-->

Ads 720 x 90

Nama Upacara Adat Tengger

1. UPACARA ADAT KARO
Upacara Adat Hari Raya Karo ini biasanya oleh masyarakat Suku Tengger dilaksanakan pada bulan Puso atau Karo kalender Tengger.
PROSESINYA :
1. TARI SODORAN (Pembuka ) diawali oleh penari Sodor dari sesepuh dinamakan Mblara’i ( mengawali ) dilakukan pada pukul 04.00 pagi.
2. Kirab Manten Sodor ( Penari Sodor ).
3. Sebelum tari Sodor dilakukan terlebih dahulu Mekakat kemudian pembacaan Kerti Joyo ( Pembacaan mantra Karo & memberi sesajen )
4. Tari Sodor dilakukan oleh Manten Sodor (putra – putri) berjumlah 12 orang.
Tempat : untuk Tengger Sabrang Kulon ditempatkan di Desa Tosari ).
Setelah selesai Prosesi masyarakat Tengger melakukan acara :
5. SANTI ( melakukan kirim do’a kepada para Sidi Derma, selametan Banyu dan Gaga / Tegal / Ladang )
6. DEDEREK ( Saling mengunjungi kerumah rumah ).
7. NYADRAN / NELASIH ( nyekar ke makam )
8. BAWAHAN ( Penutupan dilakukan oleh masing – masing Desa ).
Ubo Rampe ( sarana dan prasarana ) Upacara Santi :
1. Kain Putih ( Majangan )
2. Leme’e Godhong Gedang ( dasarannya daun pisang )
3. Tumpeng Lenggah 24 buah ( tumpeng duduk 24 buah kecil-kecil)
4. Pras Among Sanding / Tumpeng Tampah ( Tumpeng besar lengkap Isinya Nasi yang dibentuk menyerupai gunung,dikelilingi oleh sayuran , Ayam Panggang utuh , jajan pasar ditempatkan diTampah ).
5. Galang Rowaan
6. Jenang Protoh
7. Jenang Petak
8. Gedang Ayu, Suruh Ayu, Jambe ayu
9. Satak Selawe
10. Takir Janur 24 buah
11. Indung sak Piring
12. Kembang Boreh
13. Rakan Tawang / Rakan Genep
14. Agem 24 buah
15. Petra lanang / Wadon
16. Beras Kuning
2. UPACARA PUJAN KAPAT
Upacara : Selamatan Bumi , Air , Kayu dan segala macam tanaman beserta Hasil Buminya.
Tempat : Rumah Sanggar
Mantra : Pujan Sharon.
Masyarakat suku Tengger membawa hasil bumi mereka ke Rumah Sanggarnya di masing – masing Dusun.
3. UPACARA MEGENG DUKUN.
Upacara ini bersifat pribadi yaitu dilakukan oleh orang yang akan melakukan ritual untuk menjadi Dukun.sedangkan tahapan-tahapan seseorang agar dapat menjadi Dukun adalah sebagai berikut:
Syarat menjadi dukun antara lain adalah : (1) Hafal secara lisan dan makna mantra-mantra Tengger (2)berkemampuan, tekun, mampu menggali legenda, memiliki kedalaman ilmu, dan bertempat tinggal dekat dengan lokasi; (3) Berkelakuan baik,sopan santun dan bermoral tinggi (4) disetujui oleh masyarakat melalui musyawarah; dan (5) Lulus ujian Mulunen yang diadakan pada saat Upacara Kasada (6) diangkat oleh pemerintah ( Kepala Desa).
Untuk memperkuat karisma dan wibawa, seorang dukun diwajibkan menjalankan laku tertentu. Pada setiap bulan Kapitu ( tujuh)/Palguno seorang calon dukun diwajibkan melakukan puasa mutih, yaitu puasa selama satu bulan tidak makan garam, gula, dan tidak kumpul dengan istri. Kerja sehari- hari tetap dilaksanakan, hanya dibatasi waktunya supaya tidak terlalu lelah. Laku mutih ini diibaratkan sebagai pengasah kemampuan batiniah yang bersifat spiritual. Diibaratkan seperti pisau, untuk menjadi tajam harus diasah.
Untuk dapat menjadi dukun diharuskan menguasai adat dan mantra-mantra yang dibaca atau diucapkan pada berbagai upacara adat. Pada umumnya dipandang bahwa seseorang bisa menjadi dukun setelah mencapai umur 40 tahun dan menguasai adat serta berbagai mantranya. Mantra-mantra tersebut dulu diwariskan secara lisan, akan tetapi sekarang di samping lisan diusahakan melalui tulisan,
4. UPACARA PUJAN KAWOLU
Upacara : Selamatan Bumi , Air , Kayu dan segala macam tanaman beserta Hasil Buminya.
Tempat : Rumah Sanggar
Mantra : Pujan Sharon.
Masyarakat suku Tengger membawa hasil bumi mereka ke Rumah Sanggarnya di masing – masing Dusun.
5. UPACARA PUJAN KASANGA ( PUJAN Ndrundung / Mubeng )
Upacara : Selamatan Bumi , Air , Kayu dan segala macam tanaman beserta Hasil Buminya.
Selamatan anak keturunan suku tengger
Tempat : Rumah Sanggar dan dilanjutkan keliling Desa dengan diiringi ketepung dan trompet
Mantra : Pujan Sharon dan Pujo Jogo
Masyarakat suku Tengger membawa hasil bumi mereka ke Rumah Sanggarnya di masing – masing Dusun.
6. UPACARA KASADA
Upacara Kasada atau Hari Raya Kasada atau Kasodoan adalah Upacara yang dilakukan oleh Masyarakat Tengger untuk memperingati Pengorbanan diri Raden Kusuma putra bungsu Joko Seger dan Loro Anteng yang telah merelakan dirinya untk berkorban demi Kesejahteraan Ayah , Ibunya serta saudara – saudaranya. Hari Raya Kasada ini di selenggarakan pada tanggal 16 bulan Asuji atau Kasada ( bulan ke duabelas ) tahun Saka. yaitu pada saat bulan purnama penuh. Upacara ini diikuti oleh seluruh Masyarakat Suku Tengger dengan membawa Ongkek ( biasanya dipikul berisi Tandur Tuwuh bumi Tengger / ternak peliharaan / ayam) untuk dilabuhkan ( kurban )di kawah Gunung Bromo, tetapi sebelumnya harus di mintakan Japa Mantra ( do’a ) kepada Dukun Adat yang berada di Poten lautan Pasir Gunung Bromo baru setelah itu dilabuhkan. Selain Melakukan ritual Labuahan pada saat Upacara Kasodo juga diadakan ujian Mulunen bagi Dukun Baru ( ujian membaca mantra dalam hal ini tidak boleh lupa dan keliru karena hal tersebut merupakan syarat utama lulus dan tidaknya Sang Dukun ).
7. UPACARA PUJAN KASADA
Upacara : Selamatan Bumi , Air , Kayu dan segala macam tanaman beserta Hasil Buminya.
Tempat : Sanggar
Mantra : Pujan Sharon.
Waktu : Setelah upacara Kasada Panglong Loro
Masyarakat suku Tengger membawa hasil bumi mereka ke Rumah Sanggarnya di masing – masing Dusun.
8. UPACARA BARI’AN
Upacara Bari’an ini diselenggarakan pada saat setelh terjadi bencana alam, gempa bumi, gerhana atau peristiwa lain yang dapat mempengaruhi kehidupan orang Tengger. Biasanya dilaksanakan lima sampai tujuh hari setelah kejadian atau peristiwa bencana atau peristiwa alam lainnya yang memberikan isyarat atau pertanda buruk. Akan tetapi Upacara Bari’an tersebut tidak dilaksanakan setelah terjadinya peristiwa saja, melainkan Upacara Bari’an juga dilaksanakan sebagai wujud ungkapan terimakasih atau syukur kepada Tuhan. Dalam upacara bari’an seluruh masyarakat berkumpul dipimpin oleh Kepala Desa dan Dukun Adat.
9. UPACARA SELAMATAN DESA ( satu tahun sekali )
10. UPACARA MAYU DESA ( enam tahun sekali )
11. UPACARA UNAN UNAN ( delapan tahun sekali )
Upacara ini dilakukan sekali dalam Sewindu,Sewindu menurut hitungan kalender Tengger adalah lima tahun . Upacara ini dimaksudkan untuk membersihkan Desa dari gangguan – gangguan makhluk halus , bencana alam serta gangguan dari yang lainnya sehingga mengancam Desa serta masyarakat Suku Tengger yang ada diDesa tersebut.
Oleh karena upacara ini juga bersifat masal, maka dapat pula dimanfaatkan untuk memberikan daya tarik di bidang pariwisata. (Catatan secara empirik upacara ini belum diteliti dengan
lengkap).
12. UPACARA SUMPAH BANYU ROTO (upacara anak keturunan tengger yang melakukan pelaggaran Dursila / Asusila / Kriminal lainnya ).
13. UPACARA ENTAS-ENTAS / NYEWU
Upacara Entas-entas secara khusus dilaksanakan untuk menyucikan arwah (roh) orang yang telah meninggal dunia, yaitu pada hari yang ke-1000. Akan tetapi, pelaksanaannya sering diadakan sebelüm hari ke-1000 untuk meringkas upacara-upacara kematian itu.
Upacara Entas-entas dimaksudkan untuk menyucikan arwah orang yang telah meninggal dunia agar dapat masuk surga.
Upacara Entas-Entas atau nyewu.biasanya menggunakan beberapa peralatan yaitu dari anggota keluarga yang telah meninggal,kulak terbuat dari bambu yang di potong-potong dan sajen lainnya.,prosesnya di awali ngisi kulak ( bumbung terbuat dr bambu ) dgn beras oleh seluruh keluarga yg melakukan upacara.setelah itu semua keluarga berkumpul dibawah bentangan kain panjang ( panjangnya sesuai dengan jumlah keluarga.yg mengadakan upacara) yg menyatu degan ‘petra’ . bentuknya seperti rumah dan di atasnya ada angsa lengkap dengan sayap.rumah sebagai simbol ’surga’ dan angsa sebagai simbol kendaraan untuk mencapai surga.selanjutnya keluarga diiringi gamelan dan trompet berjalan dibawah bentangan kain putih panjang tadi.ke suatu tempat namanya ‘pengobongan’ untuk kemudian membakar petra. jenis upacara ini tdk diikuti oleh umum tapi hanya dilakukan oleh keluarga.yg melakukan upacara entas-entas/nyewu.
UPACARA BIASA
A. UPACARA MBOBOT / KELAHIRAN
Upacara ini merupakan serangkaian enam macam upacara yang saling berkaitan yaitu :
1. Upacara NELONI ( usia kandungan 3 bulan )
2. Upacara SAYUT ( usia kandungan 7 bulan )
Tujuannya adalah agar Ibu yang sedang mengandung serta bayinya mendapatkan keselamatan serta kelancaran apabila kelak akan melahirkan.
3. Upacara Brokohan
Yaitu Upacara yang diadakan setelah sang bayi lahir dengan selamat demikian juga dengan Ibunya.biasanya upacara ini dilaksanakan dengan mengundang para tetangga khususnya para Ibu – Ibu. Sedang ari – ari atau batur ( teman ) sang bayi dimasukkan kedalam Batok Kelapa ( tempurung ) kemudian disimpan.
4. Upacara Cuplak Puser (usia lahir 7 hari), sekaligus bancaan Jenang Abang dan Jenang Putih dalam rangka pemberian nama kepada sang bayi .
5. Upacara Kekerik (usia lahir 40 hari).yaitu dalam Prosesi Upacara tersebut lidah sang bayi di “kerik “ dengan rumput ilalang , tujuannya adalah agar sang bayi cepat berbicara dan kelak setelah dewasa diharapkan juga cerdas.
6. Upacara Among – Among ( usia bayi 44 hari ) tujuannya adalah supaya bayi terhindar dari gangguan roh jahat ( tolak balak atau tolak sengkala ) dan agar supaya sang bayi tidak sakit – sakitan.

Sumber
Semoga artikel Nama Upacara Adat Tengger bisa menambah wawasan bagi sobat mbudayajawa yang mampir kesini, kalau sobat mbudaya jawa mempunyai cerita tentang tradisi, kesenian, budaya yang terdapat di daerah sobat mbudayajawa bisa langsung di kirimkan ke mengenalbudayajawa@gmail.com

Jangan lupa klik tombol di bawah ini untuk share ke teman-teman dan bersama kita lestarikan budaya kita sendiri agar tidak hilang oleh jaman.

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter