapat kemuliaan.

d. Sampet/ selendang dukun. Dengan tujuan supaya hawa nafsu yang bersifat adharma atau tidak sesuai dengan kebaikan maka diikat oleh selendang agar tidak mempengaruhi pikiran dukunnya.

            e. Prasen/ tempat tirta suci atau sangku sudamala dengan pesiran/tongkat suci.

                Dimaksudkan mensucikan hal tidak baik agar yang punya hajat tidak

                menemui halangan.

    Prasen ini biasanya bergambar ; Dewa Iswara, Dewa Brahma, Dewa Mahesora,

    Dewa Mahadewa, Dewa Wisnu, Dewa Samwara, Dewa Sambhu, Dewa Lodra,

    Dewa Siwa, dan Dewa Kuwera.

    Tepat di bawah gambar Dewa terdapat motif Prasian/ rasi bintang.

f. Padupan/ tempat dupa sebagai sarana mendorong doa ke langit.



JENIS-JENIS UPACARA ADAT

Jenis upacara adat di masyarakat Tengger ada 2 katagori, maksudnya adalah upacara adat yang dilaksanakan bersama-sama oleh masyarakat suku Tengger seperti Upacara karo, Upacara Kasada, Upacara Unan-Unan, Upacara Pujan, Galungan, Kuningan, Megeng Dukun, Bari’an, Bersih Desa, Ngarak Kucing, Mayu Desa, Upacara Sumpah Bayu Rata, dan ada pula upacara adat yang dilaksanakan setiap manusia atau keluarga. yang berhubungan dengan Upacara Kematenan atau Walagara, Ibu Hamil, Kelahiran, hingga Kematian. Upacara – Upacara tersebut terinci sebagai berikut :



UPACARA KARO.

Dimaksudkan memperingati arwah leluhur yang disebut Pitrayadnya atau     korban suci kepada para leluhur. Dilaksanakan di tiap desa dengan serangkaian prosesi selama + 15 hari.

A. Rangkaian Upacara Karo :

1.   Teka Ping Pitu

Yaitu mengundang roh leluhur yang dilaksanakan tujuh hari sebelum puncak upacara Karo.

1.      Leliwet

Dengan maksud memberikan korban suci kepada para butha kala/ kepada alam atau segala sesuatu yang berada di desa setempat berupa tegalan, sawah, kandang, dan lain sebagainya.

2.      Mepek

Maksudnya mencukupi segala kebutuhan warga desa bersangkutan agar tidak kekurangan terhadap segala kebutuhannya.

3.      Kayoman Agung

Yaitu memohon kepada Hong Ulun agar dijauhkan dari marabahaya dan kekotoran selalu dibersihkan.

 Sesanti

Adalah mendoakan para leluhur termasuk yang masih hidup dan sudah meninggal agar selalu mendapat kedamaian.

4.      Nyadran

Dengan tujuan memberikan penghormatan kepada leluhur dengan cara nyekar kepada makam leluhur.

5.      Mulih Ping Pitu

Tujuannya memulangkan roh leluhur yang sudah diundang semoga meninggalkan kerahayuan kepada yang ditinggalkan.

B. Ubarampe/ Sarana Upacara

     Dalam upacara Karo ubarampe atau sesajen yang harus dilengkapi meliputi :

1. Kain putih/ majangan.

2. Lemek godhong gedhang/ alasnya daun pisang.

3. Tumpeng lenggah 24 buah/ tumpeng duduk 24 buah kecil-kecil.

   4. Pras among sanding/ tumpeng tampah, yaitu tumpeng besa lengkap isinya

        nasi yang dibentuk gunung, dikelilingi sayuran, ayam panggang utuh, jajan

        pasar diletakkan di tampah.

5. Galang Rowaan.

6. Jenang Protoh.

7. Jenang Pethak.

8. Gedhang ayu, suruh ayu, jambe ayu.

9. Satak selawe.

10. Takir janur 24 buah.

11. Indung sak piring.

12. Kembang boreh.

13. Rakan tawang/ rakan genep.

14. Agem 24 buah.

15. Petra lanang-wadon.

      16. Beras kuning.





UPACARA UNAN-UNAN (delapan tahun sekali)

Dilakukan delapan tahun sekali atau sewindu. Dimaksudkan untuk membersihkan desa dari gangguan-gangguan makhluk halus, bencana alam, serta gangguan dari unsur lain yang mengancam desa dan masyarakat Tengger yang tinggal di wilayah tersebut.



UPACARA PUJAN-PUJAN

1. Upacara Pujan Kapat

Yaitu upacara selamatan bumi, air, kayu, dan segala macam tanaman serta hasil buminya. Dilakukan di Rumah Sanggar, sedangkan mantra yang dipakai Pujan Sharon. Bentuk kegiatannya warga suku Tengger membawa hasil bumi mereka ke Rumah Sanggarnya di dusun masing-masing.

2. Upacara Pujan Kawolu

Hampir sama dengan upacara pujan kapat yaitu upacara selamatan bumi, air, kayu, dan segala macam tanaman serta hasil buminya. Dilakukan di Rumah Sanggar, sedangkan mantra yang dipakai Pujan Sharon. Bentuk kegiatannya warga suku Tengger membawa hasil bumi mereka ke Rumah Sanggarnya di dusun masing-masing.

3. Upacara Pujan Kasanga/ Ndrundung/ Mubeng

Yaitu upacara selamatan bumi, air, kayu, segala macam tanaman beserta hasil buminya dan selamatan anak keturunan suku Tengger. Bertempat di Rumah Sanggar yang dilanjutkan keliling desa diringi ketepung dan terompet. Mantra yang digunakan Pujan Sharon dan Puja Jaga. Masyarakat suku Tengger membawa hasil buminya ke Rumah Sanggar di tiap dusun.

4 Upacara Pujan Kasada

Masih menyerupai pujan sebelumnya yaitu upacara selamatan bumi, air, kayu dan segala macam tanaman beserta hasil buminya. Bertempat di Rumah Sanggar . Menggunakan mantra Pujan Sharon, waktunya sekitar usai upacara Kasada panglong loro. Masyarakat tetap berkewajiban membawa hasil bumi ke Rumah Sanggar.





UPACARA KASADA

Upacara Suci Purnama SadhaUpacara Kasada atau hari raya Kasada atau Kasodoan merupakan upacara yang dilakukan masyarakat Tengger sebagai bentuk peringatan pengorbanan diri Raden Kusuma putra wuragil Jaka Seger dan Lara Anteng. Biasanya hari raya ini diselenggarakan pada tangal 16 bulan Asuji atau Kasada (bulan keduabelas) tahun Saka saat purnama penuh. Seluruh warga Tengger tumplek blek jadi satu dalam upacara Kasada dengan membawa tempat yang dinamakan ongkek berisi tandur tuwuh bumi Tengger, ternak peliharaan, dan ayam. Kemudian dilabuhkan ke kawah gunung Bromo sebagai korban. Sebelum itu Dukun membacakan japa mantra di poten  lautan pasir Gunung Bromo. Rangkaian upacara Kasada biasanya juga diadakan ujian bagi dukun baru atau lebih dikenal dengan istilah Pulun/ Mulenen. Ujian berupa pembacaan mantra yang tidak boleh keliru, kalau sampai terjadi maka calon dukun gagal sebagai dukun.



UPACARA GALUNGAN

Belum ada keterangan yang pasti karena upacara ini masuk ritual Hindu.



UPACARA KUNINGAN

Sama dengan keterangan upacara Galungan.



UPACARA MEGENG DUKUN

Yaitu suatu lelaku Dukun yang tidak mengucap mantra selama satu bulan dengan tujuan mengasah mantra. Lelaku yang dijalankan berupa puasa mutih.



UPACARA BARI’AN

Biasanya upacara bari’an dilaksanakan pasca bencana alam berupa gempa bumi, gerhana atau peristiwa lain yang dianggab bisa mempengaruhi kehidupan masyarakat Tengger. Dilakukan selama lima sampai tujuh hari setelah kejadian yang diyakini membawa pertanda buruk. Tetapi upacara bari’an tidak hanya dilaksanakan pasca bencana saja melainkan juga sebagai wujud ungkapan terimakasih/ syukur kepada Tuhan YME. Dalam upacara bari’an Dukun dan petinggi/pejabat desa memegang peran penting.



UPACARA SELAMAT DESA (satu tahun sekali)

























Melalui upacara ini diharapkan keselamatan dan kesejahteraan selalu melingkupi warga desa yang melakukan upacara.





UPACARA NGIRING/NGARAK KUCING

            Dilaksanakan setiap hari..... pada bulan pertama setelah upacara Kasada, adat ini hanya dilakukan di desa Wonokerso dan desa Sumberanom Kecamatan Sumber Kabupaten Probolinggo. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan meminta hujan yang penuh berkah



Tahap Persiapan Upacara : (dilaksanakan di rumah Lurah Wonokerso)

1. Penyiapan sesaji/sajen.

2. Seekor kucing jantan warna hitam yang dibungkus dalam sebuah karung goni,

    dengan maksud agar hujan yang turun dari awan hitam yang penuh berkah

    bukan musibah.

3. Dukun.

4. Dawet, (harapan hujan yang memberikan kesegaran bagi alam)









Arak – Arakan Kucing



Rute : dari rumah Lurah Desa menuju Sanggar Pamujan ( tempat seluruh warga desa berdoa yang dipimpin oleh Dukun desa)







Urutan : 1. Dukun diapit oleh Wakil Dukun dan Lurah Desa

              2. Sesaji/sesajen yang dibawa oleh Ibu Lurah/ Sesepuh Desa

              3. Kucing hitam yang diletakan diatas kuda kencak

              4. Pemusik pengiring Kesenian Kuda Kencak.

              5. Warga desa dengan membawa dawet.



Prosesi di Sanggar Pamujan:

1.      Legen atau pembantu Dukun memeriksa kelengkapan sesaji dan perangkat desa duduk didepan sanggar yang sudah terkumpul sesaji dan dawet yang dibawa oleh seluruh warga.

2.      Legen menyampaikan kepada Dukun bahwa upacara sudah siap dan bisa segera dimulai.

3.      Dukun membakar kemenyan dan membaca mantra dengan tujuan;

4.      Ucapan syukur kepada Yang Maha Esa.

Menyusikan Kucing dengan air suci, lalu dawet dan membagikan air suci yang telah dimantrai kepada seluruh warga yang hadir.
Mempersilahkan kepada seluruh warga untuk makan dawet secara bersama-sama penuh suka cita
Kesenian adu tangkas Ujungan dimulai. (sebagai simbol pengorbanan warga, yaitu darah yang mengalir karena sabetan rotan memperlihatkan harapan derasnya hujan )
Jaranan Sakral digelar, yang pada puncaknya nanti ada salah satu tokoh atau sesepuh desa yang trance dimasuki roh leluhur dan bertugas memandikan kucing hitam sebagai pertanda puncak acara dan berakhirnya upacara Ngarak Kucing.


Catatan : Biasanya 15 hari dari upacara Ngarak Kucing, hujan akan turun mengguyur seluruh kawasan Tengger.





UPACARA MAYU DESA (enam tahun sekali)

Upacara mayu desa diharapkan bisa melindungi desa dari ancaman marabahaya. Dilaksanakan di depan Rumah Lurah Desa atau Balai Desa.







UPACARA SUMPAH BAYU RATA

Upacara Sumpah Banyu Rata adalah upacara khusus bagi anak keturunan suku Tengger yang melakukan pelanggaran Dursila.







UPACARA KEMANTEN / WALAGARA

1. Lamaran

Ketika seorang lancing atau perjaka suku Tengger sudah mulai  tertarik dengan seorang gadis, maka kewajiban orang tua perjaka itu untuk mengajukan lamaran atau pinangan. Biasanya kedua orang tua si pemuda/perjaka itu bersilaturahmi ke pihak orang tua gadis tanpa membawa sesuatu. Mereka hanya mengatakan,” Kang, sarehne anak reang karo anak rika wis padha seneng,  sak umpama digoleken dina apik piye?” Kemudian orang tua si perjaka menawarkan untuk mencari hari baik, tetapi dijawab oleh orang tua gadis bahwa mereka  akan memberi jawaban pada kunjungan balasan yang disebut notog.



2. Notog

Pada acara notog atau membalas lamaran inilah hari baik pun  disepakati kedua belah pihak. Biasanya menuju proses walagara/pernikahan paling tidak membutuhkan waktu hampir satu bulan atau sekitar 24 hari, mulai persiapan sampai pasca acara.



3.  Sajen Belehan

Pra acara walagara biasanya yang punya hajat akan menyembelih lembu atau binatang ternak lainnya, jumlahnya +tiga ekor bagi yang mampu. Dengan pertimbangan satu ekor untuk menjamu biodo dan sinoman yang mencapai 200 orang. Dua ekor untuk menjamu tamu undangan.

Pada waktu penyembelihan para ibu-ibu melakukan kothekan lumping atau lesung sebagai penanda bahwa pekerjaan membantu yang punya hajat telah dimulai.



Sajen belehan meliputi :

1.      Gedhang ayu 2 cengkeh.

2.      Rokok satu batang.

3.      Daun suruh.

4.      Uang recehan.

5.      Jenang abang,jenang putih.

6.      Kemenyan dan padupan.

7.      Kembang setaman.

Arti sajen tersebut adalah; gedhang ayu 2 cengkeh sebagai kursi/lungguh yang mbaureksa desa, jenang abang-putih untuk upah danxang (putih untuk danyang lelaki, merah danyang perempuan), sekar setaman agar rahayu slamet tidak ada halangan apa-apa. Rokok dimaksudkan sebagai upah bagi danyang. Uang receh untuk tindhih dimaksudkan sebagai pembelian kepada Kaki Bumi dan Nyai Bumi yang mabaureksa desa Wonokerso dengan ucapan Dukun,”Aja ganggu gawe reang arep mbeleh sapi.” Kemenyan dimaksudkan agar hajat yang diinginkan cepat sampai kepada Yang Maha Kuasa.

Untuk menghilangkan bau amis/ anyir pada daging sembelihan, orang Tengger lenggunakan sajen bumbu dapur, yaitu : bawang pre, daun sereh, bawang merah, cabe merah besar, kemiri, bawang putih, jahe,gula, garam, kunyit, asam, dan daun jeruk purut.





Setelah acara mbeleh sapi/lembu dilanjutkan dengan acara makan bersama. Sedangkan asisten Dukun/Legen atau sesepuh lain yang ditunjuk menyiapkan sesajen berupa sajen tiga macam, yaitu; sajen liwet, sajen pras banyu, sajen petra.

Sajen Liwet berupa :<.b>


1. Gedhang Ayu.


2. Jajan Pasar.

3. Pencok Bakal.

4. Liwet.

5. Kembang Boreh.





Sajen Pras Banyu antara lain :                                Sajen Petra  dalam bentuk :

1. Gedhang Ayu.                                                        1.Gedhang Ayu.

2. Ayam Panggang.                                                     2.Kelapa

3. Jajan Pasar.                                                              3.Jajan Pasar

4. Jambe Suruh/kinangan pepek.                                 4.Gula

5. Kembang Gubahan.                                                            5.Rokok

6. Busana sapengadeg.

7. Bedak,gincu,suri/sisir,minyak wangi.

Ketiga sajen di atas dimaksudkan agar daging yang disajikan dari hewan yang disembelih mendapat restu, sehingga mencukupi kebutuhan konsumsi pesta walagara.

                                 

4. Mususi



Upacara yang tidak boleh ditinggalkan dalam rangkaian hajat walagara antara lain upacara mususi/membersihkan beras yang akan dimasak pada sumber air utama desa setempat dan upacara mengambil air untuk keperluan yang sama.



Urutan prosesi:

Kepala rumah tangga, dalam hal ini yang punya hajat memimpin rombongan kaum wanita yang terdiri atas ibu-ibu dan remaja putri. Paling depan adalah kepala keluarga, urutan berikutnya si istri yang membawa bumbung bambu sebagai tempat air. Disusul rombongan kaum wanita yang membawa beras dalam tempat anyaman terbuat dari bambu/ rinjing.

Setiba di sumber air nyonya rumah/ yang punya hajat mengisi bumbung bambu yang telah disiapkan dengan air sumber. Kemudian diikuti masing-masing anggota rombongan mususi beras.

Acara selanjutnya makan bersama seluruh rombongan dimaksudkan untuk mengajak makan tidak hanya mereka yang masih hidup melainkan juga leluhur penunggu mata air. Dilanjutkan mandi yang dilakukan suami istri yang punya hajat. Biasanya dilakukan dengan menyeka badan dengan air sumber sebagai syarat.

Usai seluruh acara mususi dilanjutkan rombongan kembali ke lokasi acara, biasanya dipusatkan di balai desa.

Bumbung bambu berisi air sumber sebagian dimasukkan tandon air/jading, sedangkan sisanya lengkap dengan bumbung diikatkan di sakaguru/ tiang utama bangunan dapur dimaksudkan agar niat utama untuk hajatan diberi kekuatan sampai akhir acara.



5 Sahadatan/ Walagara

Sahadatan di sini bukan berarti menikah dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Tetapi sahadatan adalah walagara/pernikahan yang dipandang sah menurut adat Tengger.

Urutan Prosesi :

Ayah/orang tua mempelai perempuan didampingi Dukun menikahkan mempelai dengan ucapan,”Apa rika wis siap urip karo anakku dadi bojo?” Maka pengantin putra menyatakan kesangguban dan disaksikan seluruh hadirin yang mengatakan kedua mempelai telah sah menurut adat Tengger.





UPACARA IBU HAMIL HINGGA MELAHIRKAN

1. Upacara Neloni (usia kandungan 3 bulan)

Sebagai ungkapan rasa syukur atas karunia calon manusia yang bertapa di rahim Ibu.



2.Upacara Sayut (usia kandungan 7 bulan)

Upacara ini dimaksudkan agar Ibu beserta bayi/anak yang ada dalam kandungan selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa dan diberikan keselamatan serta kelancaran pada saat persalinan.



3. Upacara Brokohan

Pasca persalinan sebagai ungkapan syukur karena jabang bayi beserta ibunya selamat, maka dilaksanakan upacara brokohan. Dalam upacara ini melibatkan undangan kaum ibu di sekitar yang melahirkan. Sedangkan batur (ari-ari) bayi dimasukkan dalam batok kelapa, selanjutnya disimpan.



4. Upacara Cuplak Puser (usia lahir 7 hari)

Cuplak puser yaitu terlepasnya sisa tali pusar yang mongering di pusar bayi. Biasanya

upacara ini dilanjutkan dengan pemberian nama si jabang bayi.







5. Upacara Kekerik (usia lahir 40 hari)

Upacara kekerik merupakan kewajiban orang tua si jabang bayi dengan tujuan agar si anak cepat berbicara dan kelak jika sudah besar diharapkan memiliki kecerdasan otak. Dilakukan dengan mengerik lidah si bayi dengan rumput alang-alang.



6.Upacara Potong Rambut / Tugel Kuncung (Putra)/ Tugel Gombak (Putri)   

Upacara Potong rambut, kalau anaknya putra disebu tugel kuncung jika perempuan disebut tugel gombak merupakan kewajiban orang tua si jabang bayi dengan tujuan agar si anak menginjak dewasa dengan memotong sebagian rambutnya, dimana setiap anggota keluarga yang memotong diwajibkan memberikan ganti berupa bibit tanaman khususnya sayur mayur seperti wortel,kentang dan lain-lain yang nantinya oleh orang tuanya ditanam di tegalan yang sudah disiapkan dan kelak jika anak sudah dewasa sudah secara otomatis memiliki modal dan menajadi petani.



7. Upacara Among-among (usia bayi 44 hari)

Among-among putu merupakan kewajiban kakek dan nenek si anak. Karena jika hal ini tidak dilakukan bisa diartikan kurangnya tanggungjawab kakek dan nenek terhadap cucu. Among-among putu ini tidak harus dilakukan pada saat bayi berumur 44 hari, melainkan sampai anak umur tiga tahun pun bisa dilaksanakan.

Tahap Persiapan Upacara :

1. Penyiapan sesaji/sajen.

2. Disertai kehadiran kakaek dan nenek si putu/cucu.

3. Dukun.

4. Sanak saudara yang lain.

Prosesi :

1.Legen atau pembantu Dukun memeriksa kelengkapan sesaji dan perangkat keluarga, cucu yang akan diamong-amongi.

2. Legen menyampaikan kepada Dukun bahwa upacara sudah siap dan bisa segera dimulai.

3.Dukun membaca mantra dengan tujuan;

a). ucapan syukur kepada Yang Maha Esa.

 b).menyampaikan kepada sanak saudara dan masyarakat sekitar    bahwa cucunya telah dalam keadaan selamat dan dimohon untuk turut menjaga.

c). mengenalkan cucu kepada para leluhur dan para penjaga wilayah-wilayah tertentu, seperti : pintu rumah, pintu halaman, kamar mandi, kandang hewan jika punya, dan lingkungan sekitar rumah yang dianggab ada penjaganya.

4.Sebagai wujud tanda kekerabatan dan rasa tanggung jawab ditandai dengan :

a). membagikan air suci yang telah dimantrai kepada sanak saudara yang hadir.

b). memberikan beras tiga butir yang merupakan gambaran darah daging.

c). menalikan tali lawe sebagai lambang tali persaudaraan baik secara lahiriah maupun batiniyah menjadi satu ikatan.

5.Legen mengambil sebagian dari sesaji yang ada untuk ditaruh di tempat-tempat sekitar rumah seperti disebutkan di atas sebagai tanda persembahan.

Catatan : Biasanya sanak saudara yang hadir akan memberikan uang kepada si anak dan uang yang terkumpul adalah hak anak, tidak ada yang boleh mengambilnya. Kebiasaan setelah itu uang yang terkumpul dibelikan bibit tanaman yang digunakan anak tersebut sampai dewasa. Artinya among-among putu di samping sebagai sarana sosialisasi juga memberikan bekal kepada anak yang diamong-amongi.





UPACARA ENTAS-ENTAS

Upacara entas-entas bertujuan untuk mengentaskan (mengangkat) leluhur yang sudah meninggal dari alam semesta ke swargaloka menurut keyakinan orang Tengger. Kegiatan ini dilaksanakan jika keluarga sudah memiliki dana yang cukup dan biasanya dilakukan bersamaan dengan upacara walagara atau tugel kuncung/gombak atau bagi yang beragama Islam pada acara Sunatan. Hal ini juga dimaksudkan bahwa ketika melakukan sebuah perayaan atau pesta para leluhur mereka juga dihadirkan untuk bersama-sama menyaksikan upacara keluarga besarnya.



Perlengkapan Upacara :

1.Boneka Petra/pitra ( Sekar Kencana Puspa Gambar) yang terbuat dari;

a.       Daun alang-alang = mboten sumelang/ was-was bagi yang punya hajat maupun leluhur yang akan dientas.

b.      Daun tlotok = pun ngantos gontok-gontokan/ jangan sampai gontok-gontokan atau bertengkar satu sama lain.

c.       Daun senikir = aja nganti mikir neka-neka, kudu duwe piker/ jangan sampai memikirkan yang bukan-bukan.

d.      Daun janur = nur/ cahaya.

e.       Daun pampung = pun ngantos ganggu/ jangan mengganggu terhadap yang punya hajat.

f.       Tali pring = merupakan peringatan agar dipegang teguh.



2. Cepel, bumbung bambu petung, beras ketan, beras putih;

a.       cepel/ kemaron kecil diisi beras ketan = tindhih dhasar/ pandesi/pondasi, arti minangka uleting daging (segumpal daging) yang berada di kawah candradimuka.

b.      Bumbung, minangka cerobong kukuse keluk yang berarti digambarkan begitu panas kehidupan itu.

c.       Peletakan beras ketan yang di cepel dilakukan yang punya hajat, juga yang di bumbung diawali yang punya hajat.

d.      Pada tahapan beras biasa peletakannya dilakukan sanak saudara yang memiliki hubungan saudara dengan yang punya hajat. Setelah selesai dilakukan penutupan dengan beras ketan yang dilakukan oleh yang punya hajat lagi.

3. Sesajen dan aneka makanan, minuman.

4. Lampu teplok/templek.

5. Kambing hitam.

6. Pusaka.

7. Pakaian sakpengadeg/lengkapsejumlah leluhur yang dientas.

8. Kain Putih.

9. Tikar.

10.Panggung.









Urutan Prosesi :

Hari Pertama

1.      Legen memeriksa kelengkapan upacara, selanjutnya kalau sudah lengkap memberitahu Dukun agar memulai upacara.

2.      Dukun memimpin doa mengundang para leluhur dengan menyebut nama mereka satu persatu sambil membakar kemenyan di padupan.

3.      Usai memimpin doa satu persatu sesajen dan bumbung berisi beras dinaikkan ke bangunan panggung bambu. Sajen diberi alas tikar dan diterangi nyala lampu teplok.

4.      Boneka petra ditaruh berjajar di bawah panggung sesuai jumlah leluhur yang dientas, khusus dua boneka pitra diselimuti kain putih sebagai lambang tokoh pedanyangan yang berkedudukan memimpin perjalanan para leluhur ke swargaloka.

5.      Di depan masing-masing boneka diberi aneka makanan, lauk-pauk, rokok, jajan pasar, dan minuman.

6.      Pihak yang punya hajat dan sanak saudara makan nasi putih sebagai lambang mengajak makan bersama terhadap para leluhur. Untuk sementara upacara selesai dan akan dilanjutkan lagi pada hari ketiga.

Hari Ketiga

1.      Seluruh sesaji dan cepel diturunkan dari panggung bambu.

2.      Beras yang ada dalam bumbung bambu dimasukkan cepel semua dan bumbung disingkirkan/dibuang.

3.      Boneka petra/pitra dibariskan berseberangan dengan sesaji dan ditaruh di masing-masing cepel yang berisi beras.

4.      Seluruh keluarga yang melakukan entas-entas berkumpul sambil menyiapkan pakaian yang akan dikenakan untuk boneka petra/pitra.

5.      Legen seolah-olah menusuk-nusukkan keris pusaka ke arah kambing hitam sebagai tanda mengundang roh.

6.      Selesai Dukun memimpin doa masing-masing keluarga yang terlibat dalam entas-entas membawa masing-masing empat boneka pitra dan secara bersama-sama mengangkat boneka pitra ke atas sebanyak tiga kali sebagai symbol mengentaskan para leluhur.

7.      Selesai prosesi ini dilanjutkan mengenakan pakaian sesuai kebiasaan almarhum leluhur ketika masih hidup. Ada yang memakai udeng/ikat kepala, ada juga yang mengenakan pakaian dinas pegawai negeri sipil.

8.      Selanjutnya boneka pitra yang sudah diberi pakaian disandingkan berseberangan dengan posisi sesajen.

9.      Acara berikutnya makan bersama, para keluarga yang melakukan entas-entas seolah-olah mengajak makan para leluhur.

10.  Setelah makan bersama dilanjutkan dengan ngayaten atau membawakan berkat kenduri kepada para leluhur dengan cara memercikkan air suci tiga kali, menghormat dengan kedua tangan mengatup depan dada sebanyak tiga kali dan diakhiri dengan mengangkat berkat tiga kali.

11.  Boneka pitra kemudian digendong oleh sejumlah ibu-ibu, sedangkan kelompok bapak membawa iber-iberan yang diwakili ayam dan sesajen menuju ke Sanggar.

12.  Setiba di Sanggar pakaian yang dikenakan boneka pitra dilipat kembali, sedangkan boneka pitra dibakar sampai habis.





SENI BUDAYA TENGGER

1 Unsur-unsur Kebudayaan Tengger

    a. Bahasa

Diduga bahasa yang digunakan masyarakat Tengger adalah kelompok bahasa Jawa Kuna yang pernah berkembang pada era Majapahit. Tidak ada strata/tingkatan termasuk yang digunakan dalam kitab-kitab mantra. Hal ini merupakan kekhasan suku Tengger dibandingkan dengan kantong-kantong kebudayaan lain di Jawa Timur.



     b. Pengetahuan

Meskipun sudah mulai dibangun gedung-gedung sekolah di wilayah suku Tengger, tetapi sangat disayangkan jumlahnya masih jauh dari mencukupi. Sebagai contoh SMP saja harus ditempuh puluhan kilometer. Sedangkan TK maupun SD hanya ada satu di masing-masing desa. Sedangkan sumber pengetahuan lain masih mengandalkan mantra-mantra warisan leluhur.



    c. Teknologi

Perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat juga mempengaruhi suku Tengger, apalagi dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke wilayah Tengger baik yang domestic maupun asing. Hal ini cukup berpengaruh pada cara pandang masyarakat Tengger, terutama di lokasi wisata Bromo. Sedangkan teknologi yang dipunyai suku Tengger antara lain tinggalan benda cagar budaya berupa lonceng perunggu dan situs patirtan yaitu puing padasan.



     d. Religi

Selain kepercayaan yang dipegang teguh masyarakat Tengger yaitu terkait Hong Ulun dan Catur Guru , orang Tengger sebagian besar memeluk `gama Hindu. Cuma agak berbeda dengan Bali. Kalau Bali agama yang berkembang adalah Hindu Dharma. Tetapi bagi masyarakat Tengger tata upacara mendekati ajaran Budha. Sehingga ada anggapan bahwa orang Tengger menganut keyakinan Hindu Mahayana, artinya secara upakara/ perlengkapan upacara seperti Hindu, tetapi ritualnya lebih mirip Budha. Sehingga Parisada Hindu Dharma mengategorikan orang Tengger sebagai penganut agama Budha.



e. Organisasi Sosial

     Perkawinan

Sebelum diterapkannya undang-undang perkawinan, kebanyakan anak-anak perempuan suku Tengger menikah di usia belia. Rata-rata antara 10 s.d. 14 tahun. Sampai sekarang masih dijumpai praktek pernikahan dini, tetapi sangat jauh berkurang. Pelaksanaan pernikahan tidak jauh berbeda dengan masyarakat Jawa pada umumnya. Hanya yang memegang peran sebagai penghulu adalah Dukun. Adat menetap pasca menikah adalah neolokal, maksudnya pasangan pengantin berdiam terlebih dahulu di lingkungan kerabat istri.



Sistem Kekerabatan

Suku Tengger sebagaimana orang Jawa pada umumnya, yaitu menarik garis keturunan berdasarkan prinsip bilateral.Artinya garis keturunan dari pihak ayah dan ibu. Susunan terkecil dalam kekerabatan ini adalah keluarga yang terdiri atas suami, istri, dan anak-anaknya.

Masyarakat Tengger tidak mengenal marga dan kasta. Namun bagi suku Tengger yang sudah berumahtangga dan memiliki keturunan, maka nama orang tua mengikuti anak pertama mereka. Misal; nama anak Shinta, maka bapaknya dipanggil pak Shinta dan ibunyapun dipanggil Ibu Shinta.



Sistem Kemasyarakatan

Suku Tengger menetap di kelompok-kelompok desa yang masing-masing dipimpin oleh Petinggi/Pak Tinggi atau disebut kepala desa menurut jabatan administratif. Tetapi yang memegang peran dan pengaruh adalah Dukun dan Legen sebagai asisten/wakil Dukun.

Suku Tengger juga mengangkat warga di luar Tengger sebagai warga kehormatan tetapi sangat jarang terjadi.



  Mata Pencarian

Sebagian besar atau hampir 95 % masyarakat suku Tengger berprofesi sebagai petani sayur. Komoditi yang dihasilkan antara lain kubis, kentang, kacang, bawang pre, wortel, dan lain-lain.Orang Tengger pantang menjual lahan pertanian atau ladangnya kepada orang lain, apalagi orang di luar komunitas Tengger. Bagi warga Tengger yang tinggal dekat Gunung Bromo bahkan sebagian besar berprofesi sebagai pemandu wisata, menyediakan jasa persewaan jeep, kuda, mantel/jaket, homestay, serta berdagang cinderamata.



Sistem Kalender Suku Tengger

Suku Tengger sudah mengenal dan mempunyai sistem kalender sendiri, jumlah  usia kalender suku tengger  berjumlah 30 sampai 30 hari ,tetapi  ada perbedaan penyebutan usia hari yaitu antara tanggal 1 sampai dengan 15 disebut tanggal hari,dan 15 sampai 30 / 31 disebut Panglong Hari .



Nama-Nama Hari Suku Tengger.

1.      DHITE                       : MINGGU

2.      SHOMA                     : SENIN

3.      ANGGARA                : SELASA

4.      BUDHA                      : R A B U

5.      RESPATI                    : KAMIS

6.      SUKRA                       : JUM’AT

7.      TUMPEK                    : SABTU

           

Nama-Nama Bulan Suku Tengger

0.                   KARTIKA                  : KASA

2.                   PUSA                          : KARO

3.                   MANGGASTRI         : KATIGA

4.                   SITRA                        : KAPAT

5.                   MANGGAKALA      : KALIMA

6.                   NAYA                        : KANEM

7.                   PALGUNO                : KAPITU

8.                   WISAKA                    : KAWOLU

9.                   JITO                            : KASANGA

10.               SERAWANA             : KASEPOLOH

11.               PANDRAWANA       : DESTHA

12.               ASUJI                         : KASADA



Adapun Tahun yang digunakan adalah tahun saka (Caka) 





f. Kesenian Tengger

1. Sodoran

Seni sodoran adalah tarian khas Tengger yang hanya dimainkan 12 penari pada

perayaan Karo dan Kasada.



2. Tayub

Seni pertunjukan berupa tari pergaulan Tayub sangat kental bagi masyarakat Tengger. Sehingga sejak usia balita pun anak-anak suku Tengger sudah dikenalkan pada tarian tayub.



3.Wayang Topeng Tengger

Seni wayang topeng Tengger berkembang di desa Wonokerso. Bentuk tampilannya hampir sama dengan topeng Malang, hanya pada ceritanya dikaitkan dengan salah satu folklore/ tradisi kolektif berupa legenda Gunung Batok.





Jaranan Sakral
Jaranan Sakral adalah sebutan kelompok kesenian kuda lumping atau biasa disebut kuda lumping, ini memperlambangkan seorang  ksatria naik kuda yang berlatih perang dan di puncak pertunjukannya sebagian pemainnya trance atau kalap. Di desa Wonokerso ini justru puncaknya itu yang ditunggu sebagai simbol hadirnya roh leluhur yang akan membisikan kalimat-kalimat yang dijadikan pegangan dan ditaati.

Kuda lumping disebut Jaranan Sakral karena pertunjukan selalu diletakan pada  urutan akhir pada sebuah upacara-upacara desa seperti Ngarak Kucing. Bari’an, Bersih desa, Unan-unan bahkan Pesta Upacara Karo.



Jaran Kencak
Yaitu sebuah kesenian yang pemain utamanya adalah seekor kuda atau disebut Jaran yang bisa menari atau bergoyang mengikuti irama musik. Kuda diberi busana dan aksesoris yang berwarna cerah dan nampak memberikan keceriahan ketika kuda bergoyang-goyang. Kesenian ini lahir dari keakrapan masyarakat Tengger yang mendiami dataran tinggi dengan seekor kuda sebagai satu-satunya alat transportasi di gunung. Tetapi mereka juga mengakui bahwa kesenian ini datang dari Ngisor maksudnya dari bawah yaitu dari Probolinggo pesisiran yang biasanya dilakukan oleh seniman suku Madura Pendalungan, Musik pengiringnya terdiri dari Saronen (tiup), Kendang, Ketipung, kenong telo’ dan gong. Umumnya kesenian ini dihadirkan di upacara desa dan hajatan keluarga terutama Ngarak Kucing dan kemanten sunat.



Ujungan
Kesenian para petani ini biasa dilakukan pada musim kemarau yang dianggap terlalu panjang dan mengganggu keseimbangan lingkungan. Kemudian dilakukan sebuah upacara

Campursari
.

c.1.  Sejarah Wayang Topeng Tengger

            Sejarah wayang topeng Tengger diawali pada sebelum tahun 1945, yaitu kelompok wayang topeng Tengger pimpinan Pak Karbi. Tetapi kelompok ini tidak terlacak, karena para pemain dan dalangnya sudah tiada. Hanya cerita dari Pak Sukaryo alias Ki Adi Sucipto yang menandaskan bahwa dulu ada kelompok wayang topeng Tengger, khususnya di Desa Wonokerso, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo.

            Pada periode berikutnya muncul dalang Pak Ngatok. Era Pak Ngatok inilah muncul guru penari topeng sekaligus pengrawit kelompok beliau (Pak Ngatok) yang bernama Pak Sekemo karan anak Pak Paitam. Beliau selain terampil sebagai pengrawit juga mahir sebagai penari.Lewat tangan dingin pak Paitam inilah Sukaryo kecil yang juga anak pak Paitam belajar kerawitan dan sekaligus penari topeng Tengger, hingga akhirnya belajar menjadi dalang wayang topeng.

            Pak Sukaryo alias Ki Adi Sucipto dilahirkan di desa Wonokerso, kecamatan Sumber, kabupaten Probolinggo pada sekitar tahun 1930. Beliau selain sebagai dalang wayang topeng juga berperan sebagai dukun ruwatan, dukun bayi (yang memimpin upacara di samping bidan atau dukun penolong persalinan), dukun tugel kuncung (bagi bayi laki-laki), dukun tugel gombak (untuk bayi perempuan), dukun kekerik, dukun among-among, dan dukun sunat.

            Generasi wayang topeng Tengger terus berganti. Kini meski para pemain merangkap peran sebagai pengrawit, namun Ki Adi Sucipto alias Pak sukaryo sudah memiliki pengganti yaitu dalang Ki Lebari, 40 tahun, dan Ki Joko Subandi, 33 tahun. Keduanya masih kerabat dekat Pak Sukaryo.

c.3.  Struktur Pertunjukan Wayang Topeng Tengger

            Pertunjukan wayang topeng Tengger yang sempat terdokumentasi adalah saat acara ruwatan. Meliputi 12 (duabelas) adegan pementasan dengan struktur sebagai berikut;

ADEGAN I



            Dalang membuka pagelaran menceritakan pertemuan Sang Penguasa Jagad Sang Hyang Pikulun Sas Sis dengan keempat puteranya yaitu; Sang Hyang Punggung, Sang Hyang Pongat, Sang Hyang Lesmana Dewa, Sang Hyang Manikmaya.

            Konon Sang Hyang Sas Sis sedang membicarakan suksesi kepemimpinan kahyangan. Barangsiapa dari keempat putra yang dihadirkan bisa membawa pulang pusaka Budama yang sengaja dilemparkan oleh Sang Hyang Pada Pawenang, maka dialah yang berhak menggantikan kedudukan Pikulun Pada Pawenang sebagai penguasa jagad.

            Tiba-tiba Sang Hyang Sas Sis melemparkan pusaka budama ke bumi.

            (Keterangan : lima penari topeng berperan sebagai Pikulun Sas Sis, Sang Hyang Punggung, Sang Hyang Pongat, Sang Hyang Lesmana Dewa, Sang Hyang Manikmaya).

ADEGAN II

            Keempat putra Pikulun Sas Sis bergegas mencari pusaka sakti budama sebagai prasyarat menduduki tahta kahyangan/ kerajaan para Dewa. Sang Hyang Punggung mencium lewat perantaraan lisah jayengkaton bahwa pusaka budama berada di dekat Gunung Semeru. Iapun langsung mengejar.

            Lain Sang Hyang Punggung, adiknya Sang Hyang Pongat melihat pusaka budama mampir ke Gunung Galunggung, namun ketika didekati pusaka itu melesat ke arah utara menuju kawah Gunung Merapi. Sang Hyang Pongat pun serta-merta mengejarnya.

            Putra Pikulun Sas Sis yang ketiga yaitu Sang Hyang Lesmana Dewa berhasil menangkap pusaka di puncak Merapi. Tetapi karena keliru memegang dengan tangan kiri mendadak pusaka menghilang dari genggaman Sang Hyang Lesmana Dewa.

            (Keterangan : tiga penari topeng memerankan tokoh-tokoh di atas ditambah seorang penari topeng pembantu yang membawa lari pusaka Budama yang seolah-olah terbang).

         

ADEGAN III

            Lain dengan ketiga kakaknya yang terkesan brangasan/ penuh nafsu mendapatkan pusaka Budama, putra keempat Pikulun Sas Sis yaitu Sang Hyang Manikmaya mengambil strategi berbeda. Ia memanggil nama ibundanya (nyambat) dan mohon doa restu secara batin. Tiba-tiba ia mendapat sasmita/tanda gaib agar bertapa di hutan sorban siluman, sorban=udeng/ikat kepala, siluman=makhluk halus. Tepatnya di goa Paseban Gandamayit.

            Selama bertapa Sang Hyang Manikmaya mendapat godaan bertubi-tubi dari para siluman. Pertama berwujud anjing hitam yang kemudian berubah menjadi Bethara Temburu. Kedua seekor celeng srenggi yang kemudian bersalin rupa menjadi Bethara Brahma. Ketiga kyai macan putih jelmaan Bethara Yamadipati, dan terakhir atau keempat seekor kera putih anoman. Tidak hanya itu godaan juga dating dari tiga makhluk raksasa yang akhirnya berubah menjadi Bethara Narada, Brahma, dan Temburu.

            Karena segala daya untuk menggoda laku tapa brata Sang Hyang Manikmaya tidak berhasil, akhirnya para Dewa yang menjelma makhluk siluman itu malah memberi doa restu dan aneka ajian kepada Sang Hyang manikmaya.

            (Keterangan : sekitar Sembilan penari topeng memerankan tokoh-tokoh di atas ditambah seorang penari topeng pembantu yang membawa lari pusaka Budama yang seolah-olah terbang).



ADEGAN IV

            Tiga putra Pikulun Sas Sis tidak terima jika adiknya Sang Hyang Manikmaya yang mendapatkan pusaka Budama. Mereka pun berencana melakukan konspirasi/persekongkolan jahat. Yang menjadi actor intelektual adalah Sang Hyang Punggung. Ia mengusulkan agar Sang Hyang Manikmaya dibunuh dan mayatnya dibuang ke kawah candradimuka.

            Saat menghadapi Sang Hyang Manikmaya, Sang Hyang Punggung bisa dikalahkan dan dilempar ke kawah candradimuka berubah menjadi naga Antaboga. Oleh adiknya Sang Hyang Manikmaya diangkat jadi ratu iwak/raja ikan di laut selatan.

            Sang Hyang Pongat tidak terima atas kejadian yang menimpa Sang Hyang Punggung, tetapi lagi-lagi Sang Hyang Manikmaya bisa mengalahkan kakaknya. Pedang Sukayana milik sang Hyang Pongat tidak mempan menyabet tubuh Sang Hyang Manikmaya. Akhirnya Sang Hyang Pongat disabda menjadi seekor burung. Disuruh berdiam di puncak gunung Andaka sebagai pengantar surat Tuhan YME.

            Sang Hyang Lesmana Dewa berlari-lari menyerang Sang Hyang Manikmaya untuk menuntut balas. Tetapi nasibnya sama dengan dua kakaknya dan disabda menjadi Dewa Wirati alias Kyai Semar Bojagati Nayantaka. Dibekali pakaian Klambi Limar Kinanti dan sabuk sakti Daludamana. Jika sabuk Semar kendor maka gonjang-ganjing Negara, sebaliknya jika kencang maka sentosalah Negara. Semar disuruh bertapa di gunung Gamping dan jika sudah selesai supaya ke Klampisireng menjadi pamong Pandawa.    Oleh Sang Hyang Manikmaya diberi kendaraan Dara Putih.

            (Keterangan : Sekitar 7 penari yang memerankan adegan ini).



ADEGAN V

            Singkat cerita Sang Hyang Manikmaya diterima dengan sukacita oleh Pikulun Sas Sis karena berhasil mendapatkan pusaka Budama. Selanjutnya disuruh sesuci/ bersuci dengan jalan mandi keramas dan diberi :

Pethetan/ taman kahyangan.
Tidak boleh adigang-adigung-adiguna, sombong dan tinggi hati.
Tidak boleh menghina perempuan miskin yang kelak jadi jodohnya.
(Keterangan : dua penari memerankan Pikulun Sas Sis dan Sang Hyang Manikmaya).



ADEGAN VI

            Tersebutlah seorang Dewi Ular bernama Nagagini yang sedang kasmaran dengan Bethara Guru (jabatan Sang Hyang Manikmaya sebagai raja kahyangan). Akhirnya disarankan orang tuanya nyuwita/ ngenger ke kahyangan.

            (Keterangan : Penari berperan Dewi Nagagini ).



ADEGAN VII

            Pertemuan Dewi Nagagini dari Wukir Wretawi dengan Bethara Guru. Karena sudah mendapat pesan dari Pikulun Sas Sis, maka kedatangan Dewi Nagagini disambut sukacita oleh Bethara Guru.

            (Dua orang penari sebagai Dewi Nagagini dan Bethara Guru).



ADEGAN VIII

            Pasangan Bethara Guru dan Nagagini bertamasya ke Segara Kidul/ laut selatan. Mendadak Bethara Guru tidak kuat menahan birahi dan terjadi kama salah. Yaitu bibit Bethara Guru masuk ke samudera. Hal itu ditandai perut Nagagini yang mendadak sakit. Sempat terjadi salah paham antara Bethara Guru dan Nagagini. Kemudian kama itu ditutupi oleh Nagagini dengan daun bendo.

            (Dua orang penari sebagai Dewi Nagagini dan Bethara Guru).



ADEGAN IX

            Naga Antaboga terkejut melihat kama kutah tanpa wadah. Selidik punya selidik kama itu milik adiknya Bethara Guru. Lantas ditelan dan disembur dengan lidah api dan berubah wujud menjadi bayi mungil. Bayi itu terus menangis dan menanyakan orang tuanya. Diberitahu untuk menghadap Bethara Guru di kahyangan dan supaya mengaku keponakan Antaboga dan diberi nama Kamanyawa.

            (Dua orang penari sebagai Kamanyawa dan Antaboga).



ADEGAN X

            Di kahyangan Nagagini ketakutan ditemani Bethara Guru. Ternyata tiba-tiba angin bertiup sangat kencang bersamaan kedatangan Kamanyawa. Kamanyawa menagih makan kepada Bethara Guru. Akhirnya Bethara Guru mau mengakui sebagai anak dan mau memberi makan asalkan dengan satu syarat Kamanyawa bersuci dan bertapa di ondar-andir bawana bersama Pikulun Brahma dan Bethara Narada setelah namanya diganti Kamakala.

            Singkat cerita ketika Kamakala bertapa kahyangan ondar-andir bawana bergejolak, akhirnya kedua Dewa mendorong Kamakala ke kawah candradimuka. Ajaib Kamakala berubah menjadi raksasa.

            Kamakala diangkat Sang Hyang Pada Pawenang dan diberi nama Ajar Kala.

            (Keterangan tiga penari memerankan Kamkala, Bethara Guru dan Nagagini. Sedangkan Dewa-dewa yang lain hanya diceritakan Ki dalang).





ADEGAN XI

            Masuk adegan minta makan dan diberi tahu Bethara Guru yang bisamenjadi santapan Kama Kala adalah;

1.Anak kecil belum sunat dan sembunyi di rumpun bambu tiba nas tahun.

2.Anak kecil belum sunat menanam pisang mas waktu nas tahun.

3.Orang menanam labu/waluh menjalar di atas genting berbuah satu.

4.Tiga orang berjalan pas hari Rebo Legi tanpa gendingan, yang di tengah makanan Kama Kala.

5.Orang bepergian tepat tengah hari sendirian tanpa istirahat.

6.Membangun rumah belum selesai atapnya/ tanpa ampik-anpik.

            Karena masih kurang Bethara Guru menyuruh Kama Kala minta makan ke Dewi Nagagini dan disarankan;

7.Orang menanak nasi apinya tidak merata, dandang kehabisan air, nasi hangus, dan dandang roboh.

            Akhirnya Kama Kala tidak sabar dan meminta makan daging manusia. Disanggupi Dewi Nagagini dengan syarat dari 44 gigi Kama Kala yang 40 di antaranya harus dicabut.

            (Break…Dalang minta api dan kemenyan untuk memulai ruwatan. Seluruh keluarga Pak Atun/ yang punya hajat disuruh naik ke atas panggung).

8.Anak satu ontang-anting.

9.Anak dua laki-laki dan perempuan (genthana-genthini).

10.Anak 3, perempuan 2 laki-laki 1 (kapit sendang pancuran) atau sebaliknya (kapit tlaga pancuran).

11.Anak 4, perempuan 3 laki-laki 1 (Apit ngampar nunggul maesan).

12.Anak 3, laki-laki 1 mati tinggal perempuan 2 (kluwung).

13.Anak perempuan 2 (kembang sepasang).

14.Anak laki-laki 5, 7, 9 (pendawa).

15.Orang tua bercerai lantas menikah lagi dan mempunyai anak (petarangan wutah).

            (Tiga penari berperan Bethara Guru, Dewi Nagagini, Kama kala).



ADEGAN XII

            Nagagini dimarahi Bethara Guru karena tidak menghentikan perbuatan jelek dan dikutuk menjadi Bethari Durga dan bersemayam di kahyangan Dandang manguri menjadi ratu para setan.

            (Mulai masuk episode Aji Saka dan Dewata Cengkar sampai menuju legenda Gunung Batok. Sigeg! Dalang wayang topeng Ki Lebari  digantikan dalang ruwatan Ki Adi Sucipto).



c.3 Cerita Wayang Topeng Tengger

            Cerita wayang topeng Tengger antara lain :

1.Walang Wati-Walang Semirang.

2.Wijanarko.

3.Athok-athoking Tengger.

4.Dewi Sri.

            Tetapi yang sering diminta oleh yang punya hajat adalah cerita Walang Wati-Walang Semirang dan Wijanarko, karena ceritanya mudah dipahami.





c.4 Bentuk Tari, Musik, Tata Busana Wayang Topeng Tengger

            Jika kita melihat kesenian topeng di pulau Jawa, maka kita sudah mengenal budaya Topeng sejak Didalam pertunjukan wayang Topeng Tengger ini, pola gerak, abad ke X-XI, Airlangga yang mendirikan dua kerajaan Jenggala dan Kediri sebagai Simbol Kesenian wayang topeng pada saat itu, sehingga kita dapat melihat dari keberadaan topeng yang dipakai dan dipesan dari pengrajin dan pelaku Wayang Topeng Malang, maka bentuk topeng, busana, iringan dan pola khususnya tari Topeng Gunungsari memiliki kemiripan antara Wayang Topeng Malang dan Tengger.

            Catatan terpenting dalam mengamati Wayang Topeng Tengger adalah pada materi ceritanya, jika gaya Malangan hanya bersumber pada Epos Panji, akan tetapi di Wayang Topeng Tengger ada 3 (tiga) sumber cerita yaitu Epos Panji, Mahabarata khususnya cerita berdirinya Kahyangan sebagai materi cerita dalam upacara Ruwatan, dan cerita Legenda cikal bakal lahirnya manusia pertama di wilayah Tengger (athok-Athke Tengger).

Dominan cerita legenda yang oleh dalangnya diceritakan sebuah urutan mulai dewa kahyangan hingga sejarah Tengger, maka topeng sebagai perwujudan karakter yang dihadirkan memerlukan sebuah tokoh baru seperti Betara Kala. Sedangkan karakter topeng para dewa adalah jenis topeng yang biasa kita temui di cerita panji.

Wayang Topeng Tengger tata busana hampi dikatakan sama dengan  Tengger lahir, iringan musik dan busananya sama hanya perbedaanya terletak pada

c.5 Daftar Pemain

1.Dalang : Ki Lebari

2.Dalang Sejati : Ki Adi Sucipto.

3.Bethara Kala : Ngatama

4.Peran pengganti : Siswanto, Satino.

5.Sang Hyang Sis : Toyo

6.Sang Hyang Punggung : Ngatama

7.Sang Hyang Pongat : Sunarso

8.Sang Hyang Lesmana Dewa : Toyo

9.Sang Hyang Manikmaya : Mistoyo

10.Nagagini : Susanti

11.Bethara Guru : Toyo

12.Kamanyawa/Kamakala : Sis

13.Ajar Kala : Mistoyo

14.Asu : Satino

15.Celeng : Ciwan

16.Bedes : Sis

17.Buta :Yamadipati : Surono

18. Buta : Narada : Satuan

19. Buta : Brahma : Satino

20.Antaboga : Satino

21.Semar: Sis



c.6 Sesajen Wayang Topeng Tengger Ruwatan :

1.Pras 7

2.Pitra 7

3.Tumpeng Among 1

4.Tumpeng Ireng 1

5.Tumpeng Kendit 1

6.Tumpeng Ungkur-ungkuran 1

7.Jenang Mancawarna (abang, kuning, ireng, biru, sengkala, arang-arang kambang).

8.Pala pendhem werna 7

9.Pala Gemantung werna 7

10.Banyu sumber 7 sumber

11.Banyu segara

12.Banyu tape

13.Iwak segara werna 7

14.Sega golong 7

15.Jajan pasar werna 7

16.Cikal 2/ disesuaikan jumlah anak

17.Gedhang mas

18.Pari

19.Tebu

20.Piji, dimaksudkan nyawijeaken

21.Cepel 1

22.Kendi 1

23.Damar templek 1













































BAB IV



PENUTUP



4.1 Simpulan

            Kekayaan budaya Tengger yang diduga sebagai warisan leluhur era Majapahit menyimpan kearifan local yang sangat dalam filosofinya. Hal itu menunjukkan bahwa kearifan local nenek moyang kita telah mampu menjadi tuntunan kehidupan sedulur-sedulur Tengger. Sebuah simponi keindahan yang patut dilestarikan, khususnya untuk memperkaya mutiara kearifan local Jawa Timur.

            Sejumlah pandangan hidup orang Tengger yang berhasil penulis serap antara lain:

1.Etos kerja yang tinggi.

Orang-orang Tengger dikenal sebagai pekerja keras dan ulet. Mereka rela berjalan kaki ratusan kilometer hanya untuk memasarkan hasil panennya berupa sayur-mayur.

2.Anti Kemiskinan.

Orang Tengger menganggab orang yang melarat/miskin tidak akan dihargai dalam pergaulan.

3.Tidak mudah berjanji, tapi lebih mengutamakan bukti.

Karena bagi orang Tengger janji adalah hutang yang harus dibayar meskipun sudah bisa memenuhi janjinya.

4.Selalu menjaga harmoni/keselarasan, baik dalam pergaulan maupun dengan

alam lingkungan.

5.Mengutamakan persaudaraan, meskipun dengan leluhur yang sudah meninggal.



4.2 Saran

      Atas berbagai hal tentang eksostisme budaya Tengger dan kearifan-kearifan lokal

yang dimilikinya, maka hendaknya bisa dijadikan model bagi pembangunan jatidiri Jawa Timur. Karena foklor yang berkembang sangat kaya dan beragam. Sehingga harus ada upaya-upaya penyelamatan di antaranya dengan:

1.      Terus melakukan pendataan dan pendokumentasian foklor Tengger sebagai kekayaan kearifan lokal seperti yang dilakukan Dewan Kesenian Jawa Timur.

2.      Terus dilakukan sinergitas antara stakeholder masyarakat, baik unsur pemerintah empat kabupaten yang memiliki budaya Tengger, yaitu Probolinggo, Lumajang, Pasuruan, dan Malang dengan pemerintah Jawa Timur dalam rangka memelihara kearifan lokal Tengger.

3.      Berusaha bersama-sama untuk meminimalkan kendala di lapangan seperti upaya-upaya politisasi agama dan lain sebagainya.

4.      Mengambil nilai-nilai positif budaya Tengger seperti etos kerja yang tinggi untuk landasan pembangunan Jawa Timur.





















































































DAFTAR NAMA NARASUMBER



1.Nama     : Supinto Basuki / Trombol

TTL.      : Probolinggo, 27 Oktober 1963

Profesi   : Budayawan

Alamat   : Jalan …..Probolinggo



2.Nama     : Sumartam

   TTL.       : Probolinggo, tahun 1940

   Profesi   : Dukun

   Alamat  : Desa Wonokerso, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo



3.Nama    : Muliono alias Pak Nestuni

   TTL.     : Probolinggo,

   Profesi   : Legen/asisten Dukun

   Alamat  : Desa Wonokerso, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo



4.Nama     : Sudir Supriyadi

   TTL.       : Probolinggo,

   Profesi    : Tokoh Pemuda

   Alamat    : DesaWonokerso, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo



5.Nama      : Langsam alias Pak Warno

   TTL.       : Malang, tahun 1951

   Profesi    : Petani sayur

   Alamat   : DesaWonokerso, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo



6.Nama     : Tardi

   TTL.       : Probolinggo,

   Profesi    : Petani muda

   Alamat    : Desa Wonokerso, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo



7.Nama     : Drs. Joko Wahyudi

   TTL.      : Probolinggo,

   Profesi   : Anggota komisi A DPRD kabupaten Probolinggo

   Alamat   : Desa Wonokerso, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo



8.Nama     : Ponalim alias Pak Kistini

   TTL.      : Probolinggo, tahun 1946

   Profesi   : Warga desa Wonokerso

   Alamat   : Desa Wonokerso, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo



9.Nama     : Sukaryo alias Ki Adi Sucipto

   TTL.      : Probolinggo, tahun 1930

   Profesi   : Dalang wayang topeng Tengger

   Alamat   : Desa Wonokerso, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo



10.Nama   : Ki Lebari

   TTL.      : Probolinggo, tahun 1970

   Profesi   : Dalang wayang topeng Tengger

   Alamat   : Desa Wonokerso, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo





11.Nama   : Karioleh

   TTL.      : Probolinggo

   Profesi   : Dukun Senduro

   Alamat   : Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang











































































DAFTAR PUSTAKA





Tim. 1989.Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 5. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka



Purwadi, Dr. M.Hum. 2009.Folklor Jawa. Yogyakarta: Pura Pustaka Yogyakarta



Moleong, Lexy.J. 2008.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya



Kusmayadi, Ir.2000.Metode Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan.

Yogyakarta : Gramedia Pustaka Utama

         

Pemkab Probolinggo, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. 2009. Panduan

Wisata Kabupaten Probolinggo. Probolinggo : Pemkab Probolinggo



































TENTANG PENULIS





Dian Sukarno, dilahirkan dari pasangan petani Sukarno dan Muntamah dengan nama Wiji Mulyo Maradianto, pada tanggal 01 Agustus 1972 di dusun Kemuning, desa Tanggungan, Gudo, Jombang,  tetapi kemudian orang lebih akrab dengan panggilan Dian Sukarno. Sebutan ini diberikan oleh  pimpinan sebuah radio swasta di Jombang. Karena penulis pernah bekerja di sebuah radio swasta di kabupaten Jombang (2002 – 2006 ).

Latar belakang pendidikan ; SDN Tanggungan lulus 1984-1985, SMP 1 Perak tahun 1987-1988, STMN Jombang lulus 1990-1991, D2 PGTK IKAHA Tebuireng Jombang hanya sampai semester III.

Kursus-kursus ; tujuh kali mengikuti pelatihan jurnalistik radio yang diselenggarakan LP3Y Yogyakarta maupun Unesco Office Jakarta sejak tahun 2002-2005.



Karya-karya yang dihasilkan ;

Karya Tulis :

1.    Naskah drama anak, judul Kancil menggugat (2007)

2.    Ki Ageng Jatiduwur, kisah pelarian Prabu Jayanegara ke Bedander (limabelas besar     lomba naskah dongeng kesejarahan Jawa Timur 2007 )

3.    Kumpulan Cerita Rakyat Jombang (sebuah buku terbitan kantor Parbupora kabupaten Jombang, sekarang Dinas Porabudpar, tahun 2007)

4.    Naskah Melacak Jejak Mataram Kuno di Bumi Jombang (enam besar lomba penulisan tempat dan tokoh sejarah Jawa Timur, 2008 )

5.    Esai di Radar Mojokerto berjudul Semangat Gajah Mada sang Mahawira, Pertunjukan Wayang Kulit sebagai Media Dakwah Sunan Kalijaga, Estetika Kepemimpinan Nusantara dari Prabu Hayamwuruk hingga Presiden Soekarno (2009)

6.    Dan beberapa puisi yang belum dipublikasikan.





Karya tari :

1.    Kidang Marmoyo feat Ny Lucky Dian ( 2007)

2.    Ngasak feat Ny Lucky Dian ( 2007 )

3.    Laskar Besut ( 2008 )

4.    Sinau ( 2009 )



Aktifitas Seni Budaya :

1.    Pimpinan Sanggar Tari Lung Ayu, Sengon, Jombang.

2.    Koordinator Forum Seniti/ Forum Silaturahmi Seniman Tari kabupaten Jombang.

3.    Penggiat Masdar Sedaya/ Masyarakat Sadar Sejarah dan Budaya kab. Jombang.

4.    Kolektor Foklor Jombangan.

5.    Anggota Tim Pelestari dan Perlindungan
Semoga artikel Mengenal Suku tengger bisa menambah wawasan bagi sobat mbudayajawa yang mampir kesini, kalau sobat mbudaya jawa mempunyai cerita tentang tradisi, kesenian, budaya yang terdapat di daerah sobat mbudayajawa bisa langsung di kirimkan ke mengenalbudayajawa@gmail.com

Jangan lupa klik tombol di bawah ini untuk share ke teman-teman dan bersama kita lestarikan budaya kita sendiri agar tidak hilang oleh jaman.

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter